Di tengah mewabahnya Covid-19, masyarakat Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi tetap beraktivitas dan menggunakan kereta ”commuter line” untuk berangkat kerja. Bukan untuk menantang, mereka tak punya pilihan.
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
Meski pemerintah sudah mengimbau masyarakat untuk bekerja di rumah guna mengantisipasi penyebaran virus korona baru penyebab coronavirus disease (Covid-19), tak sedikit yang tetap keluar rumah untuk bekerja. Kerumunan penumpang di transportasi umum pun tak terelakkan.
Pada Selasa (17/3/2020) sekitar pukul 08.30, tempat duduk kereta commuter line dari Stasiun Bogor sudah dipenuhi penumpang. Hanya berselang beberapa stasiun hingga Stasiun Pondok Cina, penumpang yang berdiri sudah memadati gerbong kereta.
Tak perlu berpegangan pada gantungan, tubuh sudah terapit dengan para penumpang lain. Menjaga jarak fisik dan menghindari kerumunan massa untuk meminimalisasi penyebaran Covid-19 pun sulit dilakukan.
Euis (56), pengguna kereta commuter line dari Stasiun Bogor mengaku terpaksa pergi ke Tanah Abang. Itu karena taplak meja yang menjadi barang dagangannya sudah habis dan tak bisa dikirim ke tempatnya berjualan di Bogor.
”Saya sebenarnya mau di rumah saja, kan, sekarang keadaan juga lagi berbahaya, tapi stok barang sudah enggak ada. Jadi, mau enggak mau harus tetap pergi (ke Tanah Abang) ambil barang buat satu bulan ke depan, biar aman,” katanya.
Sebagai upaya antisipasi tertular Covid-19, Euis pun menggunakan sarung tangan dan masker. Selain itu, ia juga menjaga daya tahan tubuhnya dengan minum seduhan air jahe setiap pagi.
Hal serupa dialami Habibie (40), pengguna kereta commuter line ini mengaku harus tetap pergi ke tempat kerja karena ia merupakan penjual pakaian di Thamrin City, Jakarta Pusat. Setiap hari ia berangkat dari Stasiun Depok Baru dan turun di Stasiun Karet.
”Namanya jualan, kan, harus ke tempatnya. Lagi pula sebelum masuk stasiun, petugas sudah mengecek suhu tubuh kita, harusnya aman-aman saja (para penumpang kereta commuter line),” kata Habibie.
Karyawan swasta, Dedy (57), juga tetap berangkat ke kantornya di daerah Senayan, Jakarta Selatan. Meski sudah ada imbauan dari kantor untuk bekerja dari rumah, karena Dedy bekerja di bagian pelayanan publik, ia tetap harus masuk kantor.
”Saya berangkat agak siang supaya kereta enggak terlalu padat. Ternyata enggak jauh beda dengan pagi hari, tetap ramai. Paling nanti pulangnya saya coba agak malam agar lebih sepi,” kata Dedy yang berangkat dari Stasiun Bogor.
Masih padatnya penumpang kereta commuter line juga turut mengejutkan Citra (30). Guru taman kanak-kanak di sekolah swasta daerah Bintaro, Jakarta Selatan, ini terpaksa harus ke sekolah untuk mengambil bahan ajaran meski kegiatan belajar-mengajar di sekolah sementara ditiadakan.
”Saya pikir hari ini sudah sepi, ternyata masih ramai juga. Semoga ke depan masyarakat bisa saling bahu-membahu turut mengantisipasi penyebaran Covid-19 dengan tidak pergi ke mana-mana,” ujar Citra yang berangkat dari Stasiun Jatinegara.
Kerja sama
Sekjen Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Husein Habsyi menyampaikan, membangun kesadaran untuk menjaga jarak fisik dan menghindar dari kerumuman massa memang harus dimulai dari semua pihak. Tak hanya pemerintah, tetapi juga perusahaan dan terutama masyarakat.
Penerapan pembatasan sosial (social distancing), kata Husein, akan efektif kalau semua punya pola pemikiran yang sama. Pemikiran bahwa semua pihak harus bekerja sama dalam memutus rantai penyebaran Covid-19.
”Misalnya, orang yang bekerja di Jakarta, itu kan ada yang dari Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi yang harus menggunakan kereta commuter line. Maka, setiap pemerintah daerah harus memiliki kebijakan yang serupa agar warganya melakukan pembatasan sosial,” kata Husein.
Selain itu, perusahaan juga harus memberikan prosedur standar operasi yang jelas bagi karyawannya yang bekerja dari rumah. Para karyawan harus mendapat kepastian bahwa mereka dapat tetap memenuhi target kinerjanya sekalipun bekerja dari rumah.
Bagi masyarakat, apabila memang harus keluar rumah dan menggunakan transportasi umum, tetap harus waspada. Sering-sering mencuci tangan dan menggunakan masker apabila sedang sakit wajib dilakukan.
”Masyarakat harusnya dari hari ke hari makin menyadari potensi risiko penularan, kalau ada kendaraan pribadi, itu lebih bagus. Tapi, seandainya harus kendaraan umum, harus lebih waspada, jangan sekali-kali menyentuh wajah,” kata Husein.
Imbauan pembatasan sosial, yakni mengurangi mobilitas orang, menjaga jarak, dan mengurangi kerumunan orang, disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo. ”Kebijakan belajar dari rumah, bekerja dari rumah, dan beribadah di rumah perlu kita gencarkan untuk mengurangi penyebaran Covid-19,” kata Presiden.
Kewaspadaan untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 memang harus datang dari semua pihak. Diri sendiri, khususnya, harus secara sadar menjaga kondisi tubuh dan menerapkan pembatasan sosial untuk melindungi semua orang.