Mutasi Virus Korona Baru Dapat Perparah Dampak Klinis
Virus korona baru mampu memecah diri atau mereplika diri dengan cepat. Bahkan, virus tersebut sering bermutasi dan menyebabkan dampak klinis lebih buruk bagi orang yang terinfeksi.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Virus korona baru penyebab penyakit Covid-19 bisa berdampak lebih parah bagi orang-orang yang terinfeksi. Sebab, virus itu terus bermutasi. Hal ini memungkinkan dampak klinis lebih buruk, lebih-lebih kalau virus yang bersarang semakin banyak. Untuk itu, masyarakat diminta untuk meningkatkan kedisiplinan agar tidak dahulu beraktivitas di luar rumah guna memutus rantai penyebaran virus yang mulai merebak dari kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, itu.
Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, dalam konferensi pers daring via kanal Youtube Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Senin (13/4/2020), mengatakan, sifat virus korona baru ini mampu memecah diri atau mereplika diri dengan cepat. Bahkan, virus tersebut sering bermutasi.
Jangan pernah abai dengan fenomena tersebut. Bagi orang-orang yang tidak disiplin bertahan di rumah, mereka bisa terpapar virus itu secara berulang-ulang. Kalau virus sudah terpapar lebih banyak ke dalam tubuh, situasi ini bisa memicu dampak klinis yang lebih parah. ”Semakin banyak virus masuk dalam tubuh, akan semakin berat gejala fisik yang ada,” ujarnya.
Atas dasar itu, Yurianto menuturkan, pihaknya terus mengulang-ulang agar masyarakat disiplin menjalani protokol kesehatan yang berlaku. Masyarakat diingatkan mulai dari, antara lain, sebisa mungkin tidak beraktivitas di luar rumah, selalu menjaga jarak, rajin mencuci tangan, hingga menggunakan masker kalau memang terpaksa harus keluar rumah.
Apalagi, sejumlah daerah sudah menerapkan aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), antara lain di wilayah Jabodetabek yang notabene kluster dengan angka kasus Covid-19 tertinggi di Indonesia. ”Dengan adanya penetapan ini, masyarakat mutlak untuk membatasi aktivitas sosialnya. Mari gotong royong untuk saling mengingatkan mematuhi aturan yang ada. Kedisiplinan masyarakat, terutama dengan tetap di rumah, menjadi kunci sukses menekan penularan kasus baru,” katanya.
Kasus terbaru
Dalam kesempatan itu, Yurianto mengumumkan, terjadi penambahan kasus positif Covid-19 sebanyak 316 kasus sehingga totalnya menjadi 4.557 kasus. Jumlah kasus sembuh bertambah 21 orang sehingga totalnya menjadi 380 orang. Jumlah kasus meninggal bertambah 26 jiwa sehingga totalnya menjadi 399 jiwa.
Kondisi itu menunjukkan bahwa masih ada orang-orang yang tidak disiplin untuk melakukan protokol kesehatan yang berlaku. Karena itu, fenomena penambahan kasus positif masih terjadi. ”Apalagi, penularan penyakit Covid-19 ini terjadi dari manusia ke manusia,” ujarnya.
Kepada masyarakat yang selama ini tidak ada gejala klinis Covid-19 ataupun mengalami gejala minimum, mereka pun tidak boleh abai dengan protokol kesehatan yang ada, apalagi dalam berinteraksi dengan orang lain. Sebab, boleh jadi orang tanpa gejala itu tetap membawa virus yang memungkinkan menular kepada orang lain.
Menjadi dampak buruk kalau virus itu menular kepada orang-orang yang tergolong kelompok rentan, antara lain orang lanjut usia dan orang dengan penyakit bawaan. Kalau sudah terjangkit Covid-19, orang-orang rentan itu berisiko mengalami dampak klinis yang parah dan tak jarang berkontribusi terhadap tingginya angka kematian saat ini. ”Terbukti, sejauh ini, kasus meninggal itu rata-rata dialami oleh orang-orang berusia lebih dari 50 tahun dan memiliki riwayat penyakit bawaan, seperti hipertensi, diabetes, dan sejumlah penyakit paru-paru lain yang telah menahun,” ujarnya.
Hingga saat ini, lanjut Yurianto, pemerintah terus berusaha menekan penyebaran Covid-19. Setidaknya, mereka telah melakukan tes PCR terhadap 27.000 spesimen di 186 kabupaten/kota. Mereka pun telah mengaktifkan 70 laboratorium di seluruh Indonesia untuk meningkatkan kapasitas tes PCR tersebut. ”Kami juga telah mendistribusikan 800.000 alat pelindung diri untuk semua petugas kesehatan. Kinerja turut didukung oleh 20.000 sukarelawan dan Rp 196 miliar yang disumbangkan oleh masyarakat Indonesia dari seluruh dunia,” pungkasnya.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengingatkan, segala upaya yang dilakukan pemerintah, terutama PSBB, akan berdampak efektif ataupun optimal jika semua pihak bersinergi dari tingkat tertinggi di pemerintah pusat hingga tingkat terendah di RT/RW. Semua itu, lagi-lagi, kuncinya ada pada kedisiplinan masyarakat.