Sakit perut merupakan hal yang biasa kita alami. Namun, jika terjadi dalam waktu lama, bisa jadi merupakan hal serius yang perlu segera dicari penyebabnya serta diobati. Perlu pula diatur pola makan dan jenis makanan.
Oleh
ATIKA WALUJANI MOEDJIONO
·4 menit baca
Setiap orang pernah merasakan sakit atau tidak nyaman di perut. Penyebabnya bisa karena salah makan atau ada infeksi bakteri. Gangguan itu bisa diatasi dengan obat sederhana yang bisa dibeli bebas. Namun, jika rasa sakit dan gangguan perut berlangsung berhari-hari atau berminggu-minggu, boleh jadi ada gangguan yang serius.
Menurut laman Newsinhealth, Institut Kesehatan Nasional (NIH) Amerika Serikat, ada berbagai penyebab gangguan pencernaan. Salah satu yang serius adalah penyakit radang usus (inflammatory bowel disease/IBD).
Gangguan ini terjadi ketika sel-sel sistem kekebalan di usus bereaksi berlebihan terhadap ”ancaman” yang dirasakan tubuh. Sering kali ”ancaman” itu hanyalah mikroorganisme biasa pembentuk microbiome, yakni bakteri, jamur, dan virus, yang hidup di usus. Reaksi berlebihan itu dapat merusak saluran pencernaan (gastrointestinal).
Dua jenis IBD yang paling umum adalah kolitis ulseratif atau peradangan usus besar (kolon) dan bagian akhir usus besar yang tersambung ke anus (rektum). Kondisi ini sering kali ditandai dengan diare terus-menerus disertai darah pada tinja. Jenis IBD lain adalah penyakit Crohn, yakni radang usus kronis yang menyebabkan kerusakan pada lapisan dinding sistem pencernaan.
”Crohn dapat terjadi di mana saja di saluran pencernaan, dari mulut ke anus,” kata Judy Cho, ahli IBD di RS Mount Sinai, New York, AS. Penyakit Crohn parah dapat menyebabkan penyempitan usus dan bahkan menyebabkan lubang di usus.
Kondisi lain yang dapat merusak dinding lambung dan menyebabkan peradangan adalah gastritis. Penyebab yang paling umum adalah infeksi bakteri Helicobacter pylori. Penyebab lain, konsumsi jangka panjang obat penghilang rasa sakit. Jika tidak diobati, gastritis dapat menyebabkan luka terbuka di dinding lambung dan usus.
Crohn dapat terjadi di mana saja di saluran pencernaan, dari mulut ke anus.
Gangguan lain pada pencernaan adalah sindrom iritasi usus besar (irritable bowel syndrome/IBS). ”Ini gangguan yang sangat umum. Ditandai dengan sakit perut, kembung, dan perubahan kebiasaan buang air besar,” kata Anthony Lembo, peneliti IBS di RS Diakones Beth Israel.
Sejauh ini belum dipastikan secara pasti penyebab IBS. Diduga hal ini terkait dengan masalah bagaimana otak dan usus bekerja bersama.
Penyebab lain rasa sakit dan ketidaknyamanan pada saluran pencernaan adalah gangguan asam lambung (gastroesophageal reflux disease/GERD), yakni asam lambung naik ke kerongkongan (esofagus).
Situasi Indonesia
Di Indonesia, diare akibat bakteri masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian)-nya masih tinggi. Data Direktorat Jenderal Pelayanan Medis Kementerian Kesehatan tahun 2008, diare dan gastroenteritis menduduki peringkat pertama penyebab pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia.
Sementara itu, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 mendapatkan, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-13. Adapun, berdasarkan golongan penyakit menular, diare merupakan penyebab kematian peringkat ketiga setelah tuberkulosis dan radang paru (pneumonia).
Penelitian Dadang Makmun dan kolega di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, menunjukkan, diare, gastroenteritis, dispepsia, dan GERD menempati peringkat tertinggi pada pasien rawat jalan.
Mendiagnosis masalah
Menurut Cho, tidak mudah mendiagnosis secara tepat jenis penyakit pencernaan karena ada banyak gejala yang mirip, antara lain nyeri, kembung, dan diare. Namun, untuk IBD ada gejala yang spesifik, yakni ada darah pada tinja, penurunan berat badan, dan tanda-tanda peradangan dari tes darah.
Adapun gejala IBS adalah diare atau sebaliknya konstipasi (sembelit).
Gastritis dan kepekaan pada makanan dapat menyebabkan ketidaknyamanan usus dalam jangka panjang. Untuk mengetahui penyebab pasti, dokter perlu melakukan berbagai tes, termasuk tes darah dan pemeriksaan tinja untuk mencari tanda serta penyebab infeksi. Kadang-kadang diperlukan juga tes pencitraan, seperti CT scan, atau endoskopi, pemeriksaan usus atau lambung dengan kamera kecil di ujung kabel panjang dan fleksibel.
Terapi dan pengobatan
Untuk gastritis akibat infeksi bakteri, digunakan obat antibiotik untuk membunuh kuman.
Sementara alergi atau kepekaan pada makanan dapat diatasi dengan mengubah pola makan. Ahli gizi bisa membantu mengetahui jenis makanan yang mungkin mengiritasi usus.
GERD bisa diobati dengan antasida untuk menetralkan asam lambung, obat untuk mengurangi produksi asam lambung, juga obat penghambat pompa proton yang menghambat produksi asam serta mengobati kerongkongan akibat naiknya asam lambung.
Yang paling penting dari semua adalah mengatur pola makan dan jenis makanan yang tepat.
Yang paling penting dari semua adalah mengatur pola makan dan jenis makanan yang tepat.
”Kami juga memberi tahu pasien untuk makan dua hingga tiga kali sehari, ditambah camilan satu atau dua kali. Semua dalam jumlah kecil sehingga memberi kesempatan sistem pencernaan untuk istirahat,” kata Cho.
IBD paling sulit diobati di antara jenis gangguan usus lain. Fokus terapi adalah menghentikan peradangan agar jaringan usus pulih kembali. Untuk itu, digunakan obat-obat antiperadangan. Bisa juga meggunakan obat untuk menekan kekebalan tubuh. Namun, hal ini bisa menimbulkan efek samping tak diinginkan.
Jenis makanan yang sebaiknya dihindari, menurut laman Yayasan Gastroenterologi Indonesia, adalah beberapa jenis buah dan sayuran, seperti apel, alpukat, mangga, semangka, asparagus, bit, kol, kembang kol, bawang putih, bawang bombai, dan buncis. Selain itu, sumber karbohidrat, seperti produk gandum, termasuk roti, pasta, sereal, mi, biskuit, juga madu, susu, keju, serta makanan dengan pemanis buatan.
Adapun makanan yang dianjurkan antara lain pisang, anggur, melon, pepaya, nanas, jeruk, wortel, terung, tomat, timun, bayam, tauge, daging, ikan, tahu, dan tempe. Untuk sumber karbohidrat sebaiknya mengonsumsi nasi, kentang, dan jagung.