Sebanyak 28 Dokter dan Nakes Dirawat, Layanan Kesehatan di Sidoarjo Dievaluasi
Kinerja layanan kesehatan di puskesmas dan rumah sakit di Sidoarjo dievaluasi setelah makin banyak tenaga medis dan tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19. Saat ini, ada 28 orang dirawat dan tiga lainnya meninggal.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Sidoarjo tengah mengevaluasi kinerja layanan kesehatan di puskesmas dan rumah sakit. Itu dilakukan setelah jumlah tenaga medis dan tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19 terus meningkat. Hingga saat ini, sudah tiga orang yang meninggal dunia dan 28 lainnya dirawat.
Tiga orang yang meninggal dunia itu adalah seorang dokter dan dua perawat. Dokter yang meninggal bernama Gatot Pramono, bertugas di Instalasi Gawat Darurat RSUD Sidoarjo. Adapun dua perawat yang meninggal salah satunya adalah Sri Agustin yang bertugas di poliklinik eksekutif RSUD Sidoarjo.
”Selain itu, saat ini, ada 28 orang yang tengah menjalani perawatan Covid-19, sembilan di antaranya dokter. Selebihnya adalah perawat, sopir ambulans, dan tenaga analis,” ujar Syaf Satriawarman, Rabu (24/6/2020).
Jumlah tenaga medis dan tenaga kesehatan (nakes) yang terpapar Covid-19 ini masih berpeluang bertambah. Dinas Kesehatan (Dinkes) Sidoarjo tengah mengumpulkan laporan dari seluruh rumah sakit, baik RS rujukan maupun nonrujukan Covid-19. Berdasarkan informasi yang diperoleh Kompas, total tenaga medis dan tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19 selama masa pandemi di Sidoarjo mencapai 70 orang.
Merujuk pada hasil uji usap Covid-19, jumlah tenaga kesehatan yang bertugas di IGD yang terpapar Covid-19 hampir 50 persen. Setelah ditelusuri, pasien yang masuk ke UGD mayoritas datang tanpa rujukan sehingga belum melalui proses penapisan.
Terkait data akumulasi total tenaga medis dan nakes yang terpapar Covid-19 tersebut, Syaf Satriawarman mengatakan, pihaknya masih menunggu laporan, terutama dari rumah sakit. Laporan itu akan diolah lagi supaya datanya tidak tumpeng tindih. Alasannya, banyak tenaga medis yang bekerja di dua rumah sakit, bahkan lebih.
Dari 28 tenaga medis dan nakes yang dirawat saat ini, mayoritas bekerja di RSUD Sidoarjo. Hal itu berdampak pada layanan kesehatan di sana. Setelah ditelusuri lebih jauh, mayoritas yang terpapar Covid-19 merupakan tenaga medis dan nakes yang bertugas di instalasi gawat darurat (IGD).
Tutup poliklinik eksekutif
Direktur RSUD Sidoarjo Atok Irawan mengatakan, banyaknya tenaga medis dan nakes di IGD yang terpapar Covid-19 berdampak pada pelayanan. Itu karena pihaknya harus mengistirahatkan mereka. Di tengah situasi sumber daya manusia yang berkurang, layanan IGD justru terus kebanjiran pasien, baik umum maupun Covid-19.
”Sebagai gambaran, selain menangani pasien umum, saat ini IGD RSUD Sidoarjo juga menangani 26 pasien Covid-19. Mereka dirawat di ruang isolasi khusus IGD karena ruang perawatan intensif Covid-19 kondisinya penuh,” tutur Atok Irawan.
Pasien Covid-19 di IGD akan dipindahkan saat ada pasien di ruang perawatan yang diperbolehkan pulang setelah dinyatakan negatif. Untuk menangani pasien Covid-19 di IGD ini, pihaknya harus merotasi sumber daya manusia (SDM) dari bagian lain, salah satunya dari layanan poliklinik eksekutif.
Karena kebutuhan nakesnya banyak, layanan poliklinik eksekutif terpaksa ditutup mulai Kamis (24/6). Penutupan diperkirakan berlangsung dua pekan atau hingga penambahan pasien Covid-19 di Sidoarjo melandai. Selain itu, ada rencana merujuk sebagian pasien yang kondisinya sudah stabil ke RS Darurat Covid-19 di Jalan Indrapura, Surabaya.
”Penutupan layanan poliklinik eksekutif diambil karena tidak mungkin menutup layanan di IGD. Pandemi Covid-19 di Sidoarjo belum mereda, bahkan saat ini belum mencapai puncaknya sehingga penambahan kasus baru masih tinggi,” ucap Atok Irawan.
Sementara itu, Syaf Satriawarman menambahkan, berdasarkan hasil analisisnya, ada tiga hal yang perlu dievaluasi, yakni optimalisasi penggunaan alat pelindung diri, penerapan protokol kesehatan, dan pemenuhan prosedur standar layanan kesehatan. Pihaknya telah meminta manajemen rumah sakit dan puskesmas mengaudit titik krusialnya.
”Merujuk pada hasil uji usap Covid-19, jumlah tenaga kesehatan yang bertugas di IGD yang terpapar Covid-19 hampir 50 persen. Setelah ditelusuri, pasien yang masuk ke UGD mayoritas datang tanpa rujukan sehingga belum melalui proses penapisan,” ujar Syaf.
Menariknya lagi, pasien yang datang ke IGD ini setelah diperiksa banyak yang hasilnya positif Covid-19, tetapi tanpa disertai gejala klinis (orang tanpa gejala). Akibatnya, banyak nakes di IGD yang berpotensi terpapar virus korona galur baru, mulai petugas satpam yang menerima pertama kali, bagian administrasi, hingga dokter yang menangani.
Menurut Syaf, selain di rumah sakit, paparan Covid-19 terhadap tenaga medis dan nakes juga terjadi di puskesmas. Dari hasil uji cepat terhadap tenaga medis dan nakes di seluruh puskesmas, ditemukan 11 orang yang reaktif. Dari 11 orang itu, setelah di uji usap diperoleh hasil tiga orang terkonfirmasi positif Covid-19, yakni seorang dokter gigi dan dua perawat. Kondisi mereka saat ini sudah sembuh.
Setelah melakukan evaluasi terhadap layanan kesehatan di puskesmas, Dinkes Sidoarjo memutuskan membatasi waktu pelayanan untuk mengurangi paparan virus. Waktu pelayanan kesehatan di seluruh puskesmas dibatasi maksimal pukul 12.00. Sebelumnya layanan kesehatan diberikan sampai pukul 15.00.
”Hal itu untuk menurunkan risiko terpapar Covid-19 karena saat ini OTG ada di mana-mana,” kata Syaf Satriawarman.
Sidoarjo merupakan daerah dengan jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 terbesar kedua di Jatim. Jumlah kasusnya saat ini 1.259 orang, sebanyak 196 di antaranya sembuh dan 97 lainnya meninggal.
Jumlah kasus positif Covid-19 di kabupaten dengan luas wilayah 75.000 kilometer atau paling kecil di antara kabupaten/kota di Jatim ini lebih tinggi dibandingkan dengan total kasus di Provinsi Bali sebanyak 1.158 orang dan Provinsi NTB sebanyak 1.102 orang.