Orangtua perlu mewaspadai gejala Covid-19 pada anak. Meski jumlah kasus penyakit infeksi tersebut pada anak relatif sedikit, tetapi ditemukan kasus dengan tanda klinis yang berbeda dengan pasien dewasa.
Oleh
Evy Rachmawati
·5 menit baca
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Anak-anak tidak mengenakan masker saat berada di luar rumah di Terminal Senen, Jakarta Pusat, saat penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), Senin (4/5/2020). Pembatasan sosial secara ketat tetap dibutuhkan dan dipatuhi warga karena penambahan kasus harian pasien positif Covid-19 masih tinggi.
Di tengah pandemi Covid-19, orangtua perlu mewaspadai ancaman penyakit yang disebabkan virus korona baru itu terhadap anak. Meski jumlah anak yang terinfeksi relatif sedikit, laporan terbaru menunjukkan sejumlah pasien anak mengalami gejala non-pernapasan. Itu berarti virus tersebut bisa menyerang anak-anak dengan cara tak terduga.
”Kami tidak tahu segalanya tentang virus ini sehingga mesti berhati-hati, terutama ketika menyangkut anak-anak. Karena itu, lebih baik kita berhati-hati dan tak menganggap anak-anak sepenuhnya kebal terhadap efek buruk Covid-19,” kata Dr Anthony Fauci, Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, Dr Anthony Fauci, kepada Livescience, Rabu (13/5/2020).
Sebagai contoh, di New York dan Boston, Amerika Serikat, serta di Inggris dan negara-negara Eropa lainnya, lusinan anak telah dirawat di rumah sakit dengan sindrom peradangan misterius yang bisa dikaitkan dengan Covid-19. Anak-anak ini mengalami gejala mirip dengan sindrom syok toksik, dan penyakit Kawasaki yang menyebabkan peradangan dinding pembuluh darah.
Dalam analisis terhadap 46 unit perawatan intensif pediatrik di AS dan Kanada pada 14 Maret sampai 3 April 2020, ada 48 anak dirawat di 14 unit perawatan intensif pediatrik di AS dan di Kanada. Menurut laporan yang diterbitkan 11 Mei 2020 di JAMA Pediatrics itu, 40 anak memiliki kondisi yang sudah ada, 35 anak terkena sindrom pernapasan dan 18 anak butuh ventilasi.
Laporan kasus lain yang diterbitkan Selasa (12/5/2020) di jurnal Frontiers in Pediatrics, menggambarkan lima kasus anak, mulai dari rata-rata berusia 2 bulan hingga 5,6 tahun, yang dirawat di rumah sakit di Wuhan, tempat wabah pertama kali dimulai, dengan gejala pernapasan. Mereka semua kemudian dinyatakan positif Covid-19.
”Sebagian besar anak sedikit terpengaruh Covid-19 dan sejumlah kasus parah mengalami masalah kesehatan yang sudah ada sebelumnya. Salah diagnosis pada tahap awal mudah terjadi saat anak mengalami gejala non-pernapasan atau terkena penyakit lain,” kata Dr Wenbin Li, kepala dokter spesialis anak di Rumah Sakit Tongji, di Wuhan, China, dan penulis utama laporan itu.
Salah diagnosis pada tahap awal mudah terjadi saat anak mengalami gejala non-pernapasan atau terkena penyakit lain.
Sejumlah anak dibawa ke unit gawat darurat rumah sakit dengan gejala awal tak berhubungan dengan Covid-19, antara lain memiliki batu ginjal, trauma kepala, dan gejala saluran pencernaan, seperti sakit perut, muntah, serta diare. Melalui CT-scan, para dokter menemukan, semua anak sebelum dan setelah masuk rumah sakit mengalami pneumonia.
”Di daerah di mana terjadi wabah penyakit Covid-19, anak-anak yang mengalami gejala gangguan saluran pencernaan bersama dengan demam atau riwayat kontak dengan pasien penyakit itu, harus dicurigai terinfeksi virus ini,” kata Li. Gejala gastrointestinal ini menunjukkan mungkin ada rute lain infeksi dalam tubuh lewat saluran pencernaan.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Tokoh karakater Star Wars seperti Kylo Ren dan Stroomtrooper menghibur para pasien di Rumah Sakit Siloam TB Simatupang, Jakarta, Sabtu (6/4/2019). Kegiatan dalam rangkaian peringatan hari kesehatan dunia ini bertujuan menambah kegembiraan dan memotivasi para pasien terutama anak-anak, untuk lebih bersemangat mencapai kesembuhan dan mengurangi rasa takut terhadap rumah sakit.
Sebagaimana diberitakan Kompas.id, gejala Covid-19 semakin banyak ditemukan, selain demam, sesak napas, dan batuk kering. Beberapa laporan terbaru di luar negeri menunjukkan, infeksi ini bisa ditandai dengan menggigil dan nyeri, sakit kepala, mata merah, serta hilangnya kepekaan indra penciuman dan perasa. Indonesia belum melaporkan gejala spesifik pasien penyakit itu.
Sejauh ini, virus korona menginfeksi tubuh manusia melalui reseptor ACE2, yang ada di permukaan sel manusia. Reseptor ini tak hanya berada di paru-paru, tetapi juga di seluruh tubuh, seperti jantung dan saluran pernapasan. Jadi Covid-19 bisa menginfeksi pasien melalui saluran pernapasan dalam bentuk tetesan udara ataupun saluran pencernaan lewat transmisi fecal-oral.
Tidak lebih rentan
Sementara itu, tim peneliti dari MSK Kids di Memorial Sloan Kettering Cancer Center (MSK) menemukan, anak-anak dengan kanker tak berisiko lebih tinggi menderita Covid-19 dibandingkan dengan anak-anak lain. Studi itu dipimpin Andrew Kung, MD, PhD, Ketua MSK Kids dan rekan-rekannya yang diterbitkan Rabu (13/5/2020), di JAMA Oncology.
Studi yang dilakukan tim peneliti dari MSK Kids, merupakan program kanker pediatrik terbesar di AS, tersebut menunjukkan, dari semua anak dengan kanker yang terkena Covid-19, sebanyak 95 persen di antaranya mengalami gejala ringan dan tidak memerlukan rawat inap. Hanya setengah dari anak-anak dengan pengasuh positif Covid-19 juga terkena penyakit itu.
Dari 10 Maret hingga 12 April 2020, peneliti MSK Kids melaksanakan skrining dan pengujian Covid-19 terhadap pasien anak dan pengasuh mereka. Dari 178 pasien kanker anak yang dites, tingkat kepositifan Covid-19 sebesar 29,3 persen pada anak-anak dengan gejala, dan 2,5 persen pada anak-anak tanpa gejala. Dari 20 pasien positif Covid-19, hanya tiga anak perempuan.
KOMPAS/MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
Pasien kanker anak balita bermain di ruang khusus anak di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, Selasa (4/2/2020).
Hanya satu pasien Covid-19 yang membutuhkan rawat inap untuk perawatan tidak kritis. Semua pasien anak yang mengalami gejala ringan dirawat di rumah. Dari 74 pengasuh dewasa yang diuji, 13 pengasuh positif Covid-19. Data mengonfirmasi morbiditas Covid-19 pada pasien kanker anak cukup rendah dengan hanya 5 persen yang butuh rawat inap untuk gejala penyakit itu dan tingkat infeksi Covid-19 di antara pasien anak yang asimptomatik sangat rendah.
”Temuan terbaru ini menunjukkan, anak-anak dengan kanker tak lebih terancam oleh Covid-19 dan gejalanya ringan seperti pada anak-anak sehat. Ini memungkin kami melanjutkan terapi kanker dengan proteksi standar tanpa meningkatkan kekhawatiran efek samping dari infeksi Covid-19,” kata Andrew Kung, MD, PhD, dan penulis studi itu, kepada Sciencedaily, Rabu (13/5).
Penelitian mengenai ancaman Covid-19 terhadap anak-anak terus dikembangkan di sejumlah negara. Berbagai temuan ini diharapkan membantu dalam mendiagnosis anak-anak dengan Covid-19 pada masa depan, termasuk anak-anak yang menderita kanker. Namun, tentu riset lebih lanjut diperlukan untuk memahami bagaimana virus bisa berdampak pada anak-anak.