Pangan Probiotik Membantu Menjaga Kadar Gula Darah
Kandungan produk pangan fungsional probiotik memiliki fungsi untuk memperlambat penyerapan glukosa dalam darah.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kandungan produk pangan fungsional probiotik memiliki fungsi untuk memperlambat penyerapan glukosa dalam darah. Produk ini pun bisa menjadi alternatif pangan yang baik bagi penderita diabetes melitus. Namun, ketersediaannya masih terbatas di masyarakat.
Peneliti Bidang Teknologi Pangan Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (BPTBA LIPI), Rifa Nurhayati, mengatakan, produk pangan probiotik memiliki aktivitas alfa glucosidase inhibitor (AGIs) yang bekerja untuk menghambat degradasi karbohidrat yang masuk dalam tubuh. Aktivitas ini diperlukan untuk memperlambat penyerapan glukosa dalam darah sehingga baik bagi pasien diabetes.
”Kami pun mencoba untuk melakukan isolasi dan screening dari beberapa bahan alam yang ditemui di sekitar kita. Tentu bahan alam yang dipilih tetap sesuai dengan ketentuan dan syarat probiotik, seperti punya ketahanan pada saluran cerna atas, menempel pada dinding usus halus, dan kemampuan menghasilkan antimikroba,” katanya, di Jakarta, Jumat (9/10/2020).
Dari berbagai proses penelitian yang telah dilakukan, setidaknya sudah ada tiga produk pangan fungsional yang telah dihasilkan oleh peneliti dari BPTBA LIPI. Produk tersebut adalah makanan ringan sinbiotik untuk penderita diabetes melitus, cokelat dengan kandungan probiotik, dan puding sinbiotik. Ketiganya telah mendapatkan paten dengan nomor P00201810156, P00201910409, dan P00201911860.
Rifa mengatakan, produk pangan fungsional yang dikembangkan itu juga telah melalui sejumlah pengujian, antara lain pengujian in vitro, pengujian in vivo pada tikus dengan diabetes, serta pengujian indeks glikemik pada manusia sehat.
Berdasarkan hasil pengujian, ketiga produk tersebut juga terbukti memiliki serat pangan yang tinggi serta memiliki indeks glikemik yang rendah. Setidaknya, produk makanan ringan sinbiotik, cokelat probiotik, serta pudding sinbiotik mengandung serta lebih dari 6 gram per 100 gram bahan padat yang menjadi standar yang diatur oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Selain itu, indeks glikemik yang terkandung juga rendah, yakni kurang dari 55.
”Tantangan saat ini terkait komersialisasi produk pangan probiotik. Pengembangan produk ini pun masih perlu dilakukan, terutama terhadap produk pangan yang dapat diterima oleh masyarakat luas. Kita juga perlu lebih menggali potensi bakteri indigeneous (asli) di Indonesia sebagai bakteri probiotik,” kata Rifa.
Bakteri indigeneous merupakan bakteri asli yang ditemukan di suatu wilayah. Bakteri merupakan salah satu jenis mikroorganisme, selain protozoa, fungi, alga, dan virus. Pada pengeolahan pangan, mikroorganisme ini juga dapat diaplikasikan ke dalam beberapa bentuk produk, seperti tempe, tape, mocaf, yogurt, dan suplemen probiotik.
Tidak hanya itu, berbagai penelitian telah menunjukkan, mikroorganisme dapat bermanfaat untuk berbagai aspek kehidupan manusia.
Peneliti Bahan Alam dan Farmasi Bidang Mikrobiologi BPTBA LIPI, Ema Damayanti, menuturkan, pada kehidupan manusia, berbagai mikroorganisme telah dimanfaatkan untuk produk pangan, farmasi, pertanian organik, peternakan, energi, lingkungan, dan industri. Untuk itu, peluang riset guna memanfaatkan mikroorganisme masih sangat luas.
”Sayangnya, mikrobiota indigeneos yang ada di Indonesia berpotensi hilang sebelum dapat dikultur karena adanya kerusakan lingkungan dan biodiversitas. Padahal, peluang yang belum tergarap masih sangat luas,” tuturnya.