Kolaborasi untuk Mencapai Indonesia Bebas TBC pada 2030
Seluruh anggota PBB, termasuk Indonesia, sepakat untuk mencapai eliminasi TBC di dunia pada 2030. Kolaborasi berbagai pihak sangat penting untuk memberantas penyakit menular ini.
Oleh
FX LAKSANA AS
·3 menit baca
KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA
Sekitar 500 dokter dari Koalisi Organisasi Profesi Penanggulangan TBC bersama organisasi profesi lain menggelar Peringatan Hari TBC se-Dunia dalam acara Hari Bebas Kendaraan di kawasan Jalan Chatib Sulaiman Padang, Sumatera Barat, Minggu (24/3/2019).Mereka mengadakan longmarch untuk mensosialisasikan tentang TBC
CIMAHI, KOMPAS – Pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat bertekad untuk meningkatkan kolaborasi dengan segenap pemangku kepentingan guna memberantas tuberkulosis. Sesuai kesepakatan PBB, Indonesia bebas tuberkulosis pada 2030.
Presiden Joko Widodo dalam pidato pada acara Gerakan Bersama Menuju Eliminasi TBC 2030 di Kota Cimahi, Jawa Barat, Rabu (29/01/2020), menekankan pentingnya kolaborasi berbagai pihak untuk memberantas penyakit tuberkulosis (TBC) di Indonesia.
”Oleh sebab itu, menjamin kesehatan masyarakat bukan hanya urusan dokter, Menteri Kesehatan, dinas kesehatan. Tapi ini juga urusan Menteri PUPR, Dinas PU. Bukan hanya ngurusin jalan, bukan hanya ngurusin jalan tol. Drainase, sampah, rumah yang sehat itu sangat penting. Ini betul-betul saya titip. Percuma pertumbuhan ekonomi baik tapi TBC tinggi,” kata Presiden.
Hadir mendampingi Presiden antara lain Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
”Saya ingin mendukung keras kegiatan ini, kegiatan bersama menuju eliminasi TBC di 2030. Percuma kalau masyarakat kita nggak sehat, merembetnya ke mana-mana. Bisa ke kesehatan, keberlanjutan bisa dalam bekerja di mana-mana. Oleh sebab itu saya sangat menghargai puskesmas, yayasan, kader-kader yang bergerak di dalam pengurangan dalam eliminasi TBC tahun 2030,” kata Presiden.
Selain kolaborasi, Presiden juga meminta agar pencegahan juga menjadi perhatian bersama dengan aspek pengobatan. Oleh karena itu, infrastruktur fisik harus menjamin kesehatan masyarakat. Misalnya adalah drainase yang lancar, pengelolaan sampah yang baik, penyediaan air bersih, penyinaran yang cukup, dan sirkulasi udara dalam rumah yang baik.
Guna mencapai target pada 2030, Presiden menekankan agar gerakan pengurangan atau eliminasi TBC konsisten dan masif. ”Yang penting untuk diketahui masyarakat adalah bahwa mereka yang menderita TBC itu bisa disembuhkan. Pengobatannya gratis oleh pemerintah di semua puskesmas maupun rumah sakit,” kata Presiden.
Terawan melaporkan, TBC masih merupakan masalah kesehatan di dunia. Oleh karena itu, dalam Sidang Majelis Umum PBB pada 26-27 September 2018, seluruh anggota PBB, termasuk Indonesia, telah sepakat untuk mencapai eliminasi TBC di dunia pada 2030.
Dalam Sidang Majelis Umum PBB pada 26-27 September 2018, seluruh anggota PBB, termasuk Indonesia, sepakat untuk mencapai eliminasi TBC di dunia pada 2030.
”Pada pidato pelantikan yang lalu, Bapak Presiden sudah menyampaikan bahwa kesempatan dan peluang besar jika kita mampu membangun SDM yang unggul, tentunya tanpa TBC yang dapat mempengaruhi pembangunan SDM 5 tahun ke depan. Usia produktif merupakan proporsi terbesar dari seluruh kasus TBC yang ada di Indonesia,” kata Terawan.
Terawan melanjutkan, Kementerian PUPR juga sangat berperan dalam upaya pencegahan dan penanganan penderita TBC dengan meningkatkan kualitas rumah menjadi rumah sehat. Untuk Kota Cimahi misalnya, 10 rumah penderita TBC sudah diperbaiki. Sebanyak 161 rumah yang tadinya tidak layak huni juga telah direnovasi
”Dukungan Bapak Presiden jadi salah satu rekomendasi Joint Mission on TB 2017 dari komunitas TB global. Dukungan ini tetap diperlukan di masa mendatang agar tujuan pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat tercapai,” kata Terawan.
Ridwan Kamil menyatakan, kasus TBC di Jawa Barat masih tinggi, yakni sekitar 100.000. Tingkat keberhasilan pengobatannya sejauh ini naik-turun. ”Beberapa waktu lalu, 90 persen. Kemudian ada 83 persen. Dan terakhir, 71 persen. Oleh karena itu, yang kami lakukan adalah kolaborasi,” kata Ridwan.
Kasus TBC di Jawa Barat masih tinggi, yakni sekitar 100.000. Tingkat keberhasilan pengobatannya sejauh ini naik-turun.
Kolaborasi yang dimaksud melibatkan akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah, dan media. Dalam pemberantasan TBC, Jawa Barat misalnya membentuk gabungan dari berbagai profesi tenaga kesehatan dan pencanangan rumah sakit di 9 kabupaten-kota untuk fokus dan siap pada penanggulangan secara komprehensif terhadap TBC. Kolaborasi juga dilakukan dengan organisasi kemasyarakatan dan keagamaan.
”Kita bertekad, 10 tahun lagi kira-kira, kita bisa laporkan bahwa masalah TBC di Indonesia sesuai target, bisa jauh berkurang. Dan kita fokus ke pembangunan SDM menuju tahun emas Indonesia, tahun 2045, di mana negara maju, modern, ekonomi ranking 3-4, dan sehat lahir-batin,” kata Ridwan.