Kasus Positif Mencapai 790 Orang, Jaga Jarak Jadi Kunci
Jumlah pasien positif korona di Indonesia bertambah lagi hingga total mencapai 790 orang. Pemerintah menyebut pembatasan sosial serta jaga jarak di luar dan di dalam rumah menjadi kunci penting penghentian kasus.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah total pasien positif korona di Indonesia, hingga Rabu (25/3/2020), bertambah lagi hingga mencapai 790 orang. Pemerintah menyebut pembatasan sosial serta jaga jarak di luar dan di dalam rumah menjadi kunci penting penghentian penyebaran kasus.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, mengatakan, kasus positif bertambah 105 orang dari 685 orang menjadi 790 orang. Sebelumnya diberitakan jumlah kasus positif 686 orang, tetapi dikoreksi karena ada satu pasien yang sama terdaftar di dua tempat berbeda.
Selain itu, jumlah kasus meninggal karena pandemi ini mencapai 58 orang atau bertambah tiga orang dari hari sebelumnya. Sementara jumlah pasien yang sembuh atau dua kali melalui tes dan menunjukkan hasil negatif mencapai 31 orang atau bertambah satu orang dari hari sebelumnya.
”Kunci keberhasilannya ada di masyarakat. Pembatasan sosial, menjaga jarak di luar maupun di dalam rumah, menjadi kunci pencegahan penyebaran wabah penyakit ini,” kata Yurianto dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (25/3/2020).
Yurianto menjelaskan, pembatasan sosial merupakan salah satu upaya yang harus dijalankan setiap orang karena mudahnya terinfeksi virus mematikan ini melalui percikan air yang keluar saat bersin dan batuk. Bahkan, jika percikan itu menempel di barang kemudian dipegang orang lain, virus dengan cepat berpindah atau menular.
Hal itu yang membuat pemerintah tak berhenti mengingatkan untuk selalu beribadah, bekerja, dan belajar di dalam rumah. Namun, itu pun tak cukup. Yurianto juga mengingatkan jaga jarak di dalam rumah juga penting.
Dari sekian banyak kasus positif, lanjut Yurianto, banyak orang tidak menyadari dirinya terinfeksi karena tidak menemukan gejala dalam tubuh dan menganggap tubuhnya sehat tanpa paparan virus. Namun, karena menjadi pembawa virus, ia lalu menularkan ke orang lain di dalam rumah.
”Kebanyakan kelompok muda (jadi pembawa virus) kemudian menularkan ke kelompok usia lanjut, baik orangtua maupun saudaranya, yang ternyata memiliki riwayat penyakit kronis lain kemudian saat tertular menjadi lebih gawat,” jelas Yurianto.
Pihaknya juga mengimbau agar warga tidak panik dalam menghadapi pandemi itu. Dengan daya tahan tubuh yang kuat, seseorang diharapkan bisa sembuh dengan sendirinya tanpa dilakukan perawatan dan melakukan isolasi mandiri di rumah.
Kebanyakan kelompok muda (jadi pembawa virus) kemudian menularkan ke kelompok usia lanjut, baik orangtua maupun saudaranya, yang ternyata memiliki riwayat penyakit kronis lain.
”Kalaupun positif, tetapi tanpa gejala dan memiliki daya tahan tubuh yang baik, maka harus tetap di rumah. Gejala ringan juga di rumah. Tetapi, kalau sudah gawat, silakan ke rumah sakit rujukan,” ujarnya.
Saat mengisolasi diri di rumah, lanjut Yurianto, pasien di rumah harus memiliki ruangan sendiri, menjaga jarak dengan anggota keluarga, bahkan makan dan minum harus dengan peralatan sendiri.
Pemeriksaan cepat
Selain imbauan pembatasan, pemerintah melakukan pemeriksaan cepat Covid-19. Pemeriksaan dengan pengambilan sampel darah itu dilakukan sebagai bentuk penapisan bagi mereka yang memiliki imunitas rendah.
”Penapisan dilakukan untuk memastikan apakah orang tersebut pernah terinfeksi virus atau tidak, dan apakah orang itu sedang terinfeksi oleh virus atau tidak,” ujar Yurianto.
Pemeriksaan cepat akan diprioritaskan kepada jaringan orang yang pernah berinteraksi dengan pasien yang terinfeksi. Jika hasilnya negatif, pemeriksaan laboratorium akan kembali dilakukan. Jika hasilnya positif, disarankan untuk isolasi, baik mandiri maupun di rumah sakit.
Selain Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, lanjut Yurianto, beberapa hotel akan dijadikan rumah sakit darurat untuk penanganan Covid-19. Tenaga kesehatan yang kurang akan ditambah melalui sukarelawan kesehatan yang sampai saat ini sedang dihimpun.
Ketua Ikatan Alumni Universitas Indonesia Andre Rahardian yang juga masuk dalam Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 mengungkapkan, pihaknya membuka kesempatan bagi sukarelawan agar ikut bersama-sama membantu tenaga medis maupun tim.
”Masih banyak kekurangan tenaga medis, baik dokter maupun perawat, karena sudah banyak tenaga medis yang harus diisolasi,” kata Andre.
Selain itu, lanjut Andre, pihaknya membutuhkan sukarelawan lain untuk logistik. ”Para tenaga medis juga butuh makanan bergizi dan vitamin untuk menjaga daya tahan tubuh mereka,” ungkapnya.
Andre juga mengajak masyarakat yang ingin menggalang dana atau menjadi sukarelawan untuk membantu Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 ini mengunjungi situs BNPB dan memberikan bantuan, baik materi maupun mendaftar sebagai sukarelawan.