Bagaimana Kemampuan Filtrasi Masker Melawan Virus Penyebab Covid-19
Masker menjadi penting saat virus diduga bisa menular melalui udara. Masker N99 dapat mengurangi risiko penularan hingga 99 persen. Di sisi lain, masker kombinasi katun dan sutra dapat mendekati kemampuan masker N95.
Oleh
SATRIO PANGARSO WISANGGENI
·4 menit baca
KOMPAS/RIZA FATHONI
Warga di RW 014 Grogol Utara, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, mengenakan masker saat berada di luar rumah, Minggu (5/7/2020). Akses menuju kawasan tersebut ditutup sementara selama 14 hari mulai Sabtu (4/7/2020) malam, menyusul 12 warga setempat yang terjangkit Covid-19.
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah bukti kini mengarah kemungkinan terjadinya transmisi infeksi Covid-19 lewat jalur udara atau airborne. Protokol kesehatan, seperti pengenaan masker, dapat menjadi lebih ketat. Namun, bagaimana kemampuan masker yang Anda miliki?
Peneliti kesehatan publik University of Arizona Amerika Serikat (AS), Amanda Wilson, telah mengkaji kemampuan filtrasi 12 jenis masker, dari respirator FFP3/N99 dan FFP2/N95 hingga serbet dan kain kaus oblong.
Dalam penelitian berjudul ”COVID-19 mask infection risk comparison” yang diterbitkan oleh Journal of Hospital Infection, Amanda Wilson dan kolega membandingkan kemampuan masker melindungi penggunanya dalam dua periode durasi paparan virus, 20 menit dan 30 detik.
Meski memiliki kemampuan filtrasi yang bermacam-macam, setidaknya masker dinilai dapat memberikan pelindungan yang jauh lebih baik daripada tanpa masker.
Untuk periode eksposur 30 detik, penggunaan masker dapat mengurangi probabilitas risiko tertular Covid-19 sebanyak 44–99 persen penularan. Sedangkan untuk periode 20 menit, penggunaan masker dapat mengurangi 24-94 persen.
Masker yang memiliki performa terbaik adalah respirator FFP3/N99. Wilson mengatakan, risiko penularan virus dapat dikurangi 94 persen pada durasi 20 menit dan 99 persen untuk durasi 30 detik.
”Masker N99 bahkan memiliki kemampuan filtrasi lebih baik daripada N95. Namun, masker ini susah didapatkan dan juga ada persoalan etik untuk mengutamakan masker ini bagi para tenaga medis,” kata Wilson, seperti dilaporkan Science Daily pada Rabu (8/7/2020).
Amanda M. Wilson et. al
Grafik yang menunjukkan penurunan risiko penularan menggunakan berbagai macam masker. Kolom membagi grafik berdasarkan durasi eksposur; 20 menit (kiri) dan 30 detik (kanan). Sedangkan baris menunjukkan perbedaan asumsi jumlah partikel virus yang dibutuhkan untuk membuat sebuah butir aerosol menjadi infeksius. Sumbu x atau horizontal menunjukkan penurunan risiko penularan (semakin ke kiri semakin kecil risiko penularan, karena negatif).
Sedangkan untuk material nontradisional, kantong penyedot debu atau vacuum cleaner ternyata memiliki kemampuan filtrasi terbaik; 58 persen pengurangan risiko penularan terhadap eksposur virus selama 20 menit dan 83 persen untuk 30 detik.
Wilson mengatakan, secara umum, material yang lebih tebal dan memiliki jumlah serat lebih banyak (thread-count) memiliki kemampuan filtrasi yang lebih bagus. Namun, material seperti sutra, yang memiliki karakteristik listrik statis, dapat menarik partikel kecil dan mencegahnya menembus masker.
”Dari penelitian ini, probabilitas penularan tidak bisa ditekan menjadi nol. Artinya, usahakan tetap di rumah sebisa mungkin, cuci tangan, dan gunakan masker ketika terpaksa harus pergi ke luar,” kata Wilson.
Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh peneliti rekayasa molekuler Supratik Guha dan kolega dari University of Chicago, AS, menunjukkan bahwa kombinasi di antara dua bahan kain dapat menyamai kemampuan filtrasi masker N95.
Supratik Guha et. al
Peneliti rekayasa molekuler Supratik Guha dan kolega dari University of Chicago AS menemukan bahwa masker dua lapis kombinasi katun dan sutra dapat menyaring 80–99 persen partikel aerosol berukuran 10 nanometer sampai dengan 6 mikrometer. Hal ini dimungkinkan dengan penyaringan fisik oleh katun, kemudian ditambah dengan listrik statis dari sutra.
Menggunakan fasilitas milik Departemen Energi dan dana hibah dari Departemen Pertahanan AS, Guha menemukan bahwa melapisi kain katun biasa dengan sifon atau sutra alami dapat menyaring 80 sampai 99 persen partikel aerosol berukuran 10 nanometer hingga 6 mikrometer (0,006 mm).
Hal ini dimungkinkan dengan mengombinasikan kemampuan filtrasi fisik oleh serat katun, kemudian ditambah dengan filtrasi listrik statis yang dimiliki oleh kain sutra alami ataupun sifon dan flanel.
”Kami menemukan bahwa kombinasi antara katun dan sutra, sifon, dan flanel dapat memiliki cakupan filtrasi yang luas baik pada tingkat nano hingga mikro. Hal ini karena kombinasi antara penyaringan fisik dan listrik statis,” tulis Guha dalam penelitiannya yang diterbitkan oleh jurnal American Chemical Society (ACS) Nano.
Seperti yang diketahui, sejumlah studi menunjukkan bahwa transmisi Covid-19 dapat terjadi melalui jalur udara—tidak hanya melalui jalur droplet.
REUTERS/WHO/CHRISTOPHER BLACK
Sekretaris Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus berpidato pada sidang tahunan WHO, World Health Assembly (WHA), ke-73 di Geneva, Swiss, Senin (18/5/2020). Sidang digelar virtual akibat pandemi Covid-19.
Dugaan penularan melalui udara selama ini masih dikesampingkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hingga 239 peneliti dari sejumlah negara pada pekan ini membuat pernyataan bahwa tetesan berukuran di bawah 5 mikrometer dapat melayang di udara beberapa jam dan berkelana hingga puluhan meter.
Ukuran droplet memang memegang peran yang penting dalam menentukan karakteristik penularan Covid-19. Guru Besar Ilmu Penyakit Mulut Universitas Trisakti Prof Rahmi Amtha mengatakan bahwa partikel aerosol yang berukuran kurang dari 0,1 mikrometer dapat tercipta ketika bersin.
Bersin dapat mengeluarkan partikel aerosol hingga kecepatan 50 meter per detik. Sedangkan material droplet yang berukuran 0,1 mm akan lebih cepat jatuh dari udara. Padahal, kata dia, jumlah partikel virus dalam air liur itu cukup tinggi, yakni 1,2 miliar partikel setiap 1 mililiter (ml) air liur.
”Ketika berbicara atau membuka mulut itu sudah ada tiga hal yang keluar, yakni splatter, droplet, dan aerosol. Jangkauan paling jauh itu bersin, lalu lebih pendek kalau batuk, dan paling kecil jangkauannya itu ketika mengembuskan napas,” katanya.