Virus Pernapasan Baru Dikhawatirkan Merebak di China
Sebanyak 44 orang di kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, dilaporkan tertular penyakit pneumonia atau radang paru yang belum diketahui penyebabnya. Sejauh ini belum ada penularan antarmanusia.
Oleh
Ahmad Arif
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 44 orang di kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, dilaporkan tertular penyakit pneumonia atau radang paru yang belum diketahui penyebabnya. Hal itu memicu kekhawatiran munculnya virus baru.
Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dirilis pada Minggu (5/1/2020) menyebutkan, dari 44 kasus yang dilaporkan, 11 orang di antaranya sakit parah, sementara 33 pasien lainnya dalam kondisi stabil. Laporan terbaru pada Senin (6/1/2020) menyebutkan, jumlah korban bertambah menjadi 59 orang dan 7 orang di antaranya dalam kondisi kritis.
Dalam pernyataan di situsnya, Minggu malam, Komisi Kesehatan Kota Wuhan melaporkan, semua pasien diisolasi dan menjalani perawatan di institusi medis Wuhan. Gejala klinis utamanya berupa demam, beberapa pasien kesulitan bernapas, dan radiografi dada menunjukkan lesi invasif pada kedua paru-paru.
Gejala klinis utamanya berupa demam, beberapa pasien kesulitan bernapas, dan radiografi dada menunjukkan lesi invasif pada kedua paru-paru.
Investigasi yang dilakukan memastikan, virus yang menginfeksi itu bukanlah sindrom pernafasan akut parah (SARS), flu burung, atau sindrom pernafasan timur tengah. Menurut pihak berwenang, beberapa pasien adalah pedagang atau pedagang yang beroperasi di pasar seafood Huanan. Sejak 1 Januari 2020, pasar ikan tersebut ditutup dengan alasan buruknya kondisi sanitasi.
Identifikasi virus
Sebanyak 163 orang yang telah melakukan kontak dengan mereka yang terinfeksi telah ditempatkan di bawah pengawasan medis. Disebutkan upaya mengidentifikasi virus dan sumbernya masih berlangsung. Komisi ini juga menyebutkan, sejauh ini tidak ada penularan penyakit dari manusia ke manusia.
Berdasarkan informasi dari otoritas nasional, WHO merekomendasikan pentingnya langkah kesehatan masyarakat dan pengawasan influenza serta infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Pihak WHO tidak merekomendasikan tindakan khusus apa pun untuk pelancong yang pulang dari Wuhan.
Namun, dalam kasus gejala yang menunjukkan ada serangan penyakit pernapasan selama ataupun setelah perjalanan, pelancong didorong untuk segera periksa ke medis dan menceritakan riwayat perjalanan dengan penyedia layanan kesehatan mereka.
Kantor berita BBC menyebut, Singapura dan Hong Kong telah memeriksa wisatawan yang datang dari Wuhan. Pemerintah Hong Kong menyatakan, 16 wisatawan dengan gejala seperti pneumonia telah dirawat di rumah sakit.
Respons cepat
Guan Yi, pakar penyakit virus dari Universitas Hong Kong, seperti dilaporkan Sciencemag, mengatakan, respons cepat dan pemberitahuan publik ini merupakan kemajuan bagi China.
Sebelumnya, China telah dikritik karena tindakannya yang lambat dan kurangnya transparansi ketika penyakit SARS, disebabkan virus yang sebelumnya tidak dikenal, muncul di China selatan pada 2002. Sebanyak 700 orang meninggal dunia akibat SARS saat itu.
Guan, yang turut berperan mengungkap sumber virus SARS, menambahkan, ”Saya tidak berpikir (virus) ini adalah SARS. Mengingat kecurigaan itu berpusat di pasar ikan, pihak berwenang dituntut bekerja untuk menggali sumber zoonosis,” katanya.