Perkembangan hasil riset virus SARS-CoV-2, penyebab pandemi Covid-19, yang diduga kuat bisa menular melalui udara, disikapi dengan kehati-hatian. Di antaranya memperhatikan sirkulasi udara dan disiplin memakai masker.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penularan Covid-19 semakin mengancam, terutama setelah Organisasi Kesehatan Dunia membuka diri akan bukti bahwa penyakit ini bisa menular melalui udara. Selain disiplin menjalankan protokol kesehatan, pengelolaan sirkusi udara juga perlu lebih diperhatikan. Ini terutama sirkulasi udara di ruangan tertutup seperti tempat kerja.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, mengatakan, virus korona jenis baru atau SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 yang berukuran mikro bisa bertahan lebih lama di udara. Penularannya pun bisa semakin luas apabila sirkulasi udara di suatu ruangan tidak berjalan dengan baik.
Partikel-partikel droplet yang keluar dari seseorang yang terinfeksi bisa tertahan cukup lama di udara
”Partikel-partikel droplet yang keluar dari seseorang yang terinfeksi bisa tertahan cukup lama di udara sehingga memungkinkan siapa pun yang berada di satu ruangan mendapatkan penularan,” katanya di Jakarta, Jumat (10/7/2020).
Untuk itu, ia mengimbau agar setiap ruangan yang berpotensi menimbulkan kerumunan bisa mendapatkan sirkulasi udara yang baik. Hal ini terutama dibutuhkan di tempat kerja yang kini sudah mulai berjalan produktif. Setiap orang yang berada di satu ruangan pun harus terus menggunakan masker. Masker juga diganti setiap empat jam.
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menambahkan, penelitian lebih lanjut terkait penularan Covid-19 melalui udara masih akan diteliti secara lebih lanjut. Merujuk pada publikasi yang diterbitkan New England Journal of Medicine, virus penyebab Covid-19 bisa bertahan di udara hingga tiga jam.
”Berdasarkan bukti-bukti tersebut, WHO terus merekomendasikan pencegahan penularan yang disebabkan droplet dari orang yang terinfeksi Covid-19. Tindakan pencegahan tetap harus dilakukan sesuai dengan tingkat risiko yang bisa ditimbulkan,” ujarnya.
Secara terpisah, anggota Tim Pakar Medis Gugus Tugas Nasional, I Gusti Ngurah Kade Mahardika, yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, mengatakan, potensi penyebaran Covid-19 lewat udara bisa terjadi apabila berada di tempat tertutup. Ini misalnya pada moda transpotasi publik, pusat perdagangan, perkantoran, dan restoran yang memiliki ventilasi buatan atau dengan fasilitas pendingin ruangan.
Bagi penyedia jasa atau pengelola gedung harus memperhatikan ventilasi udara. Pintu dan jendela ruangan sebaiknya dibuka secara berkala agar pertukaran udara bisa berlangsung optimal.
Masyarakat harus sadar bahwa masker itu digunakan untuk mencegah potensi penularan Covid-19.
”Kita dapat mengurangi dosis virus di udara dengan membuat ventilasi, seperti exhaust fan. Kalau pakai kendaraan umum, buka saja jendela. Selain itu, pastikan masker selalu dikenakan. Masyarakat harus sadar bahwa masker itu digunakan untuk mencegah potensi penularan Covid-19,” ucapnya.
Yurianto mengatakan, masyarakat harus tetap waspada akan penularan Covid-19. Penambahan kasus yang dilaporkan di sejumlah wilayah masih menunjukkan jumlah yang tinggi. Pada 10 Juli 2020 dilaporkan ada penambahan kasus baru yang terkonfirmasi Covid-19 sebanyak 1.611 kasus.
Provinsi dengan penambahan kasus tertinggi adalah DKI Jakarta (260 kasus), Jawa Timur (246 kasus), Sulawesi Utara (134 kasus), Sulawesi Selatan (132 kasus), dan Sumatera Utara (112 kasus). Dengan penambahan ini total kasus Covid-19 mencapai 72.347 kasus dengan 459 kabupaten/kota yang terdampak.
Sementara itu, total kasus sembuh kini mencapai 33.529 kasus dengan penambahan 878 kasus. Penambahan kasus kematian tercatat 52 kasus sehingga jumlah kematian yang terjadi dari kasus positif Covid-19 sebanyak 3.469 kasus.
”Kita juga masih melakukan pemantauan untuk ODP (orang dalam pemantauan) sebanyak 38.705 orang dan PDP (pasien dalam pengawasan) sebanyak 13.882 orang,” kata Yurianto.