Saatnya Mengenakan Masker dengan Benar dan Disiplin
Secara medis masker terbukti mengurangi potensi penyebaran Covid-19 dan kini mulai banyak tersedia. Saatnya mengenakan masker secara benar.
Oleh
SATRIO PANGARSO WISANGGENI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dengan jumlah kasus yang terus meningkat ditambah dengan tersibaknya kemampuan Covid-19 menular lewat udara, masyarakat dinilai perlu semakin disiplin mematuhi protokol kesehatan. Penggunaan masker yang benar menjadi bagian yang tak terpisahkan.
Dokter spesialis bedah toraks dan kardiovaskular RSUP Fatmawati dan RS Pusat Pertamina, Rugun Tobing, Senin (13/7/2020), berpendapat, masker sebaiknya dipakai terus apabila beraktivitas di luar ruangan. Terlebih lagi, saat ini, kurva epidemi Covid-19 masih terus meningkat.
Rugun mengingatkan, masker sebaiknya jangan diturunkan di bawah dagu dan leher apabila sedang makan ataupun minum. Hal ini karena masker bisa bersentuhan dengan area yang mungkin telah terekspos sebelumnya dan basah kena keringat.
Apabila masker lembap atau basah, kemampuan filtrasinya pun tidak akan maksimal. Oleh karena itu, sebaiknya masker dilepas sepenuhnya daripada harus diturunkan ke leher atau dagu.
”Kami para tenaga medis sudah dibiasakan untuk tidak memegang dan mengubah posisi masker kalau sudah terpasang. Itu menambah risiko tangan kita menyentuh muka,” kata Rugun saat dihubungi di Jakarta.
Rugun mengatakan, masker bedah juga tidak sebaiknya dipakai seharian. Maksimal 3-4 jam saja. Ia meminta masyarakat tidak menggunakan satu masker saja dalam beraktivitas seharian. ”Kalau kita berbicara itu pasti ada sedikit saliva dan droplet, lama-lama juga lembap,” kata Rugun.
Masker sebaiknya jangan diturunkan di bawah dagu dan leher apabila sedang makan ataupun minum. Hal ini karena masker bisa bersentuhan dengan area yang mungkin telah terekspos sebelumnya dan basah kena keringat.
Secara terpisah, Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Tri Yunis Miko mengatakan, dengan melihat karakteristik penularan Covid-19, menggunakan masker akan memiliki dua dampak positif sekaligus.
Pertama, apabila orang yang sedang terinfeksi dan dapat menular (infectious) mengenakan masker, droplet akan tertahan. Kedua, dengan masker, orang yang sehat akan memiliki risiko lebih rendah terpapar droplet. ”Semua orang harus pakai masker, saling melindungi,” kata Miko.
Untuk itu, menurut Miko dan Rugun, seharusnya pemerintah dapat memberikan sosialisasi yang lebih intensif tentang penggunaan masker oleh masyarakat.
”Penyampaian protokol ini mungkin bisa lebih intensif. Banyak orang yang masih salah tangkap dan belum punya pengetahuan lengkap,” kata Rugun.
Seperti yang diketahui, pertambahan kasus positif Covid-19 harian di Indonesia masih terus meningkat.
Contohnya, pada Minggu kemarin, jumlah kasus positif di Jakarta mencapai yang tertinggi, 404 kasus baru. Padahal, kurva epidemi Covid-19 di DKI Jakarta sudah sempat mengalami penurunan dan stagnasi selama April sampai dengan awal Juni ini.
Secara nasional, jumlah pertambahan kasus harian pertama kali menembus angka seribu pada 9 Juni dan selama tiga pekan terakhir, jumlah kasus harian tidak pernah kurang dari seribu.
Mengurangi risiko berpuluh kali lipat
Kewajiban penggunaan masker secara luas di masyarakat menjadi kebijakan yang tampaknya perlu dilakukan. Hal ini berdasarkan berbagai studi yang telah menemukan korelasi antara masker dan penurunan penularan Covid-19.
Sebuah studi yang dilakukan peneliti di Virginia Commonwealth University (VCU) AS menemukan bahwa penggunaan masker secara luas telah terbukti mengurangi jumlah kematian akibat Covid-19.
Peneliti Sekolah Kedokteran VCU, Christopher Leffler, mengkaji kebijakan penggunaan masker di 198 negara, termasuk berbagai variabel yang dapat berpengaruh, seperti umur, jenis kelamin, prevalensi obesitas, suhu, tingkat urbanisasi, kebiasaan merokok, dan kebijakan lockdown.
Iklan penjualan masker di sebuah toko di Berlin, Jerman, menunjukkan bahwa produk tersebut habis terjual seiring permintaan yang tinggi akibat wabah Covid-19, Jumat (28/2/2020).
Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa di negara yang memiliki budaya mengenakan masker, peningkatan mortalitas akibat Covid-19 hanya naik 7,2 persen per pekan. Jumlah ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara yang tidak mengenakan masker, yakni 55 persen penambahan kematian per pekan.
”Bukan pengurangan beberapa persen saja. Namun, tingkat kematiannya ratusan kali lebih rendah. Sejumlah negara di Asia, tingkat kematian 1 orang per 1 juta. Di AS, kematian terjadi di 1 per 2.500,” kata Leffler.
Temuan ini mendukung sejumlah penelitian sebelumnya mengenai signifikansi pengenaan masker dalam penanggulangan Covid-19.
Bukan pengurangan beberapa persen saja. Namun, tingkat kematiannya ratusan kali lebih rendah. Sejumlah negara di Asia, tingkat kematian 1 orang per 1 juta. Di AS, kematian terjadi di 1 per 2.500.
Pada awal Juni lalu, peneliti asal Jerman dan Denmark menunjukkan bahwa penggunaan masker di Jerman dapat mengurangi peningkatan kasus positif per hari 40-60 persen.
Bahkan, Klaus Walde, salah satu peneliti, berkeyakinan bahwa angka tersebut masih kecil. Ia meyakini bahwa kemampuan masker mencegah penyebaran virus jauh lebih besar. Menurut dia, masker dapat mengurangi transmisi virus hingga berpuluh kali lipat.
”Rata-rata peningkatan kasus di Jerman setelah masker diwajibkan 2-3 persen. Ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan di masa awal pandemi, yakni di atas 50 persen,” kata Walde.
Temuan dari hasil penelitian kerja sama antara Kementerian Kesehatan Publik Thailand dengan Mahidol University Bangkok dan University of Oxford Inggris juga mendukung penggunaan masker sebagai bagian dari protokol kesehatan dasar yang tak terpisahkan.
Dari observasinya terhadap 1.050 orang tanpa gejala Covid-19, penggunaan masker ditambah praktik mencuci tangan dan pembatasan fisik lebih dari 1 meter dapat mengurangi transmisi 84 persen.