Pilkada pasti meningkatkan mobilitas orang di dalam dan antarwilayah. Kondisi Jakarta saja yang memiliki layanan kesehatan dan tenaga medis paling memadai se-Indonesia kini kewalahan.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penambahan kasus aktif Covid-19 terus meluas di sejumlah daerah dengan sebagian kluster penularan bersumber dari Jakarta, di antaranya dibawa pejabat yang melakukan perjalanan dinas. Penularan antarwilayah dipastikan bakal semakin meluas jika pemilihan kepala daerah tetap dilakukan.
”Pilkada pasti meningkatkan mobilitas orang di dalam dan antarwilayah sehingga risikonya bisa dimodelkan. Apakah pemerintah sudah menghitung penambahan kasus dan risiko kematian, serta bagaimana antisipasinya? Kalau ini belum dihitung, berarti kebijakannya tanpa dasar sains,” kata Iqbal Elyazar, epidemiolog dari Forum Ilmuwan Muda Indonesia, yang juga kolaborator saintis Laporcovid19.org, di Jakarta, Senin (21/9/2020).
Iqbal mengatakan, situasi penularan wabah Covid-19 di Indonesia saat ini sebenarnya sudah sangat mengkhawatirkan. Ini di antaranya ditandai dengan cenderung naiknya rasio positif yang dalam sepekan terakhir mencapai 15,8 persen jika dibandingkan dengan 10 hari lalu yang baru 15 persen. Sekalipun ada peningkatan pemeriksaan, hal ini masih belum cukup karena belum bisa mengejar kecepatan penularan.
Menurut Iqbal, keterlambatan ini karena protokol Kementerian Kesehatan membatasi tes hanya pada kontak erat yang bergejala atau orang yang sudah sakit dan dirawat. ”Ini menyebabkan tidak ada penemuan kasus dengan pemeriksaan massal di kelompok berisiko, misalnya pasar dan perkantoran, yang bisa jadi berada di luar kluster yang telah ada,” ujarnya.
Iqbal menambahkan, daerah yang semula dianggap minim kasusnya, seperti Aceh dan Bali, juga menunjukkan peningkatan kasus dan kematian. ”Daerah lain, yang masih dianggap hijau, lebih karena minimnya upaya penemuan kasus baru melalui tes masif,” ujarnya.
Selain karena terjadi transmisi lokal, penularan di daerah juga terindikasi dibawa dari daerah lain, khususnya Jakarta yang mendominasi kluster penularan di Indonesia. Laporan Pusat Data Informasi Kementerian Kesehatan menunjukkan, Jakarta menjadi episenter penyebaran wabah dengan sentralnya kluster dari Ibu Kota dalam pelacakan kasus di Indonesia.
Pada Senin, terdapat 1.137 total kluster penularan Covid-19 di seluruh Indonesia. Kluster terbaru yang ditemukan, di antaranya anak buah kapal di Paser, Kalimantan Timur; salah satu kampung di Kecamatan Sukawening, Kabupaten Garut; Pasar Rejowinangun, Magelang; dan warga kampung di Kecamatan Talang, Tegal.
Padahal, pada Jumat (18/9), baru terdapat 1.119 kluster. Kluster terbaru yang diidentifikasi, di antaranya RSUD Dr Soedarso, kelompok warga di Tegal, Ditjen Imigrasi Jakarta Selatan, Kementerian Dalam Negeri, kantor Bappenas, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kementerian Perdagangan, dan Pemerintah Kota Tangerang Selatan.
Menurut Iqbal, tanpa adanya diagnosis memadai melalui tes usap dengan analisis PCR dengan rentang waktu maksimal tiga hari sebelum terbang, pelaku perjalanan dari Jakarta berisiko menularkan wabah ke berbagai daerah. Tes cepat antibodi yang menjadi syarat penerbangan saat ini tidak tepat untuk diagnosis.
Sudah ada beberapa kasus pejabat yang positif dan ternyata memiliki riwayat perjalanan dari luar daerah. (Iqbal Elyazar)
”Sudah ada beberapa kasus pejabat yang positif dan ternyata memiliki riwayat perjalanan dari luar daerah, seperti kasus Menteri KKP, Ketua KPU, dan sekarang Menteri Agama. Mungkin masih banyak yang lain. Seharusnya ini jadi pelajaran agar penularan di daerah tidak semakin membesar,” ujarnya.
Kapasitas terbatas
Ketua Satuan Tugas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban mengingatkan, penambahan kapasitas rumah sakit tetap tidak akan menyelesaikan masalah jika tidak dilakukan pengendalian laju penularan. ”Kalau kasus terus bertambah, pasti tidak akan cukup. Jakarta saja sekarang sulit sekali merujuk pasien, termasuk untuk tenaga kesehatan. Saya mengalaminya sendiri saat mencarikan tempat perawatan untuk kolega,” tuturnya.
Menurut Zubairi, untuk mempermudah pasien dan dokter merujuk pasien, diharapkan ada sistem daring yang bisa dilihat publik secara terkini (real time). ”Jika sekarang masih ada rumah sakit yang kosong di mana? Sebab, dari puluhan rumah sakit rujukan rata-rata penuh dan untuk bisa masuk harus antre menunggu yang lain sembuh atau meninggal,” ujarnya.
Zubairi menambahkan, Jakarta yang memiliki layanan rumah sakit dan tenaga kesehatan terbanyak saat ini sudah kewalahan menghadapi penambahan laju penularan. Situasi bakal lebih mengkhawatirkan jika penularan semakin membesar di daerah-daerah yang minim kapasitas kesehatan. ”Dengan situasi ini, saya mendukung agar pilkada ditunda dulu. Kita semua saat ini harus fokus dulu menanggulangi Covid-19,” ujarnya.
Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19, jumlah kasus harian di Indonesia bertambah 4.176 sehingga totalnya 248.852. Penambahan jumlah kasus ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang dinyatakan sembuh sebanyak 3.470 orang.
Dengan kesenjangan antara yang positif dan sembuh cenderung meningkat, jumlah kasus aktif di Indonesia saat ini sebanyak 58.378 dan berada di peringkat ke-13 tertinggi di dunia. Data di worldometers.info menyebutkan, penambahan kasus baru dan jumlah korban meninggal di Indonesia per Senin ini menempati peringkat ketiga tertinggi di dunia.
Penambahan kasus terbanyak ditempati India dengan 16.257 kasus, disusul Rusia 6,196 kasus, lalu Indonesia. Sementara penambahan korban meninggal terbanyak adalah Meksiko dengan 235 korban, Iran 177 korban, disusul Indonesia 124 korban.