Pemerintah perlu melibatkan berbagai institusi dan peneliti di Indonesia untuk mempercepat analisis data genom Covid-19. Data itu untuk mengetahui mutasi virus korona baru agar bisa menetapkan strategi terapi.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah dituntut melibatkan berbagai institusi dan peneliti di Indonesia dan di luar negeri untuk mempercepat analisis data genom Covid-19 dan penanganan pasien. Data genom ini penting untuk mengetahui jenis, asal, dan mutasi virus yang beredar di Indonesia serta untuk strategi terapi dan vaksin.
Seruan itu disampaikan oleh Indonesian Young Scientist Forum sebagaimana diutarakan juru bicaranya, Berry Juliandi, Senin (13/4/2020).
”Indonesia memiliki banyak peneliti dan institusi yang punya kemampuan dengan bidang terkait serta dapat berpartisipasi mempercepat analisis data genom virus Covid-19 dan data penanganan pasien,” kata Berry, yang juga Sekretaris Jenderal Akademi Ilmuwan Muda Indonesia.
Sejak diumumkannya kasus positif Covid-19 pertama kali di Indonesia pada 2 Maret 2020 hingga kini, data genom dan data terkait penanganan pasien belum bisa diakses ataupun belum dipublikasikan.
Padahal, menurut Indonesian Young Scientist Forum, saat ini ada empat sampel virus yang telah dikoleksi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) dan disebut di China National Center for Bioinformation https://bigd.big.ac.cn/ncov/release_genome?lang=en).
”Namun, sampai saat ini data genom dan data ilmiah terkait penanganan pasien Covid-19 di Indonesia belum bisa diakses ataupun dipublikasikan,” ujar Berry.
Data genom virus korona baru (SARS-CoV-2) pemicu penyakit Covid-19 amat penting untuk mengetahui jenis, asal, dan mutasi virus yang beredar di Indonesia. Data tersebut juga diperlukan untuk strategi pengembangan dan pemberian terapi atau vaksin, baik di Indonesia maupun secara global.
Sampai saat ini data genom dan data ilmiah terkait penanganan pasien Covid-19 di Indonesia belum bisa diakses ataupun dipublikasikan.
Selain itu, laporan ilmiah terkait penanganan pasien Covid-19 juga dapat menjadi rujukan di tingkat nasional dan internasional untuk penanganan pasien selanjutnya.
Oleh karena itu, seruan dari 50 ilmuwan biologi molekuler dari berbagai kampus dan lembaga riset ini merekomendasikan agar data terkait genom virus penyebab Covid-19 dan data penanganan pasien di Indonesia segera dipublikasikan.
Hal itu sebaiknya melibatkan berbagai institusi di Indonesia serta peneliti Indonesia yang berada di dalam dan di luar negeri. Mereka juga menuntut agar jalur koordinasi untuk kolaborasi ini bisa dipersingkat.
Berry menambahkan, sejumlah peneliti di Indonesia hingga saat ini kesulitan mengakses sampel RNA virus untuk kepentingan riset karena ketertutupan Litbang Kesehatan dan laboratorium-laboratorium lain yang memeriksa Covid-19.
”Lab-lab ini saat ini pasti sibuk dengan pemeriksaan. Karena itu, seharusnya bisa membuka akses kolaborasi dengan peneliti di kampus dan lembaga lain seperti terjadi di banyak negara lain,” katanya.
Sebagaimana diketahui, dengan menganalisis jaringan filogenetik dari 160 genom lengkap SARS-Cov-2 ini di gisaid.org, Peter Foster dari Institute of Forensic Genetics, Jerman, dan tim menemukan tiga varian utama virus ini. Hasil kajian ini dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) Amerika Serikat pada 8 April 2020.
Pembedaan ditentukan oleh perubahan asam aminonya yang diberi nama tipe A, B, dan C. Tipe A merupakan tipe leluhur atau paling awal yang melompat dari virus berinang di kelelawar ke manusia atau zoonosis yang didapat dari isolat virus korona BatCoVRaTG13 dan ditemukan di Provinsi Yunan, China. Lompatan ini diperkirakan terjadi sejak November 2019 atau lebih awal lagi.
Wakil Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Herawati Supolo Sudoyo mengatakan, lembaganya akan memulai riset terkait varian Covid-19 yang masuk di Indonesia.