Strategi Penyadaran Masyarakat tentang Covid-19 Diperkuat
Satgas Penanganan Covid-19 juga akan makin gencar melakukan komunikasi publik untuk memperkuat upaya penyadaran dan pencegahan hingga tingkat individu.
Penyadaran masyarakat menjadi kunci menekan penyebaran pandemi Covid-19. Namun, butuh strategi dan komunikasi publik yang efektif untuk menjangkau hingga tingkat individu.
JAKARTA, KOMPAS — Selama tujuh bulan pandemi Covid-19 melanda Indonesia, belum terlihat tren penurunan kasus. Penularan terus terjadi sehingga upaya penyadaran masyarakat untuk menjalankan protokol kesehatan akan terus ditingkatkan.
Penambahan jumlah kasus Covid-19 secara nasional pada Sabtu (17/10/2020) mencapai 4.301 kasus, dengan total sebanyak 357.762 kasus. Penambahan kasus ternyata belum juga mereda.
Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia yang juga Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, saat dihubungi di Jakarta, Sabtu, mengatakan, upaya preventif melalui promosi kesehatan dan pencegahan penularan penyakit terus menjadi fokus pengendalian Covid-19.
”Jika hanya fokus pada hilir, kapasitas layanan kesehatan yang disediakan tidak akan mencukupi karena penularan terus bertambah. Yang lebih penting adalah pencegahan,” ujar Wiku.
Baca juga: Akses Sanitasi Masih Terbatas
Satgas Penanganan Covid-19 juga akan makin gencar melakukan komunikasi publik untuk memperkuat upaya penyadaran dan pencegahan hingga tingkat individu. Upaya penyampaian pesan-pesan akan lebih melibatkan ahli sosial, juga pakar linguistik. Pesan yang dikirim juga akan disampaikan dalam sejumlah bahasa dengan pendekatan budaya lokal.
”Komunikasi yang disampaikan dengan pendekatan lokal juga diharapkan lebih sesuai dengan konteks dan kebutuhan masyarakat lokal,” ujarnya.
Sementara Ketua Tim Pedoman dan Protokol Kesehatan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Eka Ginanjar menyebutkan, kewaspadaan harus ditingkatkan pada penularan dari orang tanpa gejala.
”Juga tak ada pencegahan yang lebih baik daripada menjalankan protokol kesehatan. Bukan hanya untuk keselamatan diri sendiri, melainkan juga orang yang berada di dekat kita sampai masyarakat luas,” ujarnya.
Baca juga: Kematian akibat Covid-19 Tembus 10.000 Jiwa
Ketaatan menjalankan protokol kesehatan memang menjadi kunci. Ini tidak terkecuali bagi Jakarta yang kini dalam masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi fase kedua. Sabtu, misalnya, masih ada tambahan 974 kasus positif walau sedikit berkurang dari rerata harian sepekan terakhir yang biasanya selalu di atas angka 1.000 kasus.
Tidak percaya
Ketua Pengurus Daerah Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) DKI Jakarta Baequni Boerman juga menilai warga kurang taat. ”Kalau ditanya ke masyarakat akar rumput, masih banyak warga yang bahkan tidak percaya Covid-19 ini ada,” ujar Baequni.
Sebagai gambaran, hasil survei Badan Pusat Statistik pada 7-14 September 2020 terhadap perilaku masyarakat pada masa pandemi Covid-19, ada 17 dari 100 responden yang menyatakan sangat tidak mungkin dan tidak mungkin tertular Covid-19. Semakin rendah tingkat pendidikan, semakin besar persentase responden yang menyatakan sangat tidak mungkin dan tidak mungkin terinfeksi.
Baca juga: Mengapa Masyarakat Anggap Enteng Covid-19
Baequni pun kembali mendorong pemerintah daerah agar menerjunkan tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan secara rutin di lingkungan warga. Idealnya, satu tenaga kesehatan ada di setiap rukun warga (RW). Tenaga kesehatan bisa dokter, perawat, atau sarjana kesehatan masyarakat.
Apalagi, laporan kasus Covid-19 terus berdatangan. Taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran di Marunda, Jakarta Utara, yang terpapar Covid-19 dan menjalani isolasi di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, kini berjumlah 36 orang.
Baca juga: Kluster STIP Bertambah Lagi, Total Kini Ada 36 Kasus
”Dengan adanya dua kampus yang sudah menjadi kluster, ini menjadi pelajaran, kalau belum siap memasukkan mahasiswanya, jangan dulu,” ucap Letnan Kolonel Laut M Arifin, Komandan Lapangan Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet, kemarin.
Dari Semarang, Jawa Tengah, dilaporkan, Sabtu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Moh Abdul Hakam mengonfirmasi bahwa 10 pengunjuk rasa penolakan RUU Cipta Kerja ternyata positif Covid-19.
”Semua kontak erat kami swab (tes usap). Sudah kami siapkan. Jika ada yang ke PKM (pusat kesehatan masyarakat) dan batuk pilek (agar) juga akan ditanya apakah ikut demo atau tidak,” ujar Hakam.
Di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, salah seorang anggota DPRD dinyatakan positif Covid-19 sehingga menyebabkan penutupan kantor DPRD selama satu hari. Berdasarkan penelusuran, Jumat, dilakukan tes usap terhadap 26 orang di DPRD Kabupaten Magelang. Sekretaris DPRD Kabupaten Magelang Ari Handoko, Sabtu, mengatakan, semuanya negatif Covid-19.
Ari juga menelusuri arsip foto unjuk rasa itu. Menurut dia, ada informasi bahwa anggota Dewan itu ikut menemui pengunjuk rasa. Namun, dari foto-foto yang dilihatnya, anggota Dewan tersebut selalu memakai masker.
Baca juga: Anggota DPRD Positif Covid-19 Sempat Temui Pendemo di Magelang
Sabtu kemarin, Pollycarpus Budihari Priyanto, bekas terpidana kasus pembunuhan aktivis HAM, Munir Said Thalib, juga meninggal di Rumah Sakit Pusat Pertamina setelah terinfeksi Covid-19.
Mantan pengacara Pollycarpus, Wirawan Adnan, membenarkan bahwa Pollycarpus meninggal pukul 14.52 WIB. Kabar duka itu didapatkan dari istri Pollycarpus, Yosepha Hera Iswandari.
Lonjakan di Eropa
Terus berlanjutnya pandemi Covid-19 juga dialami negara-negara di Eropa. Setelah sempat turun, penambahan kasus positif Covid-19 harian kembali naik di seluruh daratan Eropa menjadi rata-rata 121.000 kasus dalam satu minggu terakhir ini.
Negara-negara yang kini mengalami lonjakan kasus, antara lain, adalah Inggris, Rusia, Ceko, Perancis, Spanyol, dan Italia. Untuk menekan gelombang kedua Covid-19, Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Wilayah Eropa Hans Kluge meminta sejumlah negara di Eropa segera memperketat protokol kesehatan.
Baca juga: Pukulan Pandemi Covid-19 Semakin Berat, Pengangguran di Eropa Terus Meningkat
”Kasus baru bertambah terus di Eropa saat memasuki musim gugur dan musim dingin. Jangan mengulang kesalahan sehingga kasusnya tidak terkendali seperti Maret dan April lalu,” ujarnya.
Tanpa gerak cepat pemerintah negara-negara di Eropa, WHO memperkirakan pada Januari 2021 jumlah kematian setiap hari dapat 4-5 kali lebih banyak daripada April lalu.
Kanselir Jerman Angela Merkel meminta warganya bersiap. Merkel juga meminta warganya tidak bepergian, bahkan membatalkan pesta atau kumpul-kumpul dengan teman dan saudara, serta sebisa mungkin tetap di rumah.
”Kita berhasil mengalahkan pandemi ini saat gelombang pertama. Itu karena seluruh warga bersatu dan mematuhi aturan. Hanya itu caranya,” tutur Merkel.
Aturan yang lebih ketat diberlakukan bukan hanya di Jerman, melainkan juga di Perancis yang sampai memberlakukan jam malam mulai dari pukul 21.00 sampai pukul 06.00. Ketentuan jam malam ini akan diberlakukan minimal selama enam pekan. (REUTERS/AFP/AP/LUK/TAN/JOG/EGI/DIT/IKI/XTI/BOW)