Di tengah pencarian obat dan vaksin Covid-19, upaya meningkatkan daya tahan tubuh dengan jamu Nusantara atau obat tradisional China merupakan salah satu ikhtiar yang dapat dilakukan.
Oleh
Iwan Santosa
·5 menit baca
Selain pengobatan Barat, berbagai upaya juga dilakukan untuk membangun daya tahan tubuh atau imunitas saat menghadapi gangguan penyakit, seperti demam berdarah dengue (DBD) dan Covid-19. Di China, untuk penanganan pandemi Covid-19, selain pengobatan Barat, diupayakan juga pengobatan tradisional yang dikenal sebagai TCM (traditional chinese medicine).
Wakil Ketua DPR Sufmi Achmad Dasco mengaku, saat menjalani perawatan karena terjangkit Covid-19, dirinya juga menjalani terapi menggunakan ramuan TCM. Sufmi adalah salah satu tokoh senior yang juga memimpin komunitas pegiat TCM di Indonesia.
Penggunaan ramuan tradisional dalam terapi pengobatan juga dilakukan oleh Wali Kota Bogor Bima Arya. Ia mengaku selama diobati di RSUD Bogor sepanjang Maret-April 2020, secara teratur meminum rebusan jahe merah dan serai.
Ramuan-ramuan herbal tersebut bukanlah obat antivirus, melainkan berfungsi merangsang imunitas tubuh. Beragam jenis jamu di Jawa dan pengobatan herbal di Indonesia, China, dan Asia Timur, sebetulnya adalah bagian dari tradisi kesehatan masyarakat yang mengacu pada kearifan lokal. Berbagai tumbuhan di pekarangan rumah hingga hutan dapat dimanfaatkan untuk berbagai fungsi pengobatan dan terapi.
Andreas Maryoto dalam buku Jejak Pangan Sejarah, Silang Budaya, dan Masa Depan, dalam salah satu babnya, membahas tentang tradisi tanaman obat dan pangan tambahan yang masih tersisa di perdesaan Indonesia, tetapi mulai lenyap di perkotaan.
Warga perdesaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur, menurut Maryoto, masih memanfaatkan berbagai tanaman obat sebagai bahan pengobatan atau terapi jika sakit.
Pemilik pabrikan jamu Sido Muncul, Semarang, Jawa Tengah, Irwan Hidayat, yang dihubungi Sabtu (18/4/2020), menerangkan, sekitar tujuh tahun silam dirinya menjalani opname di rumah sakit hingga 10 hari akibat terkena demam berdarah dengue. Dirinya kembali terkena DBD lima tahun silam.
”Ketika kena DBD yang kedua kali, saya tidak ke rumah sakit sama sekali. Saya mencoba terapi minum air parutan daun pepaya. Rasanya memang pahit sekali. Saya minum tiga kali sehari. Pagi, siang, dan sore. Setelah lima hari badan saya membaik dan melakukan tes darah. Kondisi berangsur normal,” kata Irwan Hidayat.
Jamu, menurut Irwan, memang tidak bisa membasmi virus. Namun, jamu dan ramuan tradisional dapat memancing daya tahan tubuh atau imunitas. Dia pun kini memproduksi kapsul jamu daun pepaya.
Berbagai produk jamu tradisional Jawa, menurut Irwan Hidayat, seperti beras kencur, kunyit asam, temulawak, jahe, dan serai merupakan kearifan lokal yang penting dipertahankan untuk menjaga kebugaran dan merangsang imunitas tubuh.
Dalam laporan resmi China News Agency tanggal 16 April 2020 disebutkan, dalam penanganan kasus Covid-19 sejak 2 Maret 2020, digunakan beberapa obat China yang berbasis herbal, semacam jamu di Indonesia, untuk menangani pasien.
Di antara obat-obat tersebut adalah Lianhua Qingwen, Tai Chi Huo Xiang Zhengqi, dan beberapa obat lain. Obat-obat China tersebut juga dikenal di Indonesia.
Pada 14 April 2020, rumah sakit Wisma Atlet Indonesia juga menerima sejumlah obat China, seperti Tai Chi Huo Xiang Zhengqi dan kapsul Lian Hua Qingwen.
Obat lain yang juga banyak dicari di Indonesia adalah Dong Afu Ejiao yang digunakan untuk mengobati DBD. Saat ini, 4.500 kotak obat berisi 1,62 juta obat Ejiao dikirim ke Indonesia. Sebanyak 150 kotak disumbangkan kepada 19 rumah sakit di Indonesia.
Praktisi TCM, Wijayani Mardiana, yang mendalami kedokteran umum di Indonesia dan TCM di China menerangkan, penanganan pengobatan TCM dimulai dari diagnosis sindrom. ”Ditentukan dulu pasien masuk kriteria sindrom apa. Pasien kemudian dibagi dalam dua kelompok besar, yakni medical observation period dan confirmed case,” ujarnya.
Untuk kelompok satu yang mengalami kelelahan (fatigue) dan gangguan pencernaan direkomendasikan mengonsumsi obat Huoxiang Zhengqitang. Sedangkan kelelahan yang disertai demam diberi obat Jinhua Qinggansan. Menurut dia, kedua jenis obat tersebut kini susah didapat di Indonesia.
Sementara itu, terhadap kasus terkonfirmasi Covid-19 dibagi dalam enam kelompok besar terapi, yakni pembersihan paru-paru dan detoksifikasi, mild case cold dampness, damp heat accumulating in lung, dan proses stagnasi paru-paru, hingga kasus berat, yakni severe lung blocked by epidemic toxin dan kondisi kritis. Selanjutnya adalah pemulihan terhadap defisiensi paru-paru dan fungsi limpa.
”Banyak sekali jamu Indonesia yang mempunyai fungsi memicu daya tahan tubuh. Misalnya, tanaman meniran yang tumbuh di pinggir jalan. Orang beli yang sudah tabletan. Selain itu ada kunyit, temulawak, jahe, serai, daun kelor, dan bawang putih. Kalau sudah dibuat minuman seperti kunyit asem, sinom, beras kencur dengan gula jawa biasanya lebih mudah dikonsumsi anak-anak,” kata Wijayani yang rutin mengisi acara radio di Kota Surabaya, Jawa Timur, soal jamu.
Secara sederhana, konsumsi jahe, vitamin C, zinc, vitamin E, vitamin D, dan madu murni, bisa meningkatkan daya tahan tubuh.
Menurut dia, berbagai jamu yang aslinya merupakan minuman tradisional Indonesia tersebut tersingkir oleh minuman ringan soda berkarbonasi yang memiliki kandungan gula tinggi dan berbahaya karena dapat memicu diabetes.
Wijayani yang mengambil master di bidang Clinical Integration of Western and Chinese Medicine di Tianjin University of Traditional Chinese Medicine, China, ini mendalami saintifikasi jamu. Ia adalah salah satu dokter yang dilatih dan tersertifikasi khusus Kementerian Kesehatan untuk melakukan penelitian berbasis pelayanan jamu terhadap masyarakat.
Di tengah pencarian obat dan vaksin untuk melawan Covid-19, upaya meningkatkan daya tahan tubuh dengan berbasis obat-obatan Nusantara, seperti jamu, atau obat tradisional China merupakan salah satu ikhtiar yang dapat dilakukan.