Ada Gejala Terinfeksi Covid-19 dan Rumah Sakit Penuh, Ini Panduan Perawatan Mandiri dari WHO
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberi panduan bagi warga untuk melakukan isolasi atau perawatan mandiri sembari menunggu kesiapan penanganan dari rumah sakit. Berikut panduan itu.
Menghadapi wabah virus korona galur baru (coronavirus desease, Covid-19), banyak rumah sakit di berbagai negara kewalahan melayani kebutuhan warganya, baik dalam pengecekan maupun perawatan mereka yang terduga ataupun sudah positif terinfeksi.
Kondisi serupa berpotensi terjadi di Indonesia. Wabah yang terus meluas dan menginfeksi banyak warga akan semakin menyulitkan pihak rumah sakit memberi pelayanan maksimal.
Saat ini, rumah sakit rujukan yang disiapkan di seluruh Indonesia untuk menangani wabah ini berjumlah 134, sementara total ruang isolasi yang dimiliki hanya 915 kamar. Ruang isolasi di rumah sakit yang terbatas itu tentu akan diprioritaskan untuk mereka yang sangat membutuhkan terlebih dahulu.
Total ruang isolasi di seluruh Indonesia hanya 915 kamar.
Menghadapi situasi sulit itu, panduan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bagi warga untuk melakukan isolasi atau perawatan mandiri bisa menjadi solusi sementara sembari menunggu kesiapan penanganan dari rumah sakit.
Hal pertama yang perlu diperhatikan untuk perawatan mandiri:
Pastikan gejala-gejala yang dirasakan pasien adalah ringan sehingga tidak memerlukan rawat inap dengan melakukan pemeriksaan ke dokter di fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
Termasuk gejala ringan adalah demam ringan; batuk; rasa tidak enak; atau sakit tenggorokan tanpa disertai tanda-tanda seperti sesak napas atau kesulitan bernapas; peningkatan dahak; gejala gastrointestinal, seperti mual, muntah, dan/atau diare; dan tanpa perubahan status mental, seperti kebingungan atau kelesuan.
Pasien tidak memiliki kondisi kronis seperti penyakit paru-paru atau jantung, gagal ginjal, atau penurunan kekebalan tubuh yang dapat meningkatkan risiko komplikasi.
Perawatan di rumah sakit tidak tersedia atau tidak aman, misalnya kapasitas terbatas dan sumber daya tidak dapat memenuhi layanan kesehatan.
Beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum merawat pasien di rumah:
Meminta penilaian dari petugas kesehatan terlatih apakah tempat tinggal cocok untuk memberikan perawatan mandiri. Memperhitungkan juga apakah pasien dan keluarga mampu mematuhi prosedur tindakan pengendalian dan pencegahan infeksi di rumah, misalnya pembatasan pergerakan di sekitar atau dari rumah, dan mengatasi masalah keamanan, misalnya terkait bahaya penggunaan usapan berbasis alkohol.
Menyiapkan ruangan tunggal yang berventilasi baik, misalnya jendela dan pintu yang terbuka, untuk pasien. Membatasi pergerakan pasien di rumah dan meminimalkan ruang bersama, seperti dapur dan kamar mandi. Pastikan ruangan bersama berventilasi baik, misalnya jendela yang terbuka.
Tempatkan anggota rumah tangga di ruangan yang berbeda. Jika tidak mungkin, pertahankan jarak minimal 1 meter dari orang yang sakit, misalnya tidur di tempat tidur terpisah.
Jumlah orang yang merawat sebaiknya dibatasi. Idealnya, tetapkan satu orang yang sehat. Kunjungan dari siapa pun tidak diizinkan sampai pasien sepenuhnya pulih dan tidak memiliki tanda dan gejala.
Semua anggota keluarga harus membersihkan tangan setelah kontak dengan pasien atau kontak dengan berbagai hal yang digunakan pasien. Kebersihan tangan juga harus diperhatikan, sebelum dan sesudah menyiapkan makanan, setelah menggunakan toilet, dan setiap kali tangan terlihat kotor. Saat mencuci tangan gunakan tisu sekali pakai untuk mengeringkan tangan. Jika tidak tersedia, gunakan handuk kain bersih dan ganti setelah basah.
Masker medis sebaiknya diberikan kepada pasien dan dikenakan sebanyak mungkin. Handuk atau tisu yang digunakan untuk menutupi mulut dan hidung saat bersin harus dibuang atau dicuci dengan baik setelah digunakan, misalnya cuci sapu tangan menggunakan detergen.
Perawat harus mengenakan masker medis yang pas untuk menutupi mulut dan hidung ketika di ruangan yang sama dengan pasien. Masker tidak boleh disentuh saat digunakan. Jika masker basah atau sudah kotor dengan sekresi, harus segera diganti dengan masker baru yang kering. Lepaskan masker menggunakan teknik yang benar, yaitu tidak menyentuh bagian depan, tetapi langsung melepaskannya. Buang masker segera setelah digunakan dan lakukan pembersihan tangan.
Lepaskan masker menggunakan teknik yang benar.
Hindari paparan virus dari barang-barang yang terkontaminasi dari lingkungan terdekat pasien, misalnya jangan berbagi sikat gigi, rokok, peralatan makan, piring, minuman, handuk, waslap, atau seprai.
Gunakan peralatan makan khusus untuk pasien; barang-barang ini harus dibersihkan dengan sabun dan air setelah digunakan. Bersihkan pula dengan disinfektan permukaan barang-barang di ruangan tempat pasien dirawat yang sehari-hari sering disentuh pasien, seperti meja di samping tempat tidur, bingkai tempat tidur, dan mebel lain di kamar tidur. Sabun atau detergen rumah tangga biasa dapat digunakan untuk membersihkan dan kemudian dibilas disinfektan rumah tangga yang mengandung natrium 0,5 persen hipoklorit.
Jangan berbagi sikat gigi, rokok, peralatan makan, piring, minuman, handuk, waslap, atau seprai.
Pakaian, seprai tempat tidur, dan perlengkapan mandi pasien perlu dibersihkan menggunakan sabun cuci atau mesin cuci pada suhu 60-90° C dengan detergen rumah tangga biasa, dan keringkan sampai bersih. Kamar mandi dan toilet harus dibersihkan dengan disinfektan setidaknya sekali sehari.
Sementara itu, pakaian yang terkontaminasi harus ditempatkan ke dalam tas cucian. Sarung tangan dan pakaian pelindung (misalnya celemek plastik) harus digunakan saat membersihkan pakaian atau material yang kotor oleh cairan tubuh pasien.
Gunakan sarung tangan dan masker sekali pakai saat memberikan perawatan mulut atau pernapasan juga saat menangani feses, urine, dan limbah lain. Setelah digunakan, sarung tangan tersebut harus dibersihkan dengan sabun dan air serta didekontaminasi dengan larutan hipoklorit. Sarung tangan sekali pakai harus dibuang ke tempat sampah berpenutup sebelum dibuang ke pembuangan limbah infeksius.
Manajemen kontak dan komunikasi dengan dokter terus dijaga
Informasi mengenai kapan dan di mana harus mendapatkan perawatan intensif jika kondisi pasien memburuk perlu dipastikan ke petugas pelayanan kesehatan terdekat. Pastikan juga moda transportasi yang paling tepat digunakan saat diperlukan. (ATK)