Hari Keluarga Internasional, Momen Perkuat Ketahanan Keluarga
Hari Keluarga Internasional yang diperingati 15 Mei 2020 menjadi momen untuk memperkuat ketahanan keluarga di Indonesia. Jika punya daya tahan kuat, keluarga akan bisa mengatasi berbagai masalah saat pandemi Covid-19.
Oleh
TIM KOMPAS
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS--Pandemi Covid-19, yang memaksa semua orang tinggal dan berkegiatan di dalam rumah, merupakan kesempatan untuk memperkuat ketahanan keluarga. Keluarga yang tangguh akan mampu mengantisipasi berbagai persoalan, mulai dari hubungan buruk antar-anggota keluarga, kekerasan, sampai perceraian suami-istri. Semua pihak diharapkan mendukung proses penguatan tersebut, terlebih pada momen Hari Keluarga Internasional tanggal 15 Mei.
Mengangkat tema ”Families in Development”, Hari Keluarga Internasional 2020 diperingati oleh dunia dengan menegaskan peran keluarga dalam pembangunan. Semakin disadari kontribusi keluarga sebagai unit paling funda-
mental dalam kemajuan bangsa. Namun, di tengah pandemi Covid-19, justru banyak keluarga terancam.
Diberitakan sebelumnya, masalah keluarga meningkat selama pandemi. Bentuknya antara lain kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), kekerasan terhadap anak, perceraian, anak sulit belajar, dan kekurangan gizi. Problem lebih berat dialami keluarga yang kehilangan penghasilan atau tinggal di rumah sempit.
Keluarga menjadi episentrum stres akibat Covid-19 dan pembatasan sosial. Setiap anggota keluarga, baik bapak, ibu, maupun anak, membawa beban masing-masing akibat pandemi. Pemberlakuan bekerja, belajar, dan beribadah di rumah membuat mereka berkumpul selama 24 jam penuh selama berminggu-minggu di satu tempat yang sering kali terbatas.
”Satu anggota stres, maka itu bisa menjadi stres kolektif atau stres satu keluarga,” kata Direktur Pusat Kajian Keluarga dan Kelanjutusiaan (CeFAS) Universitas Respati Indonesia Sudibyo Alomoeso di Jakarta, Jumat (15/5/2020).
Stres keluarga bisa merambat menjadi stres kelompok masyarakat. Jika berkembang, stres melebar ke persoalan ketimpangan ataupun SARA. Hal ini memicu persoalan sosial politik yang berdampak besar bagi ekonomi dan bangsa.
Psikolog anak dan keluarga di Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, yang juga Ketua Ikatan Psikolog Klinis Indonesia Wilayah Jakarta, Anna Surti Ariani, mengusulkan penambahan lembaga konseling untuk membantu keluarga mengatasi konflik. Selama pandemi, sejumlah psikolog memberikan layanan telekonseling gratis. Namun, hanya sebagian kecil keluarga yang mengaksesnya. Jumlah psikolog atau konselor keluarga juga terbatas.
Dosen ilmu keluarga dari Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen IPB University Diah Krisnatuti mengatakan, kader kesehatan pemerintah bisa dimanfaatkan menjadi penasihat keluarga dengan dibekali keterampilan memberi nasihat urusan keluarga. ”Selama ini banyak kader kesehatan yang mengelola posyandu,” katanya.
Saat ini ada 1,2 juta kader Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Kader posyandu pun diperkirakan jumlahnya lebih dari 1 juta orang. Mereka bisa saja orang yang sama. Meski tidak digaji, mereka teruji gigih melayani masyarakat dan membantu program pemerintah.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) I Gusti Ayu Bintang Darmawati mengungkapkan, kementeriannya mengoptimalkan layanan pengaduan agar bisa diakses perempuan dan anak yang mengalami kekerasan. Kementerian PPPA menjadi bagian dari Sistem Layanan Nasional untuk Kesehatan Jiwa (Sejiwa) yang mengoptimalkan layanan pengaduan. Layanan dapat diakses melalui http://bit.ly/kamitetapada, surat elektronik pengaduan@kemenpppa.go.id, dan telepon 119 ekstensi 8.
Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan Erna Mulati menuturkan, pemerintah berupaya memastikan kebutuhan gizi keluarga tercukupi. ”Petugas kesehatan ataupun kader kesehatan tetap memantau keluarga di wilayah kerjanya, terutama lansia, ibu hamil, dan anak,” ujarnya.
Upaya membantu keluarga, terutama perempuan, saat pandemi juga digiatkan organisasi masyarakat sipil. Institut Lingkaran Pendidikan Alternatif untuk Perempuan menggerakkan jaringan perempuan sampai di akar rumput untuk mengantisipasi KDRT. Plan Internasional Indonesia menggelar obrolan terbuka secara daring guna mencari solusi masalah keluarga saat pandemi