logo Kompas.id
KesehatanBerjemurlah Sesuai Warna...
Iklan

Berjemurlah Sesuai Warna Kulit, Penuhi Vitamin D untuk Imunitas Alami dari Covid-19

Masyarakat disarankan untuk berjemur dengan sinar matahari yang mengandung sinar ultraviolet B guna mencukupi kebutuhan Vitamin D. Menurut sejumlah penelitian, vitamin D memengaruhi tingkat keparahan infeksi Covid-19.

Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
· 4 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/KsuJlqHlBywc8ObYxtPF6DoSMKo=/1024x660/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F05%2Fc08cb988-b2d7-48e6-b807-70298a9c7e4d_jpg.jpg
Kompas/Priyombodo

Pasien orang tanpa gejala (OTG) Covid-19 bersama tenaga medis dan sukarelawan berjemur serta mengikuti senam pagi di rumah singgah karantina Covid-19, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (26/5/2020). Sejak beroperasi pada 20 April 2020, 110 pasien menjalani perawatan di tempat tersebut. Kini, sekitar 40 pasien OTG dan pasien dengan gejala ringan Covid-19 masih menjalani perawatan.

JAKARTA, KOMPAS — Kecukupan kadar vitamin D dapat memperkuat sistem kekebalan alami pada tubuh manusia di segala usia. Menurut sejumlah penelitian, vitamin D juga memengaruhi tingkat keparahan infeksi Covid-19. Berjemur matahari salah satu cara utama untuk memenuhi kebutuhan vitamin D.

Lama waktu berjemur disesuaikan dengan warna kulit. Sementara waktu terbaik untuk mulai berjemur pada pukul 09.30.

Fungsi klasik vitamin D yang diketahui publik selama ini ialah membantu penyerapan kalsium untuk pertumbuhan tulang. Ahli alergi imunologi anak Universitas Padjadjaran, Budi Setiabudiawan, mengatakan, vitamin D juga punya fungsi nonklasik, yakni membangun sistem kekebalan tubuh alamiah dan adaptif.

Sistem kekebalan alamiah merupakan mekanisme pertahanan tubuh pertama dari virus dan kuman. Sementara sistem kekebalan adaptif merupakan respons imun lanjutan.

”Vitamin D meningkatkan respons antibakteri dalam sistem kekebalan tubuh. Vitamin ini juga meningkatkan jumlah atau fungsi sel Treg untuk mencegah alergi,” kata Budi pada seminar virtual, Kamis (23/7/2020).

https://cdn-assetd.kompas.id/NaC-LFztjutw65_zmcsl6uOREXo=/1024x498/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F07%2F750313a9-47cf-44c1-81dd-5f03e2bcaf34_jpeg.jpg
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI

Ahli alergi imunologi anak Universitas Padjadjaran, Budi Setiabudiawan, pada seminar virtual berjudul Lindungi Anak Indonesia dengan Daya Tahan Tubuh yang Optimal, Kamis (23/7/2020).

Budi menekankan pentingnya kecukupan vitamin D untuk membangun kekebalan tubuh. Kadar kecukupan vitamin D yang normal adalah 30-100 nanogram per mililiter. Namun, angka prevalensi defisit vitamin D di sejumlah negara berkembang meningkat, termasuk Indonesia.

Lamanya waktu berjemur juga bisa disesuaikan dengan warna kulit. Semakin terang warna kulitnya, maka semakin sebentar waktu berjemur, begitu pula sebaliknya.

Data SEANUTS 2011-2012 menyatakan, 38,76 persen anak Indonesia usia 2-12 tahun mengalami defisiensi vitamin D. Budi mengatakan, kekurangan vitamin D terjadi di hampir semua kelompok usia. Menurut sejumlah sumber, kekurangan vitamin D terjadi pada ibu hamil (61,25 persen), anak usia 6 bulan-12 tahun (44 persen), perempuan usia 18-40 tahun (63 persen), dan lansia (78,2 persen).

Baca juga: Masyarakat Indonesia Kekurangan Vitamin D

Tekan Covid-19

Di sisi lain, vitamin D dapat menekan badai sitokin yang terjadi karena infeksi Covid-19. Badai sitokin adalah kondisi hiperinflamasi akibat sistem kekebalan tubuh terlalu aktif. Badai sitokin dapat memicu sejumlah risiko, seperti pneumonia, sepsis, dan gagal jantung.

https://cdn-assetd.kompas.id/w1laUkwR9gHbBrDfX5SaCjMNmEQ=/1024x498/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F07%2F9d1b8dca-3fc3-4934-8eb8-2d7a181f586a_jpeg.jpg
KOMPAS/SEKAR GANDHAWANGI

Pemaparan ahli alergi imunologi anak Universitas Padjajaran, Budi Setiabudiawan, pada seminar virtual berjudul Lindungi Anak Indonesia dengan Daya Tahan Tubuh yang Optimal, Kamis (23/7/2020). Menurut dia, tingkat keparahan Covid-19 dipengaruhi kadar kecukupan Covid-19.

Iklan

”Kadar vitamin D berkaitan dengan tingkat keparahan Covid-19. Pasien Covid-19 kritis dan berat umumnya diderita oleh orang yang kekurangan vitamin D,” kata Budi.

Baca juga: Kadar Vitamin D Berkaitan dengan Kematian akibat Covid-19

Hal ini dibuktikan melalui studi yang dipimpin Northwestern University. Penelitian dilakukan dengan menganalisis data rumah sakit dan klinik di China, Perancis, Jerman, Italia, Iran, Korea Selatan, Spanyol, Inggris, Swiss, dan Amerika Serikat (Kompas, 12/5/2020).

Hasilnya, pasien dari negara-negara dengan tingkat kematian Covid-19 tinggi—seperti Italia, Spanyol, dan Inggris—memiliki kadar vitamin D lebih rendah daripada pasien di negara-negara yang tidak terkena dampak parah. Peneliti menegaskan bahwa konsumsi vitamin D harus hati-hati dan tidak berlebihan.

Peneliti juga menemukan bahwa vitamin D bisa menekan angka kematian akibat Covid-19. Namun, tidak mencegah orang untuk tertular virus korona baru.

”Sulit mengetahui dosis paling bermanfaat untuk Covid-19. Namun, yang jelas, kekurangan vitamin D berbahaya dan mudah diatasi dengan suplemen. Ini kunci lain untuk membantu melindungi populasi yang rentan, seperti pasien lanjut usia yang memiliki kadar vitamin D rendah,” kata Vadim Backman, Direktur Northwestern’s Center for Physical Genomics and Engineering dan Associate Director Riset Teknologi dan Infrastruktur di Roberth H Lurie Comprehensive Cancer Center di Northwestern University kepada Sciencedaily.

Ultraviolet B

Masyarakat disarankan berjemur matahari yang mengandung sinar ultraviolet B untuk mencukupi kebutuhan Vitamin D. Menurut Budi, sinar ultraviolet B dapat ditemukan pada pukul 09.30-14.30.

”Berjemur penting karena 90 persen kebutuhan vitamin D bisa didapat dari sinar matahari. Sementara itu, makanan hanya memenuhi 10 persen sisanya,” kata Budi.

Sulit mengetahui dosis paling bermanfaat untuk Covid-19. Namun, yang jelas, kekurangan vitamin D berbahaya dan mudah diatasi dengan suplemen. Ini kunci lain untuk membantu melindungi populasi yang rentan.

Budi mengatakan, persentase permukaan kulit yang harus kena sinar matahari langsung hanya 28-30 persen. Artinya, seseorang bisa menjemur daerah siku hingga telapak di kedua tangan serta kedua lutut hingga ujung kaki. Bagian depan dan belakang kaki serta tangan harus kena sinar matahari.

https://cdn-assetd.kompas.id/B8YrMdXH6omaS8jMvVrvhu0Tcxg=/1024x728/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F04%2FMenjalani-Hidup-di-Tengah-Pandemi-Covid-19_88828017_1587400150.jpg
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Tenaga medis Rumah Sakit Dr Kariadi, Semarang, berolahraga dan berjemur saat menjalani karantina mandiri di Hotel Kesambi Hijau, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (20/4/2020).

Durasi berjemur rata-rata yang disarankan untuk orang Indonesia ialah 15-20 menit. Durasi berjemur untuk bayi sekitar 10 menit.

Menurut Budi, lamanya waktu berjemur juga bisa disesuaikan dengan warna kulit. Semakin terang warna kulitnya, semakin sebentar waktu berjemur, begitu pula sebaliknya.

”Orang berkulit putih cukup berjemur selama 5 menit, kulit kuning langsat 10 menit, sawo muda 15 menit, sawo tua 20 menit, coklat 30 menit, dan hitam 60 menit,” ujar Budi.

Orang yang kekurangan vitamin D disarankan mengonsumsi suplemen jika tidak bisa berjemur. Selain berjemur dan suplemen, makanan mengandung vitamin D antara lain ikan tuna, salmon, keju, susu, kuning telur, dan jamur.

Baca juga: Ironi Negara Tropis

Editor:
khaerudin
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000