Inovasi Dalam Negeri Mulai Dimanfaatkan untuk Penanganan Covid-19
Kedaruratan pandemi telah menghasilkan percepatan inovasi yang teruji standarnya. Kabar baiknya lagi, hasil inovasi ini kini mulai digunakan untuk mempercepat penanganan Covid-19.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengembangan riset dan inovasi yang dilakukan peneliti dalam negeri untuk percepatan penanganan Covid-19 telah berbuah hasil. Sejumlah hasil inovasi kini mulai dimanfaatkan untuk masyarakat luas.
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro di Jakarta, Rabu (24/6/2020), mengatakan, berbagai hasil inovasi untuk penanganan Covid-19, terutama inovasi berupa alat kesehatan, telah siap diproduksi secara massal. Harapannya, kebutuhan alat kesehatan di Indonesia semakin tercukupi tanpa harus bergantung pada produk dari luar negeri.
Salah satu produk yang telah siap diproduksi adalah ventilator transport lokal rendah biaya.
”Salah satu produk yang telah siap diproduksi adalah ventilator transport lokal rendah biaya. Ventilator yang disebut Covent-20 ini merupakan hasil inovasi dari tim ventilator Universitas Indonesia yang tergabung dalam Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19,” ujarnya.
Covent-20 telah dinyatakan lulus uji klinis manusia untuk mode ventilasi Continuous Mandatory Ventilation (CMV) dan Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) dari Kementerian Kesehatan pada 15 Juni 2020. Selain itu, produk ini juga telah mendapatkan izin edar dari Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan pada 19 Juni 2020. Menurut rencana, ventilator ini akan diproduksi sebanyak 300 unit untuk memenuhi kebutuhan di sejumlah rumah sakit rujukan.
Selain ventilator, menurut Bambang, alat tes berbasis polymerase chain reaction (PCR) dan alat pemeriksaan tes cepat (rapid test) juga sedang dikembangkan. Alat tes cepat bahkan sudah diproduksi mencapai 100.000 unit. Ditargetkan alat ini bisa diproduksi sampai dua juta unit.
”Minggu lalu, kami juga telah meresmikan Laboratorium Mobile BSL 2. Laboratorium ini untuk menambah jumlah kapasitas pemeriksaan swab test di berbagai tempat di Indonesia,” ujarnya.
Reisa Broto Asmoro dari Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menambahkan, hasil inovasi karya anak bangsa lain yang juga telah dimanfaatkan untuk menangani pandemi Covid-19 berupa baju hazmat sebagai alat pelindung diri. Produk yang diberi nama INA United ini telah memenuhi standar internasional yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Produksi alat pelindung ini pun telah dimanfaatkan sampai ke luar negeri. Kini, produksinya mencapai 17 juta unit per bulan. Jumlah itu jauh di atas kebutuhan nasional yang rata-rata sebanyak 5 juta unit per bulan.
Reisa mengatakan, pemenuhan kebutuhan lain untuk penanganan Covid-19 juga dinilai semakin baik. Sebanyak 3.000 sukarelawan sudah tergabung dengan gugus tugas untuk mendampingi para tenaga medis yang bertugas di lebih dari 130 rumah sakit rujukan Covid-19.
Selain itu, ketersediaan laboratorium uji juga meningkat menjadi lebih dari 200 laboratorium yang tersebar di sejumlah wilayah Indonesia. Total alat pelindung diri yang didistribusikan mencapai lebih dari 4,3 juta unit.
Setiap uluran tangan, kepedulian, dan kerelaan menolong serta bergotong royong sangat dibutuhkan.
”Tidak mungkin pemerintah mengatasi sendiri pandemi ini. Setiap uluran tangan, kepedulian, dan kerelaan menolong serta bergotong royong sangat dibutuhkan. Ini terutama untuk saling mengingatkan agar disiplin mematuhi protokol kesehatan,” tutur Reisa.
Perkembangan kasus
Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, mengatakan, jumlah kasus baru yang terkonfirmasi positif Covid-19 per 24 Juni 2020 bertambah sebanyak 1.113 kasus sehingga total menjadi 49.009 kasus. Lima provinsi dengan penambahan kasus tertinggi meliputi Jawa Timur (183 kasus), DKI Jakarta (157 kasus), Sulawesi Selatan (132 kasus), Maluku Utara (95 kasus), dan Kalimantan Selatan (90 kasus).
Kasus sembuh yang dilaporkan bertambah sebanyak 417 kasus sehingga total kumulatif menjadi 19.658 kasus. Sementara kasus kematian bertambah sebanyak 38 kasus sehingga total menjadi 2.573 kasus. Seluruh penambahan kasus baru yang dilaporkan merupakan hasil pemeriksaan 21.233 spesimen dari 12.238 orang.
Adapun total kasus orang dalam pemantauan sebanyak 36.648 orang dan total pasien dalam pengawasan 13.069 orang. Kasus ini dilaporkan dari 443 kabupaten/kota yang terdampak di sejumlah wilayah Indonesia.