Longgarnya pembatasan pergerakan warga antarwilayah mengakibatkan kasus Covid-19 terus meluas dengan korban jiwa meningkat. Tanpa pengetatan pembatasan sosial, pandemi makin tidak terkendali.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki penyekat alami yang bisa memperlambat penyebaran wabah Covid-19. Namun, potensi ini belum teroptimalkan karena longgarnya pembatasan antar wilayah sehingga kasus meluas dengan korban jiwa meningkat.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menyebutkan, hingga Senin (6/7/2020), jumlah kasus kumulatif Covid-19 mencapai 64.958 kasus setelah ada penambahan 1.209 kasus. Adapun pemeriksaan spesimen, yang dilaporkan per hari itu berjumlah 12.756 spesimen.
”Pemeriksaan ini seperti biasanya, setiap pada hari Senin, pasti akan menurun drastis karena beberapa laboratorium kami pada Minggu tidak melaksanakan pemeriksaan. Jadi, hanya terbatas pada pemeriksaan yang dilaksanakan oleh jejaring laboratorium Kementerian Kesehatan,” ujar Yurianto.
Jumlah korban jiwa akibat Covid-19 yang diumumkan Yurianto total 3.241 orang dengan penambahan 70 orang. Jumlah korban jiwa ini jauh lebih kecil dibandingkan data ”Bersatu Lawan Covid-19” di Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, yang mencapai 14.123 orang hingga Senin.
Data Bersatu Lawan Covid-19 di Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 merekam semua korban meninggal terkait Covid-19, termasuk dengan status pasien dalam pemeriksaan (PDP) dan orang dalam pemantauan (ODP). Pencatatan ini sesuai rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa korban bisa dikategorikan yang sudah terkonfirmasi melalui pemeriksaan dengan metode reaksi rantai polimerase (PCR), diagnosis terkonfirmasi, dan diagnosis klinis.
Sebanyak 455 kabupaten dan kota di 34 provinsi telah terdampak Covid-19. Jumlah orang dalam pemantauan yang diduga memiliki kontak dekat dengan kasus positif 38.748 orang dan pasien dalam pengawasan sebanyak 13.360 orang.
Epidemiolog dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universias Gadjah Mada, Bayu Satria, mengkhawatirkan, pada akhirnya Covid-19 akan menyebar ke seluruh wilayah Indonesia, termasuk ke daerah pedalaman. ”Kalau tidak dibendung, terutama tidak ada pemeriksaan ketat di perbatasan, pasti wabah akan terus membesar karena penularan antarwilayah terus terjadi,” katanya.
Dia mencontohkan, saat ini banyak laporan kasus baru di Yogyakarta berasal dari orang-orang yang sebelumnya melakukan perjalanan dari Jawa Timur. ”Di Yogyakarta surveilansnya lumayan baik sehingga kasusnya bisa dilacak. Itu pun belum tentu semua terdeteksi,” kata Bayu.
Tertinggi di Asia Tenggara
Dengan besarnya jumlah penduduk, kita berpeluang menjadi salah satu negara dengan kasus Covid-19 terbesar. Saat ini, Indonesia berada di urutan ke-26 dengan negara yang mempunyai jumlah Covid-19 terbanyak, dan merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara.
Dengan tren penambahan kasus rata-rata di atas 1.000 orang per hari, jumlah Covid-19 di Indonesia bisa menyalip China sebelum akhir Juli 2020. Saat ini, China memiliki 83.553 kasus dengan penambahan kasus harian rata-rata kurang dari 10 orang.
Kalau tidak dibendung, terutama tidak ada pemeriksaan ketat di perbatasan, pasti wabah akan terus membesar karena penularan antarwilayah terus terjadi.
Menurut dia, penyebaran kasus Covid-19 di Indonesia lebih lambat dari pemodelan yang memakai acuan negara-negara kontinen. Indonesia diuntungkan dengan kondisi geografis negara kepulauan dan tingkat kepadatan penduduk yang timpang antarwilayah sehingga memperlambat mobilitas dan penularan virus.
Di sisi ini, kapasitas tes antardaerah belum merata. Jumlah itu menyebabkan ada kemungkinan keterlambatan deteksi penyebaran di daerah-daerah yang saat ini dianggap masih aman. Sejauh ini baru Jakarta yang memenuhi syarat minimal WHO untuk jumlah tes, yakni 1 per 1.000 populasi per minggu.
”Harusnya kalau suatu daerah masih dianggap hijau, persiapannya lebih ketat, termasuk pemeriksaan di pintu masuk dan penguatan surveilans. Setiap orang yang masuk ke daerah itu harus dicatat sehingga bisa segera dilacak jika ada kasus. Hijau belum tentu aman kalau daerah sekitarnya merah, hanya soal waktu akan tertular juga kalau tidak dijaga dengan ketat,” ujarnya.
Menurut Bayu, jalur-jalur transportasi, baik darat, laut, maupun udara yang menghubungkan antarwilayah, harus dijaga dengan ketat. ”Tiap kabupaten/kota seharusnya memiliki kemampuan tes PCR sehingga bisa memeriksa spesimen dengan cepat. Kalau harus dikirim ke daerah lain dan harus antre, akan terlambat mencegah penularan, apalagi jika fasilitas isolasi terbatas," tuturnya.
Upaya penutupan perbatasan antarwilayah juga dilakukan di negara lain. Di Australia, misalnya, baru-baru ini menutup perbatasan di antara dua negara bagian terpadatnya, yaitu Victoria dan New South Wales (NSW), setelah terjadi lonjakan kasus Covid-19 di Melbourne.
Data dari worldometers.info, Covid-19 saat ini telah menginfeksi 11.591.304 orang di 213 negara dengan korban meninggal 537.436 orang. Amerika Serikat menjadi negara dengan kasus terbanyak, yaitu 2,98 juta penderita dan korban jiwa 132.610 orang, disusul Brasil 1,604 juta kasus dan korban jiwa 64.900 orang, dan India 700.724 kasus serta korban jiwa 19.714 orang.