Selain Siapkan Produksi, Pemerintah Matangkan Administrasi dan Distribusi Vaksin
Pemerintah menyiapkan langkah-langkah untuk memastikan produksi vaksin Covid-19 bisa memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Sisi kesiapan produksi dan administrasi disasar untuk memastikan imunisasi aman.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Berbagai persiapan dilakukan pemerintah untuk memastikan produksi vaksin Covid-19 bisa memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Selain meningkatkan kapasitas produksi, keperluan administrasi dan distribusi terkait penyelenggaraan vaksinasi massal semakin dimatangkan.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, ketika dihubungi di Jakarta, Jumat (21/8/2020), mengatakan, pemerintah sedang menyiapkan kapasitas produksi vaksin dan peralatan pendukung yang dibutuhkan ketika vaksin Covid-19 siap diproduksi massal. Berbagai antisipasi pun disiapkan untuk mengatasi kemungkinan kendala dalam distribusi ke masyarakat.
”Salah satunya menyiapkan kapasitas produksi vaksin Bio Farma yang ditingkatkan dari kapasitas produksi 100 juta dosis per tahun menjadi 250 juta dosis per tahun pada akhir 2020. Selain itu, kapasitas produksi jarum suntik dari Indofarma tahun depan juga ditingkatkan menjadi lebih dari 300 juta jarum suntik dari sekitar 100 juta jarum suntik,” katanya.
Sementara itu, pemerintah akan melibatkan TNI Angkatan Darat dalam proses administrasi vaksinasi massal. Koordinasi pun dilakukan bersama Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta Palang Merah Indonesia. Untuk proses distribusi, pemerintah akan menggandeng perusahaan farmasi milik BUMN dan swasta.
Wiku menuturkan, upaya ini dilakukan sembari berbagai persiapan untuk mewujudkan kemandirian bangsa dalam pengembangan vaksin dijalankan. Kerja sama internasional kini terus dilakukan untuk mempermudah akses pada calon vaksin Covid-19.
Selain kerja sama Bio Farma dengan Sinovac, kerja sama lain telah dilakukan bersama CanSino Biologics. Tidak hanya itu, kerja sama juga telah berjalan antara Kimia Farma dan Sinopharm, China; Kimia Farma dan perusahaan teknologi UEA Group 42, serta kerja sama Kalbe Farma dengan perusahaan bioteknologi Genexine asal Korea Selatan.
Kerja sama Bio Farma dengan Sinovac kini telah mencapai komitmen bahwa mulai November 2020 hingga Maret 2021 ketersediaan suplai vaksin akan terpenuhi hingga 40 juta dosis vaksin. Sinovac juga berkomitmen akan memberi prioritas kepada Bio Farma untuk menyediakan bahan baku vaksin setelah Maret 2021 hingga akhir tahun 2021. Kerja sama ini juga memfasilitasi adanya transfer teknologi dan pengetahuan antara Sinovac dan Bio Farma.
Wiku mengatakan, pengembangan vaksin dalam negeri dilakukan melalui Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19. Serah terima hasil penelitian dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman ke Bio Farma ditargetkan bisa dilakukan pada awal 2021.
Setelah itu, Bio Farma akan melanjutkan proses pengembangan vaksin, mulai dari uji praklinis dan uji klinis fase pertama sampai ketiga. Ditargetkan, vaksin yang disebut vaksin merah putih ini bisa diproduksi dan digunakan pada 2022.
”Hingga vaksin Covid-19 siap digunakan dan tersedia secara massal, cara terbaik melindungi diri dan melindungi negeri adalah dengan tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan dengan mengenakan masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, dan menjaga imunitas tubuh,” tuturnya.
Secara terpisah, Pelaksana Tugas Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Slamet dalam keterangan resmi menyampaikan, kolaborasi dan kerja sama antarnegara di dunia semakin penting, baik dalam penyediaan sarana kesehatan maupun riset bersama untuk menemukan vaksin Covid-19. Kolaborasi internasional ini dinilai dapat menjadi transfer pengalaman dari negara yang telah berhasil dalam mengatasi pandemi kepada negara lainnya.
Meski begitu, kolaborasi dan kerja sama internasional harus dilakukan dengan cermat. Setidaknya ada dua tahap yang perlu diperhatikan dalam penyusunan perjanjian internasional, yakni tahap perundingan atau negosiasi dan tahap penandatanganan. Keberhasilan negosiasi menjadi kunci kerja sama agar keuntungan setiap pihak dapat difasilitasi dan tidak memberikan dampak kerugian bagi Indonesia.
”Kebijakan Kementerian Kesehatan yang mendukung penanggulangan Covid-19 melalui riset menjadi sangat diperlukan. Tujuannya agar kerja sama penelitian, khususnya dengan mitra asing, dapat saling menguntungkan,” kata Slamet.
Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan Covid-19, jumlah kasus yang terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia bertambah sebanyak 2.197 kasus sehingga total per 21 Agustus 2020 mencapai 149.408 kasus. Sementara itu, akumulasi jumlah kasus sembuh sebanyak 102.991 kasus dan kasus kematian mencapai 6.500 kasus.
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan, Bio Farma dan Sinovac sudah menandatangani kesepakatan tentang penyediaan bahan aktif (bulk) vaksin Covid-19 ready to fill (RTF). Sebagai tahap awal, sebanyak 10 juta dosis bulk vaksin Covid-19 akan dikirimkan oleh Sinovac pada November 2020.
Kemudian, pengiriman berikutnya sebanyak 10 juta dosis akan datang setiap bulan mulai Desember 2020 sampai Maret 2021. Dengan begitu, total yang dikirimkan sebanyak 50 juta bulk vaksin Covid-19. Sebelum produksi vaksin dilakukan, Bio Farma akan menguji bulk yang diterima sampai mendapatkan registrasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
”Bio Farma sudah menyiapkan fasilitas produksi vaksin Covid-19 dengan kapasitas 100 juta dosis pada bulan Agustus 2020. Pada akhir Desember 2020 akan ada tambahan kapasitas produksi sebanyak 150 juta dosis,” tuturnya.