Jumlah kasus baru Covid-19 yang meningkat cukup signifikan membuat tenaga kesehatan mulai keletihan. Padahal, kondisi pandemi ini diperkirakan masih akan berlangsung cukup lama.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kapasitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Wisma Atlet Kemayoran Jakarta semakin penuh. Pengendalian dan pencegahan penularan di masyarakat harus semakin kuat. Jika jumlah kasus penularan semakin bertambah, kapasitas fasilitas pelayanan kesehatan terancam tidak mencukupi.
Kepala Bidang Koordinator Relawan Medis Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Jossep F William, di Jakarta, Senin (21/9/2020), mengatakan, tenaga medis yang menjadi sukarelawan di rumah sakit darurat serta di lapangan semakin sibuk dalam satu minggu terakhir. Hal ini bisa terlihat dari tingginya mobilitas ambulans yang membawa pasien masuk ke rumah sakit darurat Wisma Atlet Kemayoran.
Kita butuh sekali bantuan dari masyarakat untuk menjalankan protokol kesehatan. Kalau (penambahan kasus) terus seperti ini, sistem pelayanan kesehatan kita akan ambruk karena overwhelmed (kewalahan). (Jossep F William)
”Kita butuh sekali bantuan dari masyarakat untuk menjalankan protokol kesehatan. Kalau (penambahan kasus) terus seperti ini, sistem pelayanan kesehatan kita akan ambruk karena overwhelmed (kewalahan),” ujarnya.
Ia mengatakan, kondisi sistem pelayanan kesehatan saat ini memang masih mampu untuk melayani pasien dengan kasus Covid-19. Namun, hal ini bukan berarti kapasitas yang tersedia tidak terbatas.
Meski pemerintah berupaya meningkatkan ruang isolasi untuk perawatan, kebutuhan dalam pelayanan kesehatan juga harus ditunjang dengan alat kesehatan serta sumber daya manusia yang mumpuni. Sementara menambah jumlah sumber daya manusia seperti dokter dan perawat membutuhkan proses dan waktu yang tidak singkat.
Jossep menyampaikan, jumlah kasus baru yang meningkat cukup signifikan membuat tenaga kesehatan mulai keletihan. Padahal, kondisi pandemi ini diperkirakan masih berlangsung cukup lama. Saat ini, koordinasi bersama organisasi profesi, seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), dilakukan untuk memastikan kecukupan kebutuhan tenaga kesehatan di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet.
Koordinator Rumah Sakit Darurat Covid-19 Tugas Ratmono menuturkan, rumah sakit harus menjadi benteng terakhir dalam penanganan Covid-19. Garda terdepan yang diharapkan adalah masyarakat. Kedisiplinan untuk menjalankan protokol kesehatan merupakan keharusan untuk memutus rantai penularan penyakit yang disebabkan oleh virus korona jenis baru ini.
”Pandemi Covid-19 benar-benar ada dan bisa menularkan. Karena itu, jangan sampai ada yang tertular dan jangan pula menularkan. Sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit betul-betul kita siapkan dengan baik, tetapi kita juga harus perlu mengendalikan kasus penularan di masyarakat,” ujarnya.
Untuk mengantisipasi lonjakan kasus, menurut dia, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 telah membuka menara empat di Wisma Atlet untuk pelayanan pasien Covid-19 dengan gejala ringan ataupun tanpa gejala. Adapun kapasitas yang tersedia sebanyak 1.546 tempat tidur.
Seluruh persiapan seperti fasilitas perawatan dan sumber daya manusia sudah selesai dilakukan. Untuk itu, layanan di menara empat ini sudah bisa beroperasi mulai Senin (21/9/2020) ini. Pembukaan menara ini dilakukan karena kapasitas yang tersedia sebelumnya mulai penuh. Dari sekitar 1.500 tempat tidur yang tersedia di menara lima untuk pelayanan isolasi mandiri saat ini hanya tersisa 128 tempat tidur.
Kesiapan layanan kesehatan
Kementerian kesehatan juga berupaya memastikan kesiapan layanan kesehatan di rumah sakit dan laboratorium di daerah. Ini terutama di delapan daerah dengan jumlah kasus yang tinggi, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Papua.
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, dalam siaran pers mengungkapkan, ketersediaan ruang perawatan masih mencukupi. Setiap kepala daerah pun diharapkan terus menambah kapasitas yang tersedia untuk mengantisipasi adanya lonjakan kasus.
”Koordinasi dengan dinas kesehatan provinsi dan rumah sakit terus dilakukan untuk memastikan ketersedian ruang isolasi dan ICU. Dengan begitu bisa selalu siap untuk menambah kapasitas ruang perawatan bagi pasien Covid-19 apabila terjadi lonjakan kasus di daerahnya,” katanya.
Terawan mengatakan, setiap daerah juga diharapkan bisa menunjuk rumah sakit khusus untuk merawat pasien Covid-19. Jika dibutuhkan, daerah juga dapat membangun RS lapangan ataupun RS darurat untuk pelayanan Covid-19 dengan gejala ringan.
Berdasarkan data RS Online per 17 September 2020, rasio pasien yang dirawat dengan keterisian ruang isolasi dan ICU di Indonesia sebesar 39,8 persen. Namun, data sejumlah daerah menunjukkan keterisian yang cukup tinggi, yakni di DKI Jakarta dengan rasio keterisian sampai 78 persen, Banten 75 persen, Bali 63 persen, Jawa Barat 51 persen, Jawa Timur 45 persen, Sumatera Utara 42 persen, dan Jawa Tengah 36 persen.
Selain rumah sakit, Terawan mengatakan, pemerintah juga memastikan kesiapan dari laboratorium pemeriksaan terkait Covid-19. Setidaknya sebanyak 343 laboratorium pemeriksaan telah disiapkan di 34 provinsi.
Untuk delapan provinsi prioritas, sudah ada 223 laboratorium yang siapkan. Dengan rincian, 52 laboratorium di DKI Jakarta, 49 laboratorium di Jawa Timur, 39 laboratorium di Jawa Barat, 23 laboratorium di Jawa Tengah, 19 laboratorium di Sulawesi Selatan, 15 laboratorium di Sumatera Utara, 11 laboratorium di Kalimantan Selatan, dan 10 laboratorium di Papua.