Makanan tinggi lemak jenuh wajib dihindari terutama bagi Anda yang dikejar tenggat waktu pekerjaan. Hal itu disebabkan makan sekali saja dapat menghambat kemampuan kita berkonsentrasi.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Makanan berlemak mungkin terasa seperti sahabat yang menenangkan selama masa-masa sulit. Namun, makanan tinggi lemak jenuh ini wajib dihindari terutama bagi Anda yang dikejar tenggat waktu pekerjaan, karena makan sekali saja dapat menghambat kemampuan kita berkonsentrasi.
Demikian hasil studi dengan membandingkan tingkat konsentrasi 51 perempuan setelah mereka mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh dan sebagian diberi makanan dengan kandungan lemak tak jenuh.
”Sebagian besar pekerjaan sebelumnya melihat efek kausatif dari diet setelah periode waktu tertentu. Namun, ini hanya satu kali makan dan sangat luar biasa bahwa kami melihat perbedaan,” kata Annelise Madison, penulis utama studi dan lulusan mahasiswa psikologi klinis di The Ohio State University, seperti ditulis Sciencedaily, Selasa (12//2020). Studi ini dipublikasikan dalam American Journal of Clinical Nutrition pada hari yang sama.
Madison bekerja di lab Janice Kiecolt-Glaser, profesor psikiatri dan Direktur Institute for Behavioral Medicine Research di Ohio State. Dalam kajian ini, Madison melakukan analisis dari studi Kiecolt-Glaser yang menilai apakah makanan tinggi lemak meningkatkan kelelahan dan peradangan di antara penderita kanker.
Sebagian besar pekerjaan sebelumnya melihat efek kausatif dari diet setelah periode waktu tertentu. Namun, ini hanya satu kali makan dan sangat luar biasa bahwa kami melihat perbedaan.
Makanan tinggi lemak yang disajikan ke responden wanita ini berupa telur, biskuit, sosis kalkun, dan saus yang mengandung 60 gram lemak, baik minyak berbasis asam palmitat tinggi lemak jenuh maupun minyak bunga matahari rendah lemak jenuh. Kedua makanan berjumlah 930 kalori dan dirancang untuk meniru isi berbagai makanan cepat saji, seperti burger dengan keju dan kentang goreng.
Sebelum makan, mereka diuji tingkat konsentrasinya melalui tes berbasis komputer. Lima jam kemudian, responen mengikuti tes kinerja berkelanjutan untuk mengetahui perubahan tingkat konsentrasi mereka. Antara satu dan empat minggu kemudian, mereka mengulangi langkah ini dengan makanan yang berbeda dengan apa yang mereka makan pada kunjungan pertama.
Analisis sampel darah
Para peneliti juga menganalisis sampel darah awal puasa peserta untuk menentukan apakah mengandung molekul inflamasi yang menandakan keberadaan endotoksemia atau racun yang keluar dari usus dan memasuki aliran darah ketika penghalang usus terganggu.
Setelah mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh, semua perempuan yang berpartisipasi rata-rata 11 persen berkurang konsentrasinya dalam penilaian.
”Jika para wanita memiliki tingkat endotoksemia yang tinggi, hal itu juga menghapus perbedaan antara waktu makan. Mereka berkinerja buruk tidak peduli apa pun jenis lemak yang mereka makan,” kata Madison.
Meskipun riset ini tidak menentukan apa yang sedang terjadi di otak, Madison mengatakan, penelitian sebelumnya menyarankan bahwa makanan yang tinggi lemak jenuh dapat meningkatkan peradangan di seluruh tubuh, dan mungkin otak.
”Bisa jadi asam lemak berinteraksi dengan otak secara langsung. Apa yang ditunjukkannya adalah kekuatan disregulasi terkait usus,” katanya.
Analisis statistik memperhitungkan pengaruh potensial lain pada kognisi, termasuk gejala depresi dan rata-rata konsumsi lemak jenuh makanan peserta. Para perempuan dalam riset ini mengonsumsi tiga makanan standar dan berpuasa selama 12 jam sebelum setiap kunjungan laboratorium untuk mengurangi variasi diet yang dapat mempengaruhi respons fisiologis mereka terhadap makanan berlemak tinggi.
Temuan menunjukkan konsentrasi bisa lebih terganggu pada orang yang ditekan oleh pandemi yang beralih ke makanan berlemak untuk kenyamanan, kata Kiecolt-Glaser. ”Apa yang kita tahu adalah bahwa ketika orang lebih cemas, sebagian dari kita akan berpikir, makanan tinggi lemak jenuh lebih menarik daripada brokoli,” katanya.
”Kita tahu dari penelitian lain bahwa depresi dan kecemasan dapat mengganggu konsentrasi dan perhatian juga. Ketika kita menambahkan itu di atas makanan tinggi lemak, kita bisa berharap efek dunia nyata menjadi lebih besar," tuturnya.