Bangka Belitung Gunakan Aplikasi untuk Lacak Pendatang
Pemerintah Provinsi Bangka Belitung mengembangkan aplikasi untuk melacak pergerakan pendatang. Hal ini dilakukan untuk memantau pergerakan pendatang terkait penyebaran penyakit Covid-19.
Oleh
DENTY PIAWAI NASTITIE
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Bangka Belitung mengembangkan aplikasi Fight Covid-19 untuk melacak pergerakan pendatang. Ini dilakukan agar pemerintah daerah bisa memantau pergerakan pendatang selama berada di Pulau Bangka Belitung dan mempercepat proses pelacakan apabila ditemukan kasus positif Covid-19.
Staf Khusus Gubernur Bangka Belitung Saparudindi, di Jakarta, Jumat (24/4/2020), mengatakan, setiap pendatang dari wilayah episentrum yang masuk ke Bangka Belitung diminta mengunduh aplikasi tersebut dan mengenakan gelang penanda. Begitu sampai di Bangka Belitung, pendatang diminta untuk karantina mandiri dan tetap tinggal di rumah selama 14 hari.
Hal ini diterapkan misalnya terhadap sejumlah mahasiwa asal Palembang yang pekan lalu datang ke Bangka Belitung menggunakan kapal laut. ”Selama ini kami membatasi hanya kapal laut yang membawa barang yang boleh masuk ke Bangka Belitung. Namun, sejak seminggu lalu, banyak permintaan dari mahasiswa. Akhirnya kami izinkan masuk selama mereka bersedia karantina mandiri,” tuturnya.
Selama isolasi mandiri, pergerakan mahasiswa akan dipantau menggunakan aplikasi. Aplikasi di telepon genggam akan mengambil data lokasi melalui GPS. Jika pendatang tidak mematuhi karantina mandiri selama 14 hari setelah kedatangan, pemerintah bisa mengetahui riwayat pergerakan mereka menggunakan data lokasi yang tersimpan di aplikasi.
Data ini juga penting sehingga, apabila ada seseorang yang baru tiba di Babel berasal dari daerah episentrum mendapati gejala Covid-19, riwayat perjalanan orang tersebut dapat dilacak. Petugas juga bisa segera melakukan tes usap tenggorokan.
Saparudin mengatakan, Pemprov Bangka Belitung sudah menyiapkan server untuk menampung data pergerakan pendatang. ”Kami harus siapkan server khusus karena datanya sangat besar. Kalau selama masa karantina ada gejala Covid-19, kami bisa mengetahui riwayat perjalanan orang tersebut sehingga bisa melakukan tes,” ujarnya.
Ia menjelaskan, aplikasi Fight Covid-19 membantu melacak riwayat perjalanan seseorang yang termasuk kategori orang tanpa gejala (OTG) dan orang dalam pemantauan (ODP) secara akurat.
Kalau selama masa karantina ada gejala Covid-19, kami bisa mengetahui riwayat perjalanan orang tersebut sehingga bisa melakukan tes.
Tujuan pelacakan riwayat perjalanan ini adalah untuk mengetahui penyebaran virus secara kelompok atau kluster sehingga memudahkan pengendalian virus dengan mengarantina orang-orang yang memiliki kemungkinan terpapar Covid-19.
Pengembang aplikasi Fight Covid-19, Agung Pratomo, mengatakan, inspirasi membuat aplikasi muncul setelah melihat banyak tenaga medis meninggal dunia karena Covid-19. ”Dokter menjadi garda terdepan penanganan virus ini. Jadi, dengan adanya aplikasi ini, saya harap pendatang yang kebanyakan anak-anak muda ini bisa tetap tinggal di rumah. Jadilah pahlawan dengan melakukan karantina mandiri,” ujarnya.
Agung menjelaskan, gelang yang dipakai pendatang bertuliskan ”Tetap di Rumah” dibuat sebagai pengingat tanggung jawab untuk melakukan isolasi mandiri selama 14 hari. ”Masyarakat tidak perlu khawatir aplikasi ini mengambil data, seperti nomor kontak pengguna. Kami pastikan, data yang diambil hanya lokasi,” katanya.