Dalam Kondisi Darurat, Masker N95 Bisa Disterilkan
Sebuah riset menguatkan bukti bahwa sistem pemanas penanak nasi bisa dipakai untuk dekontaminasi virus pada masker tipe N95. Kalangan peneliti menyarankan cara ini hanya dipakai dalam keadaan sangat mendesak.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·2 menit baca
ILLINOIS, SABTU — Sebuah riset mengungkap sistem pemanas penanak nasi dapat mensterilkan masker tipe N95 dari paparan virus di masa pandemi Covid-19. Cara ini dapat dipakai dalam keadaan mendesak saat stok masker untuk kalangan tenaga medis menipis. Meskipun demikian, riset yang dirilis pada pertengahan Juli ini belum mendapat respons dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Studi berjudul ”Dry Heat as a Decontamination Method for N95 Respirator Use” menguji efektivitas sistem uap panas atau dry heat yang ada pada penanak nasi elektrik. Publikasi jurnal Environmental Science and Technology Letters American Chemical Society, 15 Juli 2020, ini menyebutkan sistem dry heat yang dihasilkan dengan suhu 100 derajat celsius selama 50 menit dapat mendekontaminasi sejumlah virus.
Thanh Huong Nguyen dan Vishal Verma, peneliti studi dari University of Illinois, Amerika Serikat (AS), menguji coba cara itu dengan penanak nasi merek Faberware, model nomor WM-CS60004W. Hasilnya, empat model virus sejenis dengan virus korona yang menempel pada masker N95 dipastikan 99,9 persen sirna.
Vishal menuturkan, masker N95 yang dipakai dalam pengujian kemudian menjalani serangkaian tes lagi. Hal tersebut untuk menguji apakah masker masih berfungsi dengan baik setelah proses dekontaminasi.
”Setelah proses dekontaminasi dengan pemanasan dry heat, tim peneliti tidak melihat adanya perbedaan signifikan dari fungsi filtrasi masker N95. Setelah serangkaian tes, kami memastikan kalau masker tersebut masih 95 persen berfungsi,” ujar Verma yang mendalami sistem aerosol, seperti dilaporkan The Washington Post, 14 Agustus 2020.
Thanh Huong Nguyen menambahkan, metode dekontaminasi tersebut dia lakukan dalam situasi mendesak saat kondisi masker N95 menipis di sebuah pusat fasilitas medis di AS. ”Mereka (petugas kesehatan) memberi tahu kami bahwa harga masker N95 saat itu sedang tinggi, sulit dicari, sehingga mereka harus mendaur ulang masker yang telah dipakai. Mereka tidak tahu bagaimana metode dekontaminasi yang benar,” ujar Thanh.
Uji coba tim Thanh menguatkan sejumlah studi yang berkembang terkait penggunaan penanak nasi sebagai perangkat darurat untuk pensterilan alat pelindung diri (APD). Lai Chane-yu, associate professor dari Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Chung Shan Medical University, pada Februari 2020 juga menguji coba metode dekontaminasi dengan penanak nasi.
Lai menyebutkan, sistem pemanasan dengan uap panas dapat menghilangkan kuman pada masker N95 hingga 99,7 persen. Walakin, sistem pemanasan tersebut menyebabkan kualitas filtrasi masker menurun seiring waktu.
”Metode dekontaminasi ini akan mengurangi daya filtrasi masker N95 sekitar 10 persen. Dekontaminasi sebaiknya hanya dilakukan dalam keadaan mendesak ketika tidak ada lagi persediaan masker,” ucap Lai, seperti dilaporkan Taipei Times.
Studi dari Departemen Biologi Molekuler dan Mikrobiologi Case Western Reserve University, Ohio, AS, pada April 2020 juga menyebutkan proses dekontaminasi dengan penanak nasi bisa jadi efektif. Temuan ini seiring dengan panduan terbaru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Wabah (CDC) AS pada 4 Agustus 2020, bahwa uap panas efektif digunakan untuk dekontaminasi masker medis sekali pakai.
Sara L Zimmer, associate professor ilmu biomedis dari University of Minnesota Medical School, AS, mengapresiasi upaya para peneliti di tengah situasi krisis pandemi Covid-19. Namun, dia mewanti-wanti munculnya pola pikir bahwa penanak nasi berfungsi sebagai ”pembersih ajaib” bagi masker, sementara masih ada sejumlah faktor lain yang belum diperhitungkan dalam proses dekontaminasi.
Menurut Sara, masker masih akan mengandung sisa keringat, minyak dari wajah, dan sejumlah material lain yang belum diteliti. ”Peneliti studi belum mengamati apa dampak saat masker itu dipakai sehingga dikhawatirkan menjadi problematik seiring waktu,” ujarnya.
Thanh Nguyen dan tim menganjurkan, proses dekontaminasi sebaiknya dilakukan sesuai dengan material yang sama saat pengujian. Dia turut membagi sebuah tautan di internet terkait detail spesifikasi penanak nasi yang digunakan.
”Sebagai catatan, kami mencari metode yang cukup mudah digunakan, tidak mahal, dan tidak mengandung bahan kimia lain untuk tenaga medis saat itu. Selama temperatur dekontaminasi terjaga dalam waktu yang ditentukan, kemungkinan besar cara ini akan bekerja,” ujar Thanh.