Pemeriksaan secara masif, kapasitas rumah sakit, dan layanan medis mesti diperkuat untuk meminimalkan jumlah korban dariCovid-19. Penelusuran kontak juga sangat diperlukan untuk mencegah wabah semakin meluas.
Oleh
Ahmad Arif/Nikson Sinaga/Deonisia Arlinta Graceca Dewi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebaran Covid-19 di Indonesia semakin luas, tetapi ketersediaan fasilitas kesehatan masih terbatas. Karena itu, selain pemeriksaan secara masif, kapasitas rumah sakit dan layanan medis juga mesti diperkuat untuk meminimalkan jumlah korban dari penyakit yang disebabkan virus korona baru tersebut.
Ketua Tim Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo, dalam Rapat Kerja Tanpa Tatap Muka Komisi IX DPR, Kamis (2/4/2020), di Jakarta, menyampaikan, berdasarkan skenario Badan Intelijen Negara, 10 provinsi kekurangan fasilitas kesehatan dalam penanggulangan Covid-19. Provinsi itu antara lain Jawa Barat, DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Bali, Kalimantan Timur, Sumatera Utara, dan Maluku.
”Kekurangan fasilitas kesehatan ini termasuk tenaga kesehatan, ruang isolasi tak memadai, jumlah tes kit, dan APD (alat pelindung diri),” ujarnya. Dari skenario itu juga dilaporkan ada 50 kabupaten/kota yang masuk prioritas dengan risiko tinggi penularan Covid-19. Daerah itu antara lain DKI Jakarta, Kota Surabaya, Kota Semarang, Kota Makassar, Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang, Kota Depok, Kota Bekasi, Kabupaten Tangerang, dan Kota Bandung.
Kekurangan fasilitas kesehatan ini termasuk tenaga kesehatan, ruang isolasi tak memadai, jumlah tes kit, dan APD.
DKI Jakarta memiliki kapasitas maksimal 276 ruang isolasi dengan 828 tempat tidur, Banten punya 63 ruang isolasi dan 189 tempat tidur, serta Jabar ada 183 ruang isolasi dengan 549 tempat tidur. Menurut Doni, jumlah kumulatif kasus Covid-19 dalam tiga bulan diperkirakan 594.907 orang. Namun, kapasitas maksimal ruang isolasi di Indonesia saat ini hanya 2.136 ruang.
Terkait ketersediaan dan distribusi alat penyelamat kesehatan, pemerintah menerima 441.725 APD, 3.000 kacamata pelindung, 846.334 masker biasa, 17.000 masker N95, dan 250.000 alat tes cepat. Dari jumlah itu, telah didistribusikan 351.250 APD, 600 kacamata pelindung, 2.000 masker biasa, dan 110.800 alat tes cepat.
Bantuan dari berbagai pihak mengatasi Covid-19 pun mengalir. Contohnya, Prajogo Pangestu, Founder dan Chairman Barito Pacific Group, menyalurkan bantuan senilai Rp 30 miliar bagi rumah sakit di DKI Jakarta, Jabar, dan Banten. Bantuan itu mencakup alat tes Covid-19, masker, 2 ventilator, dan alat pelindung diri.
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menambahkan, penanggulangan Covid-19 didukung layanan kesehatan di setidaknya 132 rumah sakit rujukan dengan 40.829 tempat tidur. ”Hambatan saat ini antara lain sulit mendapat alat kesehatan, baik masker, APD, maupun tes cepat, karena tak ada di pasaran. Selain itu, beban pekerjaan SDM, terutama di RS rujukan Covid-19, juga tinggi dengan mobilisasi tenaga kesehatan antarfasilitas sulit,” katanya.
Kini, pemerintah menambah laboratorium pemeriksaan Covid-19 dari 46 laboratorium jadi 49 laboratorium, tetapi baru 14 laboratorium berfungsi. Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Ede Surya Darmawan mengatakan, Indonesia memasuki fase darurat kesehatan. ”Warga jadi garda terdepan mengenali risiko dan melakukan pencegahan. Kalau tak dilakukan, lonjakan pasien menyebabkan layanan medis kesulitan,” ujarnya.
Menurut juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, jumlah kasus kumulatif Covid-19 per 2 April 2020 sebanyak 1.790 orang dengan 170 orang di antaranya meninggal. Sementara 112 pasien sembuh. Budi Haryanto, epidemiolog Universitas Indonesia, mengatakan, banyak warga butuh dites Covid-19, tetapi kesulitan mendapatkannya. ”Tes ini dilakukan pada mereka yang kontak dengan pasien. Penelusuran kontak menjadi kunci mencegah wabah.