Kian Meluas, Gelombang Solidaritas untuk Tangkal Covid-19
Kekurangan alat pelindung diri meluas hingga ke daerah-daerah. Hal itu menggerakkan masyarakat untuk menggalang dana dan membantu mencegah penyebaran wabah Covid-19. Berbagai hal dilakukan untuk mencegah wabah tersebut.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah pandemi Covid-19 yang mengepung Indonesia, masyarakat menggalang solidarita untuk membantu menangani penyakit itu. Mereka bergerak menggalang dana untuk mengadakan dan berbagi berbagai alat pelindung diri yang masih sangat dibutuhkan, terutama oleh para tenaga medis. Bentuk solidaritas bermacam-macam, mulai dari membagikan masker, pembersih tangan, sampai cairan disinfektan.
Pada Jumat (20/3/2020) pagi, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bersama Yayasan Buddha Tzu Chi juga beberapa pengusaha datang ke kantor Badan Nasional Penanggulagan Bencana (BNPB) untuk memberikan bantuan dan komitmen mereka dalam penggalangan dana secara simbolis. Penggalangan dana tersebut untuk membeli peralatan kesehatan dan alat pelindung diri bagi petugas kesehatan. Targetnya bakal terkumpul dana Rp 500 miliar.
Kepala Kadin Rosan Roeslani mengimbau anggotanya ikut dalam aksi solidaritas tersebut. Uang dari penggalangan dana yang dibuat bertahap itu akan dibelikan satu juta alat uji cepat (rapid test kit), 20.000 baju isolasi, empat unit alat bantu pernapasan, dan satu juta masker.
”Kami akan laporkan kepada presiden secara berkala perusahaan mana saja yang akan memberikan bantuan atau berdonasi,” kata Rosan di kantor BNPB di Jakarta.
Beberapa perusahaan sudah menegaskan bakal memberikan donasi. Mereka antara lain Sinar Mas Group, PT Adaro Energy, Yayasan Artha Graha Peduli Foundation, PT Djarum, Agung Sedayu Group, PT Indofood Sukses Makmur, PT Puradelta Lestari, dan Triputra Group.
Solidaritas untuk Covid-19 juga digalang Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK). Ketua Yayasan DKK Rusdi Amral menjelaskan, DKK membuka rekening dari masyarakat untuk membantu penanganan coronavirus disease (Covid-19). Bantuan yang mendesak diberikan adalah perlindungan terhadap tenaga medis yang sedang menyelamatkan nyawa para pasien yang terpapar severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2), penyebab Covid-19.
”Dompet DKK juga menggalang bantuan untuk penyemprotan disinfektan rumah-rumah ibadah, pasar, permukiman, dan tempat-tempat ramai. Kami juga akan bagikan masker, cairan pembersih tangan,” katanya.
Rusdi menambahkan, penyaluran bantuan akan bekerja sama dengan kalangan akademisi dari beberapa perguruan tinggi, kelompok masyarakat, dan juga Palang Merah Indonesia (PMI). ”Untuk tahap pertama akan dilakukan di Jakarta terlebih dahulu,” ujarnya.
Pemenuhan kebutuhan alat perlindungan diri untuk tenaga kesehatan memang mendesak. Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Abetnego Tarigan menjelaskan, anggaran sudah disiapkan untuk pengadaan alat pelindung diri. Namun, produksi barang-barang tersebut masih terkendala bahan baku.
”Kita bukan kekurangan uang, melainkan barangnya memang gak ada. Kita bisa produksi, tetapi bahan bakunya gak ada,” kata Abetnego, yang juga bertugas di Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid 19.
Abetnego menjelaskan, alat pelindung diri hanya digunakan untuk sekali pemakaian. Hal itu membuat ketersediaan barang kian menipis. Belum lagi bermunculan kasus penimbunan barang.
”Pemerintah melalui BUMN juga sedang mencoba untuk memproduksi. Selain itu, banyak bantuan dari luar yang akan datang ke sini,” kata Abetnego.
Menurut Abetnego, saat ini ketersediaan alat pelindung diri yang ada akan diberikan sepenuhnya untuk petugas kesehatan di wilayah-wilayah dengan zona penyebaran pandemi Covid-19 yang tinggi. Pemerintah Indonesia sudah menyediakan lebih dari 10.000 alat pelindung diri dan lebih dari 150.000 masker untuk mendukung kegiatan pelayanan kesehatan.
”Semua perizinan juga tampaknya sudah dipangkas sehingga bahan baku yang masuk akan jauh lebih mudah,” ujarnya.
Aksi solidaritas itu juga dilakukan banyak lembaga dan kelompok masyarakat seperti yang dilakukan pengurus Masjid Al-Falah, Pondok Kelapa,Jakarta Timur, yang memberikan cairan disinfektan secara gratis kepada tetangga sekitar masjid. Lalu, ada Yayasan Pelestarian Pusaka Lasem Heritage yang membagikan lebih dari 50 botol cairan disinfektan untuk masyarakat yang tinggal di Kecamatan Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Selain membagian cairan disinfektan, pengurus yayasan juga membagikan informasi terkait pencegahan korona dari pintu ke pintu (Kompas, Jumat, 20 Maret 2020).
Upaya pencegahan dan antisipasi itu sudah menjadi gerakan. Seperti halnya yang dilakukan Direktur Utama Perusahaan Daerah Pasar Jaya Arie Nasrudin yang mengurangi kontak pedagang dengan pembeli dengan memanfaatkan berbagai platform. Ia juga meminta 115 pasar di DKI Jakarta mempersempit akses sehingga setiap orang yang keluar masuk bisa diperiksa.
”Pengunjung pasar itu setiap hari mencapai 1 juta sampai 1,5 juta orang. Setiap orang masuk diperiksa dan diminta untuk mencuci tangan,” kata Arief dalam konferensi pers di Jakarta.
Tsunami pasien
Sosiolog dan dosen FISIP Universitas Indonesia, Imam Prasojo, mengungkapkan, pencegahan harus dilakukan agar tidak terjadi ”tsunami” pasien di fasilitas kesehatan. Ada tiga hal yang bisa dilakukan, yakni pertahanan diri, pertahanan sosial, dan pertahanan lembaga.
Menurut Imam, gerakan solidaritas yang terjadi merupakan bentuk pertahanan sosial di tengah wabah yang muncul di saat kondisi wabah yang menyebar dengan cepat. ”Harus ada mobilisasi tenaga-tenaga kesehatan ke setiap daerah, tentunya dengan peralatan yang lengkap,” kata Imam.