Peningkatan kesadaran masyarakat akan meminimalkan risiko penyebaran virus korona. Pada saat yang sama, pencegahan risiko antara lain juga mesti dilakukan terhadap orang-orang yang rawan terinfeksi.
Oleh
FX LAKSANA AS
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Peningkatan kesadaran masyarakat akan meminimalkan risiko penyebaran virus korona. Pada saat yang sama, pencegahan risiko juga mesti dilakukan terhadap orang-orang yang rawan terinfeksi maupun daerah-daerah yang rawan.
Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Ede Surya Darmawan di Jakarta, Senin (9/3/2020), mengatakan, pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan seluruh pemangku kepentingan terkait harus secepatnya memitigasi risiko penyebaran virus korona secara komprehensif. Hal ini bisa dimulai dengan penelusuran informasi dari pasien yang sudah positif maupun terduga terinfeksi virus korona.
Pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan seluruh pemangku kepentingan terkait harus secepatnya memitigasi risiko penyebaran virus korona secara komprehensif. Hal ini bisa dimulai dengan penelusuran informasi dari pasien yang sudah positif maupun terduga terinfeksi virus korona.
Informasi yang dimaksud menyangkut orang-orang yang secara fisik pernah berdekatan dengan pasien pada beberapa pekan terakhir serta daerah-daerah tempat domisili dan aktivitas sehari-hari pasien. Terhadap orang-orang yang secara fisik pernah berdekatan, pemerintah harus segera mengecek dan memastikan kondisi kesehatannya.
Sementara untuk daerah yang rawan, Ede melanjutkan, pemerintah harus meningkatkan kesadaran publik. Meskipun penularan bukan melalui daerah, melainkan melalui percikan dari saluran pernapasan penderita, mitigasi risiko bencana dari aspek kewilayahan perlu dilakukan.
”Proses ini jangan sampai menimbulkan kepanikan publik. Jadi pusat harus berkoordinasi dengan daerah. Saya tidak setuju kalau kota-kota tempat domisili pasien dibuka ke publik. Namun, yang paling penting pemerintah pusat dan daerah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk meminimalkan penyebaran penyakit korona,” tutur Ede.
Sampai Senin (9/3/2020) malam, pemerintah menyatakan 19 orang positif terinfeksi virus korona. Adapun 21 orang ditetapkan terduga. Mereka dirawat di rumah sakit di dalam negeri. Sebelumnya, baru enam orang yang positif terjangkit korona.
”Telusuri orang-orang yang pernah kontak dengan penderita, positif maupun terduga. Kemudian, aksi untuk meminimalkan penularan harus segera dilakukan. Semua pihak harus terlibat. Ada semacam intelijen kesehatan yang bergerak cepat sehingga tidak terjadi kepanikan yang tidak terkendali,” kata Ede.
Konkretnya, Ede menekankan, sosialisasi kepada seluruh masyarakat harus terus dilakukan. Fasilitas untuk mengurangi penyebaran seperti tempat-tempat cuci tangan dan disinfektan segera dimasifkan. Ini antara lain mesti menyasar sekolah, tempat kerja, dan fasilitas publik.
”Etika masyarakat kita terkait kesehatan di tempat umum masih kurang, misalnya membuang sampah sembarangan, meludah sembarangan, bersin dan batuk tidak ditutup. Kesadaran soal hal-hal semacam ini perlu terus ditingkatkan,” kata Ede.
Etika masyarakat kita terkait kesehatan di tempat umum masih kurang, misalnya membuang sampah sembarangan, meludah sembarangan, bersin dan batuk tidak ditutup. Kesadaran soal hal-hal semacam ini perlu terus ditingkatkan.
Dalam keterangan pers, juru bicara pemerintah dalam penanganan virus korona, Achmad Yurianto, menyatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan dinas kesehatan di kabupaten dan kota. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyebaran virus korona.
Kementerian Kesehatan bersama pemangku kepentingan lain, Yurianto menambahkan, juga terus melakukan penelusuran terhadap orang-orang yang pernah berdekatan secara fisik dengan pasien positif dan pasien terduga.