Setelah menjalani masa perawatan, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dinyatakan negatif Covid-19. Ia pun sudah mulai kembali bekerja meski tetap ada batasan yang harus ia taati.
Oleh
Sharon Patricia
·5 menit baca
Setelah lebih kurang satu setengah bulan menjalani masa perawatan, Selasa (5/5/2020), Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mulai kembali bertugas secara optimal. Sebelumnya Budi Karya dinyatakan positif terinfeksi coronavirus disease atau Covid-19, bahkan sempat tidak sadarkan diri selama 14 hari saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.
Merupakan suatu mujizat, kata Budi Karya, bisa kembali sadar dan sembuh setelah ”berperang” melawan Covid-19. Awalnya, ia dirawat di rumah sakit swasta dan dinyatakan terkena tifoid. Namun, pada 13 Maret, dalam kondisi tidak sadar, ia dipindahkan ke RSPAD Gatot Soebroto dan dinyatakan positif Covid-19.
Merupakan suatu mujizat, bisa kembali sadar dan sembuh setelah ”berperang” melawan Covid-19.
”Secara teori, pemasangan ventilator itu selama tujuh hari harus diselesaikan, tapi pemasangan (ventilator) diteruskan hingga akhirnya sadar. Kesembuhan ini suatu keistimewaan dari Tuhan. Tentu saya sangat berterima kasih kepada para tenaga kesehatan yang telah merawat dan menunggu saya,” tuturnya dalam wawancara khusus dengan harian Kompas.
Setelah kembali sadar, Budi Karya mengatakan, pertama kali yang diingat olehnya adalah orangtua, istri, dan anak. Dirinya pun kemudian banyak melakukan introspeksi, mulai dari apakah sudah berbuat baik bagi sesama hingga apakah sudah berkontribusi banyak bagi kemajuan negara.
Meski belum pulih secara penuh, pada 31 Maret 2020, Budi Karya memutuskan kembali ke kediamannya dan menjalani perawatan dari rumah. Menurut dia, ruang perawatan pasien Covid-19 sangatlah terbatas sehingga menjadi suatu kehormatan untuk bisa memberikan tempatnya kepada pasien lain.
Perkembangan kesehatannya pun berangsur pulih, bahkan dikatakan di atas rata-rata. Saat ini, Budi Karya sudah dapat melakukan aktivitas keseharian secara normal meski memang masih ada batasan-batasan yang harus ditaati.
”Saya diminta dokter untuk main bola dan nyanyi, metode-metodenya sangat bagus untuk membantu pemulihan diri. Tapi memang ada yang belum boleh saya lakukan, padahal saya sangat suka, yaitu makan makanan pedas,” ujarnya.
Sekitar satu bulan menjalani perawatan di rumah, bagi Budi Karya, keadaan ini menjadi momen yang baik untuk lebih mengenal anggota keluarga. Ia pun mendesain rumah untuk putri semata wayangnya, Bambina Ayudia.
”Saya ini, kan, arsitek, tapi sudah lama tidak mendesain rumah. Jadi kemarin saya iseng-iseng buat desain rumah dan malah keterusan. Saya buat dari ukuran rumah 100 meter persegi hingga 400 meter persegi. Kelak desain ini untuk rumah dia (Ayudia) ketika sudah menikah,” ucap Budi Karya.
Semangat tinggi
Dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi Mayor CKM Dr Maulidi Abdillah menyampaikan, Budi Karya telah menjadi agen melawan Covid-19. Kesembuhannya dapat menjadi semangat bagi pasien lain untuk berjuang melawan penyakit yang belum ditemukan obatnya itu.
”Pak BKS (Budi Karya Sumadi) ini luar biasa unik. Maksudnya, beliau memiliki semangat yang sangat tinggi untuk sembuh. Berpikiran positif itu sangat penting untuk melawan Covid-19, dan beliau memilikinya,” kata Maulidi.
Kondisi Budi Karya, lanjut Maulidi, sebenarnya tergolong berat karena memiliki asma dan termasuk seseorang yang berada pada kelompok umur di atas 60 tahun. Pelatihan untuk mengembalikan fungsi saraf otak, otot, dan tulang pun terus dilakukan.
”Waktu Pak BKS sudah mulai sadar, saya langsung memegang tangan beliau dan ia merespons. Saat itu saya melakukan sedikit tindakan hypnosis in rehabilitation, yaitu penguatan dari sisi mental. Saya katakan dalam bahasa Palembang bahwa beliau harus bangkit,” ucapnya.
Sebagai manusia, Maulidi tidak menampik bahwa dirinya pun sempat parno dalam menangani para pasien Covid-19. Namun, menurut dia, ada dua alat pelindung diri (APD) yang harus digunakan oleh tenaga kesehatan, yakni alat pelindung diri dan alat percaya diri.
”Sebagai tenaga kesehatan, kita tidak boleh ragu-ragu. Kalau sudah pakai APD, artinya siap tempur dalam perang biologis ini. Kita harus memiliki imun, iman, dan imin yang artinya keluarga juga harus mendukung,” kata Maulidi.
Ia pun berharap masyarakat dapat menjadi garda terdepan dalam memerangi Covid-19. Analoginya, tenaga kesehatan adalah danau, sementara masyarakat adalah aliran sungai yang memenuhi danau, maka masyarakat harus bersama-sama menjaga agar aliran sungai atau Covid-19 tidak semakin menyebar.
Kembali bekerja
Dalam masa pemulihannya, Budi Karya sudah mulai mengikuti rapat terbatas internal terkait penanganan Covid-19 yang dipimpin Presiden Joko Widodo sejak Senin, 27 April. Dalam seminggu ini, ia pun sudah mulai kembali aktif bekerja dan mengikuti rapat bersama kabinet.
”Saya akan mulai masuk kantor lagi. Rencananya akan ada tiga acara, yakni temu kangen, rapat pimpinan kecil dengan durasi sekitar 1,5 jam, dan akan memberikan press release (keterangan pers),” ucapnya.
Pada Senin, ia juga mengusulkan penerbitan surat edaran yang merupakan aturan turunan dari Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25 Tahun 2020 tentang Pengendalian Transportasi Selama Masa Mudik Idul Fitri Tahun 1441 Hijriah dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19. Melalui aturan turunan ini, layanan transportasi kemungkinan akan kembali dibuka.
Dalam pelaksanaannya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana juga dilibatkan untuk menentukan kriteria seseorang yang boleh melakukan perjalanan. ”Yang pasti, mudik tetap dilarang,” ujar Budi Karya.
Ia pun kembali meminta kepada masyarakat untuk menaati aturan yang sudah dibuat. Sebab, aturan ini bukan untuk menyiksa, melainkan untuk membantu berakhirnya pandemi Covid-19.
”Saya berharap masyarakat dapat menghormati dan menaati peraturan (larangan mudik) yang sudah dibuat. Marilah kita sama-sama menyadari pentingnya melaksanakan aturan ini dan bekerja sama untuk membuat Covid-19 cepat selesai. Kalau sudah selesai, kan, bisa mudik,” kata Budi Karya.