Penambahan kasus Covid-19 di Indonesia kembali mencapai rekor tertinggi dengan 4.823 sehingga total menjadi 266.845 orang yang positif Covid-19. Pencegahan penularan dan tes serta pelacakan agar dimasifkan.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Penambahan kasus Covid-19 di Indonesia kembali mencapai rekor tertinggi dengan 4.823 sehingga total menjadi 266.845 orang yang positif Covid-19. Tingginya tambahan kasus ini didapatkan dari pemeriksaan 26,419 orang, sehingga rasio positif mencapai 18,2 persen. Selain menunjukkan tingginya risiko penularan, rasio positif ini juga menandai rendahnya pemeriksaan.
Data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Jumat (25/9) menunjukkan, jumlah kasus terbanyak ditemukan di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, yaitu 1.171 kasus, disusul Jawa Barat 734 kasus, Kalimantan Timur 392 kasus, Jawa Tengah 331 kasus, Jawa Timur 293 kasus, dan sejumlah daerah lain. Dari 34 provinsi, hanya Maluku yang tidak melaporkan adanya penambahan kasus, yang menunjukkan semakin meluasnya penyebaran.
Penambahan kematian terjadi di 21 provinsi dengan total 113 orang. Kematian tertinggi masih terjadi di Jawa Timur sebanyak 22 korban. Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah masing-masing 13 korban meninggal, sedangkan Kalimantan Timur 8 orang.
Dengan penambahan ini, jumlah korban di Indonesia yang dilaporkan mencapai 10.218 orang. Sedangkan data di Rumah Sakit Online, total kematian terkait Covid-19 , termasuk suspek, telah mencapai 24.196 jiwa. Jawa Timur memiliki korban tertinggi dengan 6.524 orang, Jakarta 3.962 korban jiwa, Jawa Tengah 3.109 jiwa, dan Jawa Barat 2.691 jiwa.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, dalam pertemuan pers pada Jumat (25/9/2020) mengatakan, "Perilaku disiplin menjalankan protokol kesehatan merupakan langkah utama mengatasi pandemi."
Menurut pengamatannya, masyarakat masih abai menjalankan protokol kesehatan. Bahkan, menurut dia, masyarakat seolah tidak memiliki empati dengan banyaknya korban dan memandang negatif terhadap pasien Covid-19.
Pelacakan
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Akmal Taher mengatakan, pekerjaan rumah terbesar yang harus diselesaikan pemerintah untuk mengatasi pandemi ini adalah tes dan pelacakan. Tujuannya yaitu bila ditemukan pasien agar segera bisa dilakukan isolasi dan menangani atau merawatnya secara cepat.
"Tes, lacak, dan isolasi merupakan kunci untuk memutus penularan, seperti juga dilakukan Thailand, Vietnam dan Singapura. Sedangkan mencegah jatuhnya banyak korban harus dirawat segera, karena kebanyakan pasien yang meninggal (karena) terlambat ditangani," kata Akmal, yang mulai Jumat ini mengundurkan diri sebagai Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Satgas Penanganan Covid-19.
"Saya akan kembali ke kampus dan bertugas sebagai dokter," kata Akmal, yang juga mantan Dirut RS Cipto Mangungkusumo ini.
Sebelum mengundurkan diri, Akmal juga telah mengusulkan agar pusat layanan kesehatan masyarakat (Puskesmas) diperkuat sehingga bisa menjadi ujung tombak penanganan, termasuk dalam membantu tes dan pelacakan.
"Semoga ini tetap diteruskan. Saya yakin kita sebenarnya bisa optimalkan tes dan pelacakan jika dilakukan sistematis dengan mengoptimalkan layanan kesehatan primer," kata dia.
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan telah menerima pengunduran diri Akmal tersebut. Dia mengaku kehilangan sosok yang berdedikasi dalam membantu Satgas. "Konsep beliau (Akmal) akan tetap berjalan," kata dia.
Tes Timpang
Sejauh ini, upaya peningkatan tes di Indonesia masih belum signifikan dan timpang. Data Provinsi DKI Jakarta menunjukkan, sebanyak 31 persen pemeriksaan dilakukan di Jakarta, yaitu mencapai 8.144 orang dalam sehari. Padahal, Jakarta hanya memiliki 4 persen jumlah populasi di Indonesia.
Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pekan lalu menunjukkan, secara nasional jumlah pemeriksaan di Indonesia belum mencapai separuh dari ambang minimal 1 orang per 1000 penduduk per minggu. Selain Jakarta, baru Sumatera Barat, Yogyakarta, dan Papua Barat yang sudah memenuhinya.
Sedangkan data dari worldometers.info, Indonesia menduduki peringkat 158 dari 213 negara, dalam hal jumlah orang yang dites per 1 juta populasi. Angka ini merupakan yang terendah di Asia Tenggara.