Kurang Tidur Meningkatkan Risiko Jantung pada Perempuan
Tidur tidak berkualitas meningkatkan risiko diabetes pada perempuan, yang akhirnya dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Kematian perempuan karena jantung lebih tinggi daripada karena kanker.
Oleh
Yovita Arika
·4 menit baca
Perempuan sangat rentan mengalami gangguan tidur. Perempuan juga lebih berisiko mengalami obesitas. Studi terbaru menunjukkan, bagi perempuan, kurang tidur atau kualitas tidur yang buruk dapat meningkatkan risiko obesitas, faktor kuat yang menyebabkan penyakit jantung.
Studi yang dilakukan tim peneliti di Columbia University Irving Medical Center (CUIMC), New York, Amerika Serikat, pada perempuan, kurang tidur dapat berkontribusi pada pilihan makanan tak sehat. Mereka cenderung makan berlebihan dan mengonsumsi makanan berkualitas rendah, mulai dari berkalori tinggi, kadar lemak tinggi, hingga berkadar gula tinggi, sehingga meningkatkan risiko obesitas atau kegemukan.
Penelitian yang dipublikasi di jurnal American Heart Association awal tahun 2020 ini memberikan wawasan baru bahwa kualitas tidur yang buruk pada perempuan dapat meningkatkan risiko obesitas dan penyakit jantung, serta kemungkinan intervensi untuk meningkatkan kesehatan jantung perempuan.
”Perempuan sangat rentan mengalami gangguan tidur sepanjang hidup karena mereka memikul tanggung jawab merawat anak-anak dan keluarga, dan kemudian, karena hormon menopause,” kata Broke Anggarwal, asisten profesor Ilmu Kedokteran di Columbia University Vegalos College of Physicians and Surgeons, penulis senior studi ini, kepada Science Daily, 17 Februari 2020.
Studi sebelumnya menunjukkan, orang yang kurang tidur lebih mungkin mengalami obesitas, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung. Namun, studi itu lebih berfokus pada pola diet atau hanya diukur dari durasi atau lama tidur, bukan mutu tidur. Studi oleh tim peneliti CUIMC ini untuk mendapat gambaran lebih komprehensif pada perempuan dengan meneliti hubungan antara dampak diet secara keseluruhan dan berbagai aspek kualitas tidur.
Perempuan sangat rentan mengalami gangguan tidur sepanjang hidup karena mereka memikul tanggung jawab merawat anak-anak dan keluarga, dan kemudian, karena hormon menopause.
Kualitas tidur berkaitan dengan kemampuan untuk tertidur dan tetap tertidur, serta meluas berkaitan dengan pola tidur tidak teratur, seperti insomnia. Kualitas tidur ditentukan seberapa sering seseorang terbangun pada malam hari, dan frekuensi gerakan selama tidur yang mencerminkan fase tidur.
Kualitas tidur
Penelitian ini dilakukan terhadap 495 perempuan yang berusia 20-76 tahun. Tim meneliti kualitas tidur, waktu yang diperlukan untuk tertidur, dan insomnia. Durasi tidur pada kelompok umur ini, berdasarkan National Sleep Foundation, berkisar 7-9 jam. Para peneliti juga mengukur pola diet para perempuan itu dengan menganalisis jenis dan jumlah makanan yang mereka konsumsi.
Mirip dengan penelitian-penelitian sebelumnya tentang tidur dan diet, penelitian ini menemukan bahwa mereka yang mutu tidurnya buruk mengonsumsi lebih banyak gula tambahan yang terkait dengan obesitas dan diabetes.
Perempuan yang butuh waktu lebih lama untuk tertidur memiliki asupan kalori yang tinggi dan makan dalam jumlah banyak. Perempuan dengan gejala insomnia lebih parah mengonsumsi lebih banyak makanan dan lebih sedikit lemak tak jenuh dibandingkan perempuan dengan insomnia yang lebih ringan.
”Perempuan dengan kualitas tidur yang buruk bisa makan berlebihan dan memilih lebih banyak makanan yang tidak sehat,” kata Anggarwal.
Sebaliknya, pada riset ini, perempuan yang mempunyai kualitas tidur baik memiliki asupan lemak tak jenuh lebih tinggi, konsumsi asam lemak tak jenuh ganda yang mengurangi risiko penyakit jantung. Lemak tak jenuh atau lemak baik banyak terdapat pada sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, beberapa jenis ikan, serta minyak zaitun, minyak kacang, dan minyak jagung.
”Kualitas tidur yang buruk bisa menyebabkan asupan makanan dan kalori yang berlebihan dengan menstimulasi sinyal kelaparan dan menekan sinyal kenyang. Rasa lapar sebagian besar dipenuhi dengan makan banyak, dan bisa jadi perempuan dengan insomnia mengonsumsi lebih banyak makanan dalam upaya untuk merasa kenyang,” kata Faris Zuraikat, doktor di Columbia University Vagelos College of Physicians and Surgeons yang juga penulis utama riset ini.
”Namun, ada kemungkinan pola makan buruk berdampak negatif pada kualitas tidur perempuan. Makan lebih banyak juga bisa menyebabkan ketidaknyamanan pencernaan, misalnya menjadi lebih sulit tertidur atau tetap tidur,” kata Zuraikat.
Mutu tidur yang buruk, terutama insomnia, dapat memengaruhi aktivitas di hippocampus (daerah di mana otak terlibat dalam pengaturan asupan makanan), yang bisa berdampak buruk pada perilaku makan. Mereka yang mengalami insomnia mengonsumsi makanan lebih banyak dalam upaya untuk merasa kenyang.
”Mengingat pola makan buruk dan makan berlebihan dapat menyebabkan obesitas, faktor risiko kuat untuk penyakit jantung, studi di masa depan harus menguji apakah terapi yang meningkatkan kualitas tidur dapat meningkatkan kesehatan kardiometabolik pada perempuan,” kata Anggarwal.
Faktor risiko
Dokter Samsuridjal Djazuli dalam rubrik Kesehatan di harian Kompas edisi Sabtu (20/7/2019) mengatakan, kematian perempuan karena jantung lebih tinggi daripada karena kanker. Perempuan penyandang diabetes, juga perempuan perokok, lebih berisiko mengalami penyakit jantung koroner daripada laki-laki.
Kondisi mental, seperti stres, juga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner pada perempuan. Kadar estrogen yang rendah setelah menopause juga merupakan faktor risiko yang berarti untuk gangguan pembuluh darah kecil koroner (coronary microvascular disease).
Diabetes atau tekanan darah tinggi pada kehamilan dapat meningkatkan risiko jangka panjang hipertensi dan penyakit jantung pada ibu. Peradangan (inflamasi) yang berkepanjangan, seperti pada reumatoid artritis dan lupus, juga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung pada perempuan.
Gejala serangan jantung pada perempuan tidak serupa dengan serangan jantung pada laki-laki. Biasanya gejala yang sering dialami perempuan adalah rasa tertekan di dada, rasa lemas, dan berkeringat banyak. Serangan jantung pada perempuan dapat terjadi pada waktu istirahat atau pada waktu tidur.