Seorang perawat asal Maluku Utara menjadi perempuan pertama yang menjadi sukarelawan medis Gugus Tugas Covid-19. Ia bertugas mengemudikan ambulans.
Oleh
Adrian Fajriansyah
·3 menit baca
Solidaritas kemanusiaan mengalahkan rasa takut tertular Covid-19 atau penyakit yang disebabkan virus korona baru. Hal itu ditunjukkan para sukarelawan, salah satunya Ika Dewi putri, satu-satunya perempuan sukarelawan medis dalam Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
Ika yang berprofesi sebagai perawat asal Maluku Utara menempuh perjalanan jauh menuju Jakarta untuk menjadi sukarelawan medis di pusat wabah penyakit Covid-19. Ia bertugas sebagai perawat yang mengemudikan ambulans.
Menurut penuturan Ika, dalam konferensi daring via kanal Youtube Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kamis (16/4/2020), dirinya berasal dari Maluku Utara, tetapi menjalani kuliah keperawatan di Surabaya, Jawa Timur.
Di tengah wabah Covid-19, dia mendengar pemerintah melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 sedang membutuhkan perawat yang bisa mengendarai ambulans di wilayah DKI Jakarta. Sebab, ambulans AGD 118 kekurangan tenaga kesehatan yang bisa mengendarai mobil.
”Saya prihatin dengan wabah Covid-19 yang sedang terjadi. Nah, saya mendapatkan informasi ada kekurangan sopir untuk ambulans. Kebetulan saya bisa bawa mobil dan berstatus perawat,” kata Ika.
”Saya tergerak ikut membantu. Saya ingin berkontribusi untuk menekan penyebaran Covid-19 ini, jangan sampai kasusnya terus meningkat,” ujarnya.
Ia mendapatkan tugas menjadi sopir ambulans di Rumah Sakit Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat. Ia bekerja 12 jam per hari dengan jadwal pagi sampai petang atau petang sampai pagi sesuai sif kerja yang didapat.
Saya tergerak ikut membantu. Saya ingin berkontribusi untuk menekan penyebaran Covid-19 ini.
Bagi Ika, ini merupakan pengalaman pertama bertugas sebagai sopir ambulans. Selama ini, dia lebih banyak menangani langsung pasien.
Tidak mudah
Setelah beberapa hari bertugas, menurut dia, menjadi sopir ambulans tak semudah dibayangkan. Terkadang, ambulans yang dibawanya tidak mendapatkan ruang oleh pengendara lain di jalan. Padahal, mobil butuh cepat membawa pasien ke rumah sakit.
”Ternyata bawa ambulans itu tidak mudah. Misal, kita sudah menyalakan sirene, tetapi masih ada orang tidak peka untuk memberikan jalan,” kata Ika yang rasa takutnya tertular virus korona baru dari pasien yang dibawa sudah hilang karena rasa kemanusiaannya untuk menekan penyebaran Covid-19 jauh lebih tinggi.
Untuk menjaga kondisi tetap sehat, dalam bertugas, Ika selalu menggunakan alat pelindung diri lengkap. Dirinya juga selalu makan cukup dan tepat waktu, termasuk asupan tambahan berupa multivitamin dan susu.
Selain itu, waktu istirahat juga dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk mengembalikan kebugaran tubuh. ”Kami sukarelawan dapat fasilitas makan dan tempat tinggal dari Gugus Tugas Covid-19/BNPB dan Rumah Sakit UI,” katanya.
Butuh banyak sukarelawan
Ketua Koordinator Relawan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Andre Rahardian menuturkan, pihaknya terus menghimpun sukarelawan baru dari Desk Relawan Gugus Tugas Covid-19 dan via jejaring komunitas Gugus Tugas.
”Kita butuh sukarelawan lebih banyak, baik sukarelawan medis maupun nonmedis,” ujarnya.
Sejauh ini, lanjut Andre, sukarelawan yang mendaftar 23.472 orang dari seluruh Indonesia, terdiri dari sukarelawan medis 4.401 orang dan sukarelawan nonmedis 19.071 orang. Sukarelawan terbanyak ada di wilayah Jawa Barat mencapai 5.900 orang.
Bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan, Desk Relawan Gugus Tugas Covid-19 telah melakukan pelatihan dan penempatan sukarelawan medis sesuai kapasitas sukarelawan masing-masing.
Sukarelawan medis itu telah ditempatkan ke rumah sakit rujukan untuk pasien dalam pengawasan (PDP) dan orang dalam pemantauan (ODP) terkait Covid-19. Mereka juga ditempatkan di laboratorium uji reaksi rantai polimerase (PCR).
”Untuk sukarelawan nonmedis, kami melakukan pelatihan agar mereka bisa masuk lingkungannya. Mereka diminta menjadi agen untuk sosialisasi masyarakat sekitarnya agar lebih peduli terhadap penyebaran Covid-19,” katanya.
Mereka juga dilatih membantu menangani masyarakat terdampak,” kata Andre yang mengungkapkan, pihaknya sudah melatih 250 sukarelawan nonmedis secara daring.