Pandemi Covid-19 Belum Selesai, Tidak Boleh Kendur Lindungi Anak
Walau tingkat keparahan Covid-19 pada anak rendah, orangtua tetap diingatkan agar tidak lengah menjaga anak. Sebab, belum ada studi yang menunjukkan dampak Covid-19 pada anak di Indonesia.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
Kompas
Seorang anak mengenakan pelindung wajah saat hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) pada masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, Minggu (21/6/2020). Pemprov DKI Jakarta kembali menggelar HBKB dengan menerapkan protokol kesehatan di sepanjang ruas Jalan Jenderal Sudirman- MH Thamrin setelah ditiadakan sejak 15 Maret 2020 karena pemberlakuan PSBB untuk mencegah penyebaran Covid-19 semakin meluas.
JAKARTA, KOMPAS — Perlindungan terhadap anak dari paparan Covid-19 tidak boleh longgar pada masa normal baru. Orangtua diminta waspada karena potensi anak terinfeksi sama besar dengan risiko pada orang dewasa.
Menurut data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, ada 51.427 kasus positif Covid-19 di Indonesia per Jumat (26/6/2020). Sebanyak 27.441 pasien dalam perawatan, 21.333 pasien dinyatakan sembuh, dan 2.683 orang meninggal.
Anak berusia 0-5 tahun yang dinyatakan positif Covid-19 sebesar 2,3 persen, dirawat 2,3 persen, sembuh 2,3 persen, dan meninggal 1 persen. Adapun di kelompok usia 6-17 tahun, jumlah pasien positif 5,7 persen, dirawat 6,2 persen, sembuh 5,6 persen, dan meninggal 0,6 persen.
Anggota Satuan Gugus Tugas Covid-19 IDAI, Anggaraini Alam, mengatakan, anak tidak kebal terhadap Covid-19. Potensi anak terpapar Covid-19 sama besarnya dengan orang dewasa. Peningkatan pergerakan orang menjelang normal baru dinilai turut meningkatkan risiko paparan pada anak.
”Jangan dulu membawa anak-anak keluar rumah. Sementara untuk orang dewasa yang mulai bekerja di luar rumah harus memperhatikan kebersihan saat pulang. Pakaian dan semua peralatan harus dibersihkan. Orang yang baru pulang harus mandi sebelum berinteraksi dengan anak,” kata Anggraini.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Dokter anak Mila Hardiani mengenakan APD level 2 bertema kartun saat memeriksa pasien di ruang praktiknya di RSIA Tambak, Jakarta Selatan, Senin (2/6/2020). APD bertema kartun tersebut dikenakan dokter saat memeriksa pasien anak.
Perhatian dan perlindungan anak dari paparan virus dinilai mulai kendur di masyarakat, contohnya masih ditemui anak yang bermain di luar rumah tanpa masker. Padahal, risiko tertular penyakit jika memakai masker hanya 3 persen. Peluang tertular bila tidak bermasker ialah 17 persen (Kompas, 10/6/2020).
Di sisi lain, dampak Covid-19 pada anak-anak dinilai tidak separah Covid-19 pada orang dewasa. Hal ini disampaikan melalui studi yang dipublikasi pada The Lancet Child and Adolescent Health pada 25 Juni 2020.
Studi tersebut melibatkan 582 anak berusia di bawah 18 tahun yang terinfeksi Covid-19. Mereka berasal dari 25 negara Eropa. Sebanyak 75 persen anak tidak memiliki penyakit bawaan, sementara 25 persen lainnya menderita antara lain asma, leukemia, tumor, jantung, dan ginjal.
Dari 582 anak yang terlibat studi, yang dirawat di rumah sakit sebanyak 363 orang atau setara 62 persen. Namun, hanya 8 persen anak yang butuh perawatan intensif. Jumlah anak yang meninggal tergolong sedikit, yakni 4 orang. Studi menyimpulkan bahwa tingkat kematian akibat Covid-19 pada anak sebesar 0,69 persen.
Studi juga menunjukkan bahwa Covid-19 tergolong sebagai penyakit ringan pada anak. Namun, tetap ada kemungkinan Covid-19 berkembang menjadi penyakit berat yang membutuhkan perawatan intensif.
Walau tingkat keparahan Covid-19 pada anak rendah, Anggraini mengingatkan agar orangtua tidak lengah menjaga anak. Sebab, belum ada studi yang menunjukkan dampak Covid-19 pada anak di Indonesia. Sebaran Covid-19 pada anak pun belum terpetakan dengan jelas.
Data IDAI pada awal Juni 2020, ada 995 anak yang dinyatakan positif Covid-19. Jumlah anak yang meninggal dengan status positif Covid-19 ada 26 anak, meninggal dengan status pasien dalam pengawasan (PDP) 160 anak, dan anak berstatus PDP sebanyak 3.324 orang.
”Tingkat keparahan Covid-19 pada anak di Indonesia sangat beragam. Kita mengalami beban ganda karena Indonesia masih berhadapan dengan masalah stunting, malnutrisi, dan obesitas. Ini memengaruhi dampak Covid-19 pada anak,” kata Anggraini.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Petugas keamanan memeriksa suhu tubuh orangtua calon peserta didik saat memasuki kawasan SMKN 26 Rawamangun, Jakarta Timur, yang ditunjuk sebagai posko penerimaan peserta didik baru (PPDB) 2020 wilayah Jakarta Timur, Kamis (25/6/2020). Posko tersebut melayani orangtua murid yang mengalami hambatan dalam proses PPDB secara daring yang dilakukan dengan protokol pencegahan Covid-19.
Selain berdampak pada kesehatan, pandemi juga akan memengaruhi masa depan anak. Unicef menemukan bahwa pandemi membuat kondisi finansial keluarga tidak stabil. Jutaan anak berhadapan dengan ancaman kemiskinan, malnutrisi, hingga putus sekolah.
”Anak-anak akan menghadapi dampak ini selama beberapa tahun ke depan bahkan setelah pandemi selesai. Ini bisa diatasi dengan mencegah dampak sosial-ekonomi akibat pandemi. Krisis kesehatan ini bisa berubah menjadi krisis yang lebih luas,” kata perwakilan Unicef, Debora Comini, seperti dikutip dari laman Unicef.