Kelompok Usia Lanjut Paling Rentan Covid-19, Kelompok Muda Cenderung Bawa Virus
Kelompok lanjut usia paling rentan terinfeksi Covid-19. Apalagi, mereka memiliki banyak aktivitas bersama kelompok usia jauh lebih muda yang berpotensi menjadi pembawa virus.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kelompok lanjut usia menjadi yang paling rentan terinfeksi Covid-19. Apalagi, mereka memiliki banyak aktivitas bersama kelompok usia jauh lebih muda yang berpotensi menjadi pembawa virus. Banyak hal bisa dilakukan dengan saling menjaga antara dua kelompok ini.
Ketua Aliansi Telemedika Indonesia (Atensi) Purnawan menjelaskan, kelompok usia lanjut biasanya memang tidak banyak keluar rumah. Namun, terdapat tiga sumber penularan virus tersebut untuk kelompok usia lanjut yang sering dilupakan, seperti barang yang diterima secara daring (dalam jaringan), menyimpan uang kertas dan logam, dan yang paling sulit adalah bermain dengan cucu.
”Kalau sudah kakek nenek itu, kan, lebih rentan. Kalau cucu biasanya tahan, tetapi jadi pembawa virus. Jadi, sementara harus hati-hati saat bermain dengan cucu,” kata Purnawan pada konferensi pers di Jakarta, Minggu (29/3/2020).
Ia mengatakan, barang-barang yang sering dibeli kelompok usia lanjut tidak pernah diperiksa proses perpindahan barang dari tangan ke tangan. Jadi, kelompok ini harus lebih waspada dengan barang-barang yang dibeli, terutama barang daring. ”Harus memperlakukan barang dengan berpikir ini menjadi wadah perpindahan virus,” ujarnya.
Uang kertas ataupun logam juga bisa menjadi wadah perpindahan virus. Menurut Purnawan, kelompok usia lanjut sering menyimpan uang kertas dan logam. Dalam situasi seperti ini, uang harus disimpan di tempat khusus, bahkan bisa menggunakan plastik saat memegangnya.
Dalam kondisi pandemi, lanjutnya, kelompok lanjut usia harus sering berjemur di antara pukul 09.00 dan 15.00. Berjemur bisa dilakukan selama 15 menit. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh atau imunitas, bukan membunuh virus.
”Setiap hari olahraga selama 30 menit, olahraga apa saja yang bisa dilakukan di dalam rumah atau di halaman rumah,” kata Purnawan yang saat ini sudah berusia 67 tahun.
Menurut dia, kelompok usia muda memang harus menjaga jarak. Namun, mereka juga harus lebih memperhatikan kondisi kelompok usia lanjut, khususnya yang ada di lingkungan rumah. Salah satunya dengan memberikan informasi tentang Covid-19 melalui cara yang baik.
”Jangan menimbulkan kecemasan karena kecemasan akan mengganggu kesehatan baik mental maupun fisik,” ungkap Purnawan.
Kecemasan menurunkan daya tahan
Emeldah, salah seorang anggota Ikatan Psikolog Klinis, yang juga hadir pada konferensi pers yang sama, menyebutkan, kecemasan dapat berpengaruh terhadap daya tahan tubuh. Memperhatikan kesehatan fisik juga harus didukung dengan kesehatan mental sehingga perlu untuk sebisa mungkin tidak cemas, apalagi panik.
”Ada yang cemas sampai gelisah, marah-marah, itu normal dalam kondisi sekarang yang sedang tidak normal,” katanya.
Emeldah mengungkapkan, bencana non-alam seperti wabah penyakit memang membawa seseorang berhadapan dengan ketidakpastian dan ketakutan. Cara paling sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan membuat rutinitas baru.
”Dalam kondisi sekarang, rutinitas lama sudah tidak bisa berjalan. Maka, perlu rutinitas baru tanpa mengganggu bekerja, belajar, dan beribadah di rumah,” katanya.
Banyak hal yang bisa dilakukan dalam rumah agar tetap produktif, misalnya membuat masker kain, membuat menu masakan baru, atau bermain dengan cara yang baru. Ganti mainan yang biasanya didapat di luar rumah dengan barang-barang yang ada di sekitar rumah.
”Berjualan daring sekarang bisa dicoba. Ini saat yang tepat agar bisa tetap produktif di rumah,” ucap Emeldah.
Saat ini banyak hal bisa dilakukan dari rumah melalui teknologi, termasuk layanan. Aliansi Telemedika Indonesia bekerja sama dengan sejumlah aplikasi digital kesehatan untuk memberikan layanan konsultasi, bahkan hingga deteksi kesehatan dan pengiriman obat secara daring.
Untuk pelayanan kesehatan di rumah, pemerintah bekerja sama dengan penyedia layanan telemedik untuk membantu pasien yang positif, tetapi melakukan isolasi mandiri. Setidaknya terdapat 20 penyedia layanan telemedik yang bekerja sama dengan pemerintah dalam penanganan wabah ini, yakni Gojek, Grab, Halodoc, SehatQ, GrabHealth, DokterSehat, Link dan Link Sehat, Klikdokter, MouDok dan Mau Periksa, Sociomile dan Ripple10, YesDok, Prosehat, Perawatku, KlinikGO, Alodokter, Docquity, Qlue, Iykra, Jovee dan Lifepack, dan Eureka AI.
Dengan mengakses aplikasi telemedik secara daring, pasien yang telah dinyatakan positif Covid-19, tetapi gejalanya masih ringan, diharapkan mengisolasi diri di rumah dan akan dipantau kondisinya oleh para dokter dari platform tersebut. Jika kondisi pasien memburuk, dokter dari platform telemedik akan memberi peringatan kepada BNPB agar pasien diperiksa langsung oleh dokter atau segera dibawa ke rumah sakit rujukan.
CEO Halodoc Jonathan Sudharta, mengutip data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengatakan, 81 persen pasien yang terpapar Covid-19 di China bisa disembuhkan melalui isolasi mandiri. ”Itulah peran telemedik, pasien bisa berkonsultasi langsung secara daring dengan dokter, kemudian diberi resep, dan mendapat obat yang diperlukan,” kata Jonathan.
Dalam hal ini, Halodoc juga bekerja sama dengan penyedia layanan transportasi berbasis daring Gojek untuk mengantarkan obat kepada pasien. ”Jadi, pasien bisa melakukan isolasi mandiri dan melakukan penanganan sendiri,” ujarnya.