Edukasi mengenai pentingnya pemberian air susu ibu secara eksklusif perlu digencarkan di masyarakat. Karena itu, tenaga kesehatan dan kader kesehatan perlu dibekali kemampuan berkomunikasi yang baik.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
Pemberian air susu ibu secara eksklusif bermanfaat bagi tumbuh kembang bayi. Karena itu, kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga dan tenaga kesehatan perlu dibekali keahlian berkomunikasi yang baik dalam mengedukasi warga terkait pemberian ASI eksklusif di wilayah masing-masing.
Hal itu mengemuka dalam diskusi daring bertajuk ”Menyusui: Ibu Terlindungi, Anak Kuat, Bumi Sehat” yang diselenggarakan Wahana Visi Indonesia, Senin (31/8/2020). Diskusi itu juga melibatkan ibu-ibu dari sejumlah daerah dan para kader serta tenaga kesehatan di tingkat posyandu.
Menurut Kepala Subdirektorat Kewaspadaan Gizi Direktorat Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan, Dyah Yuniar Setiawati, berdasarkan data Global Breastfeeding Collective 2017, rata-rata angka menyusui di dunia masih rendah. Rendahnya cakupan ASI eksklusif berkontribusi pada kerugian ekonomi sekitar 302 miliar dollar AS per tahun.
Kajian The Lancet Breastfeeding Series pada 2016 menyebutkan, praktik menyusui diperkirakan menyelamatkan lebih dari 820.000 nyawa bayi setiap tahun. Menyusui ekslusif juga dapat menurunkan 88 persen angka kematian karena infeksi pada anak usia kurang dari tiga bulan.
Sementara itu, situasi menyusui di Indonesia belum masuk kategori baik. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017, di antara anak umur kurang dari dua tahun, hanya 57 persen yang dapat ASI dalam satu jam setelah lahir. Adapun bayi berumur kurang dari enam bulan yang mendapat ASI eksklusif hanya mencapai 52 persen.
”Ini tentunya menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua, terutama tenaga kesehatan yang menolong persalinan, untuk memastikan setiap ibu yang melahirkan dapat melakukan IMD (inisiasi menyusui dini),” ujar Dyah.
Saat ini sejumlah strategi pemberian makan bayi dan anak (PMBA) terus dilakukan Kemenkes. Selain menciptakan lingkungan kondusif dalam mendukung menyusui melalui sejumlah kebijakan, Kemenkes juga terus mendorong pemberdayaan ibu, keluarga, dan masyarakat dalam praktik pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MPASI).
Dyah juga memandang keberhasilan menyusui tidak dapat terjadi jika hanya satu pihak yang mengupayakan itu. Oleh karena itu, keberhasilan menyusui juga perlu didukung oleh keluarga terdekat, seperti suami dan orangtua maupun lingkungan sekitar, yakni tetangga, kader, hingga tenaga kesehatan.
”Saya berharap kader dan tenaga kesehatan terus mendukung promosi praktik PMBA dengan memberikan motivasi dan konseling kepada ibu hamil dan ibu menyusui di puskesmas ataupun posyandu melalui kunjungan rumah, kelas ibu, dan kelompok sebaya lainnya,” katanya.
Kepala Subdirektorat Pemberdayaan Masyarakat, Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kemenkes Hanna Herawati, menambahkan, selain komunikasi dan pendekatan, para kader dan tenaga kesehatan harus memiliki pengetahuan yang sangat baik tentang ASI.
Pekerjaan rumah bagi kita semua, terutama tenaga kesehatan yang menolong persalinan untuk memastikan setiap ibu yang melahirkan dapat melakukan IMD (inisiasi menyusui dini).
”Saat ini kami mengembangkan komunikasi interpersonal. Jadi, ini harus dimiliki kader dan tenaga kesehatan agar ibu bisa tergugah untuk memberikan ASI-nya. Kedekatan juga perlu dikembangkan sehingga pesan yang disampaikan bisa diterima dengan baik,” ujarnya.
Wakil Ketua Kelompok Kerja 4 Tim Penggerak PKK Pusat Rachmawati Widyastuti mengatakan, semua program PKK pusat, khususnya terkait edukasi pentingnya ASI, sudah diimplementasikan dengan baik oleh daerah. Ia pun mendorong agar kader-kader di daerah terus meningkatkan kolaborasi dengan tenaga kesehatan dan para ibu agar tidak mengabaikan masa menyusui.
Tenaga kesehatan Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, Maria Karmelita, menuturkan, tenaga kesehatan kerap menghadapi sejumlah kendala dan tantangan khususnya saat mendorong ibu melakukan IMD. Beberapa ibu terkadang menolak memberikan IMD karena berbagai alasan.
Untuk mengatasi kendala ini, Maria menyatakan pentingnya peran atau bantuan dari orang-orang terdekat, seperti suami atau ayah bayi. ”Kami mengusahakan agar ayah berperan memantau tumbuh kembang bayi dan anak balitanya,” ujarnya.