Masker N95 Bisa Dipakai Berulang Setelah Didekontaminasi
Masker N95 didesain hanya untuk satu kali pemakaian sebelum dibuang. Namun, pada masa kekurangan masker selama pandemi Covid-19, masker N95 bisa didekontaminasi dan digunakan lagi hingga tiga kali.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·2 menit baca
LOS ANGELES, KOMPAS — Dengan sejumlah metode dekontaminasi dari virus korona baru atau SARS-CoV-2, masker N95 dapat dikenakan berulang hingga tiga kali. Masker yang layak dipakai ulang adalah yang tetap rapat dan pas di wajah setelah proses dekontaminasi.
Profesor ekologi dan biologi evolusioner di University of California-Los Angeles (UCLA), James Lloyd-Smith, pada Kamis (27/8/2020), mengatakan, pandemi yang tidak terduga menyebabkan sejumlah negara kekurangan stok masker N95. Padahal, masker itu paling efektif menahan transmisi percikan (droplet) penyebab Covid-19. Itu sebabnya metode dekontaminasi N95 dari virus korona diperlukan.
”Masker N95 didesain hanya untuk satu kali pemakaian sebelum dibuang. Namun, pada masa kekurangan, N95 bisa didekontaminasi dan digunakan lagi hingga tiga kali. Akan tetapi, kualitas kerapatan dan ketepatan masker (saat dipakai) harus diutamakan,” kata Lloyd-Smith.
Para peneliti UCLA dan kolega mereka dari beragam institusi meneliti efektivitas dekontaminasi masker N95 dengan empat metode. Pertama, dekontaminasi menggunakan sinar ultraviolet dengan panjang gelombang cahaya 260-285 nanometer.
Kedua, memanaskan masker dengan suhu 70 derajat celsius. Ketiga, menyemprot masker dengan etanol 70 persen. Keempat, menguapkan hidrogen peroksida. Keempat metode itu dapat menghilangkan virus dari uji sampel masker N95.
Masker N95 didesain hanya untuk satu kali pemakaian sebelum dibuang. Namun, pada masa kekurangan, N95 bisa didekontaminasi dan digunakan lagi hingga tiga kali.
Hasilnya, menguapkan hidrogen peroksida adalah metode dekontaminasi paling efektif. Jejak virus pada masker hilang hanya 10 menit setelah penguapan. Masker yang sudah didekontaminasi pun tetap rapat dan pas ketika dikenakan kembali. Dengan metode penguapan, masker bisa dipakai berulang hingga tiga kali.
Dekontaminasi dengan sinar ultraviolet dan pemanasan juga efektif. Namun, keduanya harus diaplikasikan setidaknya selama 60 menit. Dengan kedua metode ini, satu masker bisa dikenakan maksimal dua kali.
Sementara itu, para peneliti menemukan kerusakan dan penurunan kualitas masker N95 pada metode penyemprotan etanol. Peneliti pun tidak menyarankan metode ini untuk dekontaminasi.
Salah satu penulis penelitian tersebut, Robert J Fischer, menekankan pentingnya dekontaminasi dilakukan dalam waktu yang cukup. Ia juga menekankan pentingnya menguji kembali kelayakan masker yang sudah didekontaminasi sebelum digunakan kembali.
”Pastikan fungsi masker tetap baik dengan alat uji kualitatif. Sangat penting untuk mengikuti pedoman yang ditetapkan secara nasional untuk menguji ketepatan masker, memeriksa segel, dan penggunaan kembali masker itu,” kata Fischer.
Sebelumnya, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat mengizinkan pemakaian berulang dan pemakaian masker N95 dalam jangka panjang. Hal ini untuk menyiasati kekurangan masker di saat krisis.
CDC menerapkan empat syarat pemakaian masker N95 secara berulang. Keempatnya ialah kerapatan dan ketepatan masker, performa filtrasi udara baik, tidak ada kontaminasi pada masker (misalnya oleh darah atau cairan tubuh), serta masker tidak rusak.