Pandemi Covid-19 Dorong Warga Swadaya Cukupi Kebutuhan Pangan
Pandemi Covid-19 berpotensi mengakibatkan krisis pangan. Situasi serba sulit imbas pandemi membuat warga menyemai pekarangan rumah atau lahan kosong untuk cukupi kebutuhan sehari-hari.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Selama pandemi Covid-19, warga berswadaya memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam skala kecil. Caranya berbagi benih hingga semai halaman rumah atau lahan kosong.
Aryz Lauwing Bara dari komunitas Rumah Mentari Maulafa, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, menggulirkan ”Katong Batanam Katong Aman” sejak April. Warga saling bertukar bibit buah, sayur, dan pupuk organik. Kemudian menanamnya di pekarangan rumah atau lahan sempit.
”Sudah beberapa kali panen. Kami bagi secara langsung maupun melalui sosial media. Ada rosela (Hibiscus sabdariffa) dan kembang telang (Clitoria ternatea),” ujar Aryz, Selasa (11/8/2020).
Ia berharap pekarangan atau lahan sempit minimal cukupi kebutuhan sehari-hari warga. Di sisi lain bisa terjadi barter dan jual beli hasil panen antarwarga dalam skala rukun tetangga atau komunitas.
Sebelumnya, Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) memperingatkan ancaman krisis pangan di tengah pandemi Covid-19. Hal ini terjadi jika biaya produksi pertanian tetap tinggi, sementara distribusi dan penyerapan terhambat pembatasan sosial.
Secara global hingga akhir 2019, data World Food Program menunjukkan, lebih dari 135 juta orang di 55 negara dan wilayah menghadapi krisis pangan, malanutrisi, dan kehilangan mata pencarian. Hingga akhir 2020, ditambah dengan adanya pandemi, diperkirakan akan ada lebih dari seperempat miliar orang di seluruh dunia yang menderita kelaparan akut.
Magren Hekboy (19) merasakan manfaat dari Katong Batanam Katong Aman. Setidaknya bisa produktif meskipun lebih banyak di rumah saja. Ketimbang berada di luar rumah hanya untuk senang-senang saat pandemi.
Sejak pertengahan Mei dirinya mulai menyemai tomat, cabai, terong, dan sayuran di pekarangan rumah. Hasil panen untuk konsumsi keluarga maupun berbagi kepada tetangga. ”Lebih irit pengeluaran kebutuhan dapur selain belajar tanaman dan hijaukan lingkungan di sekitar rumah,” kata Magren.
Jerih payah menyemai benih lokal setahun terakhir juga menolong warga Desa Taiftob, Mollo, Timor Tengah Selatan, NTT, berdaya di kampung sendiri. Selama pandemi, mereka tidak kesulitan cukupi kebutuhan sehari-hari.
Willy Oematan (42), pembudi daya pangan lokal, menuturkan, warga desa mengumpulkan tanaman lokal yang nyaris punah. Ada sorgum, kacang-kacangan, dan benih lainnya. Selanjutnya menanam untuk kebutuhan sehari-hari dan stok benih musim tanam tahun-tahun berikutnya.
Bisa mencoba menanam di rumah dengan tanaman simpel, mudah tapi bisa menghasilkan dan mencukupi kebutuhan pangan di rumah.
Selain itu, warga belajar mengolah aneka makanan dari pangan lokal. Olahan-olahan itu untuk memutus rantai ketergantungan pada makanan instan. ”Kami budidayakan pangan lokal dan tidak gunakan pupuk kimia. Juga ada olahan pangan lokal sebagai ganti makanan instan yang banyak dijual,” kata Willy.
Alternatif memenuhi kebutuhan pangan bisa dilakukan dengan memanfaatkan ruang terbatas di rumah. Paparan sinar matahari yang cukup, sekitar 6 jam, lebih diperlukan untuk proses tumbuh kembang tanaman sayuran. Selain itu, nutrisi pada media tanam juga perlu dipastikan dengan menambah pupuk yang dibeli sendiri atau memanfaatkan sampah organik.
Pegiat Indonesia Berkebun, Winartania, mengajak masyarakat berkebun tanaman, termasuk sayuran, untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga. ”Bisa mencoba menanam di rumah dengan tanaman simpel, mudah tapi bisa menghasilkan dan mencukupi kebutuhan pangan di rumah,” kata Winartania dalam konferensi video yang bertema ”Urban Farming Saat Pandemi Covid-19” yang diadakan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Kantor Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta.
Jika ruang terbatas di rumah, warga tetap dapat berkebun dengan membuat pertanian vertikal dengan instalasi hidroponik dengan sistem tetes dan berkebun di atap. ”Kita bisa menanam ke atas vertikal, tidak perlu lahan yang luas, tapi bisa menanam ke atas, bisa di tanam di dinding,” katanya.