Uji Klinis Vaksin Oxford Dilanjutkan, Masyarakat Diminta Tidak Berspekulasi
Sempat dihentikan pada pekan lalu, kini uji klinis fase ketiga kandidat vaksin Oxford-AstraZeneca kembali dilanjutkan. Penghentian sementara adalah hal biasa, masyarakat diminta tak berspekulasi mengenai keamanan vaksin.
Oleh
SATRIO PANGARSO WISANGGENI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Uji klinis fase ketiga untuk kandidat vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi AstraZeneca dan University of Oxford, Inggris, dilanjutkan. Tahap terakhir pengembangan vaksin tersebut terhenti pada pertengahan pekan lalu akibat munculnya temuan reaksi berbahaya pada salah satu sukarelawan.
Dilanjutkannya kembali uji klinis ini diumumkan oleh Oxford pada Sabtu (12/9/2020) malam waktu Indonesia. Dalam pernyataan resminya, pemeriksaan yang dilakukan oleh komite independen, Badan Pengawas Obat dan Alat Kesehatan Inggris (Medicines and Healthcare Regulatory Agency/MHRA), disebut telah selesai.
”Pemeriksaan independen telah selesai. Sesuai dengan rekomendasi dari komite independen dan MHRA, uji klinis akan kembali dilanjutkan di Inggris,” bunyi keterangan resmi dari Oxford.
Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock menyambut baik kabar kelanjutan uji klinis tersebut. ”Penghentian sementara kemarin menunjukkan bahwa kita semua mengutamakan keamanan. Kami akan terus mendukung para peneliti untuk bisa mendapatkan vaksin yang efektif secepat dan seaman mungkin,” kata Hancock.
Keputusan menghentikan sementara uji klinis fase ketiga lalu diambil pada Selasa (8/9/2020) setelah seorang partisipan studi di Inggris mengeluarkan reaksi yang berbahaya setelah mendapatkan dosis kandidat vaksin tersebut.
Sukarelawan tersebut diketahui mendapat gejala transverse myelitis, peradangan pada syaraf di tulang belakang.
Juru bicara AstraZeneca mengatakan, pihaknya tidak bisa memberikan keterangan lebih lanjut mengenai kondisi medis yang dialami oleh partisipan tersebut.
”Kami akan terus bekerja sama dengan otoritas kesehatan di seluruh dunia. Kami akan menunggu arahan dari otoritas negara masing-masing untuk melanjutkan kembali uji klinis,” demikian kata perusahaan yang berbasis di Cambridge, Inggris, tersebut.
Kami akan terus bekerja sama dengan otoritas kesehatan di seluruh dunia. Kami akan menunggu arahan dari otoritas negara masing-masing untuk melanjutkan kembali uji klinis.
Berdasarkan laporan Wall Street Journal dokumen pemberitahuan yang dibagikan kepada sukarelawan uji klinis di Inggris, hasil pemeriksaan independen menunjukkan bahwa gejala dan reaksi syaraf tersebut tidak berkaitan dengan vaksin tersebut.
Uji klinis fase ketiga adalah fase terakhir dalam pengujian vaksin sebelum bisa diproduksi oleh industri dan dibagikan kepada masyarakat. Dalam fase ketiga ini, kandidat vaksin diuji dalam skala yang lebih besar dan lebih luas.
Selain di Inggris, uji klinis fase ketiga kandidat vaksin Oxford-AstraZeneca ini telah digelar di India, Brasil, dan Afrika Selatan. Total sekitar 18.000 partisipan sudah direkrut. Sebelum penghentian sementara lalu, kandidat vaksin ini juga sudah mulai diuji fase ketiga di Amerika Serikat dengan target merekrut 30.000 sukarelawan.
Meski sudah dimulai kembali di Inggris, kelanjutan di negara lain belum diketahui pasti kapan.
Penghentian sementara kemarin menunjukkan bahwa kita semua mengutamakan keamanan. Kami akan terus mendukung para peneliti untuk bisa mendapatkan vaksin yang efektif secepat dan seaman mungkin.
Serum Institute of India mengatakan akan segera melanjutkan uji klinis apabila badan regulator obat dan vaksin India memberikan persetujuan. Di sisi lain, regulator Brasil mengatakan sedang menunggu konfirmasi resmi dari MHRA Inggris mengenai hasil review komite independen tersebut.
Universitas Federal Sao Paulo, Brasil, yang menggelar uji klinis fase ketiga untuk vaksin Oxford-AstraZeneca ini mengatakan kepada Reuters bahwa pihaknya sudah merekrut 4.600 dari target 5.000 partisipan yang dibutuhkan. Mereka melaporkan, sejauh ini tidak ada reaksi berbahaya yang muncul dari ribuan sukarelawan tersebut.
Transparansi
Meski penghentian sementara untuk melakukan safety review adalah hal yang lazim dalam pengembangan vaksin, sejumlah pakar meminta transparansi yang lebih dalam pengembangan vaksin Covid-19.
Profesor kedokteran molekuler di Scripps Research Institute San Diego AS Eric Topol mengatakan, seharusnya lebih banyak informasi mengenai proses uji klinis harus dibuka transparan.
”Publik memiliki hak untuk mengetahui apa yang sesungguhnya sedang terjadi dalam uji klinis kandidat vaksin. Masa depan kita semua bergantung pada vaksin itu,” kata Topol kepada New YorkTimes.
Pengajar kedokteran University of Cambridge, Charlotte Summers, kepada The Guardian juga setuju bahwa penghentian sementara uji klinis kandidat vaksin yang dikembangkan oleh AstraZeneca dan Oxford tersebut adalah wujud kehati-hatian.
Namun, menurut dia, diperlukan upaya yang lebih baik dari peneliti dan perusahaan farmasi tersebut untuk menjaga kepercayaan publik. Masyarakat juga diminta tidak berspekulasi lebih terhadap penghentian sementara yang terjadi.
”Jika spekulasi berkembang liar, ada risiko semakin sedikit masyarakat yang bersedia diimunisasi kelak vaksinnya sudah siap. Ini berbahaya untuk masa depan,” kata Summers.