Di tengah pandemi Covid-19, pers diharapkan tidak sekadar memberikan informasi saja, tetapi juga menawarkan solusi-solusi bagi masyarakat untuk menghadapi masa krisis.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
Meski terbatas untuk mendapatkan informasi di lapangan ketika pandemi Covid-19, pers tetap dituntut untuk kritis melihat kondisi masyarakat. Pers tidak hanya dituntut menyajikan informasi yang akurat, melainkan juga memberikan solusi atas berbagai persoalan yang terjadi.
Direktur Program CNN Indonesia TV Desi Anwar menyampaikan, pers memiliki peran yang sangat penting untuk menjadi pencerah bagi masyarakat di tengah maraknya berita palsu yang beredar di media sosial. Pers harus mampu menjadi sumber informasi yang kredibel dan terpercaya.
“Pers juga diharapkan tidak sekadar memberikan informasi saja. Pers harus kritis yang tidak hanya latah mengambil kutipan dari narasumber tetapi juga memberikan solusi. Misalnya terkait jumlah kasus yang terus meningkat, pers jangan hanya melihat statistik saja tetapi lihat dibalik itu ada setiap nyawa yang seharusnya bisa diselamatkan,” ujarnya dalam diskusi daring yang diselenggakan Dewan Pers bertajuk “Peran Jurnalis dalam Pandemi Corona” di Jakarta, Jumat (5/6/2020).
Karena itu, pemilihan narasumber pun menjadi penting untuk diperhatikan. Terkait pandemi ini, prioritas narasumber tidak lagi politikus melainkan lebih fokus pada ilmuwan yang kredibel dalam memberikan gambaran tentang situasi terkini.
Media juga punya peran yang strategis untuk bisa memberikan harapan pada masyarakat
Pemimpin redaksi IDN Times Uni Lubis menambahkan, media juga punya peran yang strategis untuk bisa memberikan harapan pada masyarakat. Masa krisis akibat pandemi saat ini membuat masyarakat haus akan informasi yang sifatnya menenangkan.
“Orang itu sudah sampai pada tahap perlu semacam mood booster atau harapan. Masyarakat kini lebih tertarik pada kisah inspirasi ataupun perkembangan kasus yang sembuh. Namun di saat yang sama, media juga berfungsi untuk membangun kesadaran masyarakat dan mengawasi pemerintah,” tuturnya.
Jalin kerjasama
Wakil Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Prof Herawati Supolo Sudoyo menuturkan, kerjasama antara ilmuwan dan media pun semakin dibutuhkan. Berbagai hasil riset dan publikasi ilmiah terkait Covid-19 harus disampaikan dengan cara yang baik agar masyarakat mendapatkan pemahaman yang benar.
“Selama ini ada gap antara ilmuwan dan wartawan. Terkadang ilmuwan itu khawatir bertemu dengan wartawan karena takut informasi yang disampaikan ke masyarakat salah karena tidak paham pada konteks yang disampaikan. Pandemi ini jadi pembelajaran baik bahwa komunikasi antara ilmuwan dan wartawan sebenarnya sangat penting,” kata dia.
Redaktur Senior yang juga mantan Pemimpin Redaksi Harian Kompas, Ninuk Mardiana Pambudy menyampaikan, pandemi Covid-19 berdampak pada kinerja media secara umum. Keterbatasan untuk meliput ke lapangan karena pertimbangkan kesehatan menjadi tantangan yang dihadapi.
Meski begitu, menurut dia, kerja jurnalis pada dasarnya adalah pekerjaan kaki. Artinya, sumber utama dari pemberitaan yang disajikan adalah hasil pengamatan langsung di lapangan. Untuk itu, prinsip dasar jurnalistik harus terus dijalankan dengan mempertimbangkan keselamatan dan keamanan dari wartawan itu sendiri.
“Perusahaan media juga harus menjamin keselamatan wartawannya. Untuk saat ini, wartawan yang bekerja ke lapangan tetap dibatasi dengan izin dari pemimpin redaksilangsung. Kegiatan yang sifatnya mengumpulkan kerumunan pun dihindari,” kata Ninuk.
Pemimpin Redaksi Majalah Femina Petty S Fatimah menilai, media harus bisa beradaptasi dengan kondisi saat ini, salah satunya dengan mengoptimalkan kanal-kanal media sosial.