Tetap Aktif dan Berpikir Positif Selama Pandemi
Selalu aktif, menjaga pikiran positif, terus bersyukur, dan tetap menjaga optimisme menjadi cara mujarab bagi warga senior atau lanjut usia.
Menua tidak selalu identik dengan penyakit, turunnya daya ingat, tak banyak kegiatan, atau mengalami kesepian. Di tengah pandemi, warga senior atau lanjut usia tetap bisa aktif dan produktif meski tetap harus menjaga diri agar tidak terjangkit Covid-19.
Tati Idawati (66) dalam perjalanan dari Cawang, Jakarta Timur, menuju rumahnya di Tamansari, Kabupaten Bogor, Rabu (17/6/2020) petang. Ia baru saja menyiapkan kegiatan Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat (IPSM) Nasional yang akan menggelar pemeriksaan cepat korona.
”Biasanya (sebelum pandemi), saya pergi pulang Jakarta-Bogor naik kereta komuter,” katanya. Sejak pandemi, anaknya yang khawatir akan paparan Covid-19 meminjamkan mobil beserta sopir untuk mendukung aktivitas nenek tiga anak dan tujuh cucu itu.
Meski masuk kelompok rentan, Tati tetap aktif menjalani hari di tengah pandemi. Selain mengurus kegiatan IPSM, ia juga harus menangani 10 orang lansia telantar di Panti Sosial Tresna Werdha Nurul Taubat, Tamansari, Bogor, dan rumah singgah bagi 102 anak jalanan di Cibinong, Bogor, yang ia kelola.
Di luar panti, bersama pekerja sosial lainnya, ia ikut mengelola 300-an lansia terlantar di sekitar Tamansari. Di masa pandemi ini, sejumlah bantuan pemerintah harus mereka bagikan bagi para lansia telantar tersebut.
”Kalau takut (tertular Covid-19), ya, takut, apalagi saya punya penyakit gula (diabetes melitus). Tetapi, karena ini kewajiban, ya, harus dijalankan,” tambahnya.
Baginya yang menjadi pekerja sosial sejak 16 tahun lalu, ada rasa senang dan kepuasan batin tersendiri saat bisa membantu orang lain.
Untuk meminimalkan risiko paparan, sebagai seorang lansia yang mengurusi lansia, Tati juga membekali diri dengan masker dan cairan antiseptik pembersih tangan. Baginya yang menjadi pekerja sosial sejak 16 tahun lalu, ada rasa senang dan kepuasan batin tersendiri saat bisa membantu orang lain.
Hingga kemarin, data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menunjukkan, 14,1 persen yang positif Covid-19 adalah warga lansia, lebih tinggi dari jumlah warga lansia Indonesia 2020 sebesar 10,65 persen dari populasi. Namun, 43,6 persen yang meninggal gara-gara korona adalah warga lansia.
Upaya untuk tetap aktif di usia senja juga dilakukan Murniaty Wardani (65), anggota Kelompok Lansia Bahagia Puskesmas Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Tinggal di rumah saja tiga bulan terakhir justru membuatnya makin produktif.
”Selama pandemi, pesanan serabi makin banyak melalui online (daring) dan telepon,” katanya dalam webinar menyambut Hari Lanjut Usia Nasional yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan, Selasa (16/6). Memasak adalah hobi yang ditekuninya sejak lama. Selain untuk keluarga, kegemaran itu juga bisa dijadikan usaha sampingan.
Berada di rumah saja juga memberinya banyak waktu untuk menekuni hobi lain yang lama ditinggalkan seperti berkebun atau merajut. Tak jarang sembari melakukan berbagai kegiatan itu, termasuk olahraga, dia mengajak cucunya yang ke rumah.
Menjalani hari-hari dengan bahagia di tengah pembatasan sosial juga dilakukan Belinda Gunawan (77), mantan wartawan Femina Group. ”Kegiatan grandma, membaca dan menulis, menjahit baju cucu,” ujarnya.
Sejak pensiun pada 2006, ia aktif memberikan pelatihan bagi wartawan hingga 2016. Kini, ia masih aktif menulis sejumlah buku dan cerpen, serta opini di Facebooknya.
Awalnya, hanya anak laki-lakinya yang berani masuk rumah karena khawatir menularkan korona mengingat Belinda punya asma. Namun, kini anak perempuan, menantu laki-laki, dan cucu terbesarnya sudah berani masuk rumahnya.
Bagi orang lansia, dukungan anak dan cucu selama pandemi sangat berarti. Dukungan itu membuat warga lansia lebih semangat menjalani hari-harinya.
Namun, tak semua orang lansia bisa menikmati hal itu. Orang lansia telantar yang diurusi Tati umumnya merasa diabaikan keluarganya. Meski ekonomi anaknya berkecukupan, mereka umumnya diletakkan di bagian belakang rumah dengan kondisi serba terbatas. ”Banyak di antara mereka yang sakit hati dengan anaknya,” katanya.
Mengalami malnutrisi
Banyak warga lansia yang terabaikan itu mengalami malnutrisi. Peneliti Pusat Penelitian Kesehatan Masyarakat dan Kependudukan Universitas Trisakti Jakarta, Nugroho Abikusno, mengatakan, beberapa ciri orang lansia mengalami malnutrisi, antara lain, gampang marah, mudah tersinggung, atau depresi.
”Mereka juga bisa terus-menerusan merasa capai walau sudah tidur cukup,” tambahnya. Malnutrisi juga bisa membuat fokus berkurang, turunnya nafsu makan, sering mengeluh kedinginan walau cuaca panas, dan mengalami rambut rontok. Selain itu, kehidupan psikososial orang lansia juga perlu diperhatikan.
Dokter spesialis saraf yang juga Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta Yuda Turana mengatakan, orang lansia umumnya mengalami misinformasi, baik menjadi korban hoaks maupun tanpa sengaja menyebar hoaks. Hoaks yang tersebar umumnya soal obat, suplemen, atau herbal terkait korona.
Berita kematian atau berita negatif tentang korona juga mudah diterima orang lansia. Padahal, paparan berita negatif berulang meningkatkan kecemasan, depresi, dan demensia. ”Hal negatif yang diulang-ulang mudah disimpan dalam otak dan menurunkan fungsi otak,” katanya. Repotnya, informasi lain, termasuk berita positif, justru mudah dilupakan orang lansia.
Selain informasi negatif, pembatasan fisik juga bisa membuat orang lansia kesepian. Padahal, kesepian meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, dan kematian. ”Meski terpisah jarak, keterhubungan orang lansia secara psikologis tetap harus dijaga,” katanya.
Karena itu, penting bagi orang lansia untuk menumbuhkan pikiran positif selama pandemi. ”Berpikir positif memberi pengaruh baik, hidup jadi lebih tenang, dan bisa menikmati hari tua,” kata Murniaty.
Baca juga: Warga Lansia Makin Tersisih
Menjaga pikiran positif bisa dengan selalu bersyukur, menjaga optimisme, minum obat teratur, dan senantiasa tersenyum. Menghindari amarah, benci, kecewa atau penyesalan, serta menghindari gosip dan fitnah juga akan menjaga psikologis orang lansia lebih baik.
Psikologis orang lansia yang baik juga bisa ditopang dengan melakukan olahraga rutin, menjaga pola makan, melatih kognitif otak, menekuni hobi dan kegiatan rekreasi, serta tidur malam yang cukup 7-8 jam.