Ancaman Kesehatan Mengintai Seusai Banjir
Ancaman berbagai penyakit membayangi masyarakat seusai banjir besar melanda wilayah Jakarta dan sekitarnya. Salah satu penyakit berbahaya yang muncul akibat banjir adalah leptospirosis.
Banjir besar yang merendam wilayah Jakarta dan sekitarnya di pembuka tahun 2020 tak hanya menimbulkan kerugian ekonomi akibat kerusakan fasilitas publik dan hancurnya harta benda milik warga. Selain menelan korban jiwa, kondisi pascabanjir juga bisa memicu berbagai persoalan kesehatan.
Menurut Prof Ari Fahrial Syam, akademisi dan praktisi kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Sabtu (4/1/2020), saat dihubungi di Jakarta, penyakit pascabanjir merupakan berbagai penyakit yang jumlah kasusnya akan meningkat setelah banjir dan musim hujan.
Persoalan kesehatan akibat banjir terjadi karena gangguan host, lingkungan, dan agen. Saat terjadi pengungsian akibat banjir, kebersihan lingkungan, makanan dan minuman yang dikonsumsi tak memadai sehingga menurunkan daya tahan tubuh pengungsi. Hal itu meningkatkan kerentanan pengungsi pada penyakit pascabanjir.
Sementara faktor lingkungan yang memperburuk kondisi warga adalah faktor cuaca, yakni hujan dan angin kencang yang melanda wilayah DKI Jakarta. Belum lagi lingkungan sekitar banjir yang kotor dengan sampah bertebaran. Genangan air mengundang lalat dan kecoak sehingga mencemari makanan dan minuman.
Adapun faktor bakteri atau agen pembawa penyakit yang banyak dijumpai akibat bencana banjir meliputi lalat, tikus, bakteri, dan kotoran, yang memicu tercemarnya air bersih. Tikus menjadi agen pembawa penyakit leptospirosis yang ditularkan melalui kotoran dan kencing tikus bercampur genangan air.
Tiga kelompok penyakit
”Secara umum, peningkatan kasus penyakit ini didasarkan pada penyebaran tiga kelompok penyakit tersebut, yakni penyebaran melalui makanan dan minuman, penyebaran melalui nyamuk, dan penyebaran melalui tikus,” kata Ari Fahrial. Anak-anak termasuk kelompok rentan terkena penyakit pascabanjir.
Peningkatan kasus penyakit didasarkan pada penyebaran penyakit melalui makanan dan minuman, melalui nyamuk, dan penyebaran melalui tikus.
Penyakit yang ditularkan makanan dan minuman meliputi infeksi kolera, disentri, rotavirus, dan demam typhus. Penderita infeksi usus bisa mengalami gejala diare, muntah berak, mules saat buang air besar, dan buang air besar ada darah. ”Diare menjadi kejadian luar biasa pada banjir Jakarta beberapa tahun lalu,” ujarnya.
Baca juga Setelah Banjir, Lumpur dan Sampah Repotkan Warga
Sementara penyakit ditularkan nyamuk antara lain, demam berdarah dengue yang dibawa nyamuk Aedes aegypti. ”Demam berdarah dengue bisa muncul akibat tumpukan sampah dan rongsokan di area lembab pascabanjir,” kata Ketua Umum Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia Mohamad Adib Khumaidi.
Sejumlah penyakit lainnya berpotensi muncul seusai banjir melanda meliputi infeksi saluran pernapasan akut, asam lambung dan migren, flu dan demam, serta infeksi kulit. ”Selain sampah dan kotoran bercampur air banjir, dikhawatirkan ada hewan liar serta pecahan benda tajam yang terbawa arus banjir,” paparnya.
Penularan melalui tikus
Adapun penyakit yang ditularkan melalui hewan dari ordo Rodentia, yaitu tikus, kerap didapat pascabanjir. Menurut Ari Fahrial, salah satu jenis rodent borne disease yang dapat timbul setelah banjir adalah leptospirosis yang dibawa melalui kencing dan kotoran tikus dalam genangan banjir.
Leptospirosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput lendir, mata, hidung, kulit lecet, dan makanan. Menurut Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, dalam keterangan pers, genangan air yang memasuki setiap sudut rumah memudahkan aliran air kencing tikus masuk ke dalam tubuh manusia.
Jika kita mengalami luka terbuka pada tangan atau kaki atau mukosa mulut, air yang tercemar kotoran tikus mengandung leptospirosis akan menularkan itu. Ari Fahrial menjelaskan, leptospirosis ditandai demam tinggi, sakit kepala, mual muntah, lemas, nyeri otot, mata merah, dan timbul kuning pada mata serta kulit.
Gejala lainnya adalah buang air kecil berubah seperti air teh atau berwarna keruh. ”Sekilas pasien ini seperti pasien dengan infeksi virus hepatitis. Penyakit leptospirosis amat berbahaya jika penyakit berlanjut dengan komplikasi, antara lain kerusakan ginjal, peradangan pankreas, liver, paru, dan otak,” katanya.
Baca juga Krisis Iklim dan Banjir Jakarta
Hipotermia
Warga yang menjadi korban banjir juga perlu mewaspadai hipotermia, keadaan suhu tubuh turun drastis sampai 35 derajat celsius, karena hujan dan terkurung banjir serta baju basah terkena hujan. Kondisi normal suhu tubuh manusia 37 derajat celsius. “Hipotermia merupakan keadaan emergensi yang harus segera diatasi,” ucap Ari Fahrial.
Untuk mencegah hipotermia, kita harus menutupi badan agar udara dingin tak langsung kontak dengan kulit kita. Selain itu, kita perlu mengenakan jaket untuk menutupi tubuh, memakai pakaian berlapis, tutup kepala tambahan, kaos kaki tebal, dan sarung tangan selama berada di luar saat udara dingin.
Korban banjir juga dianjurkan selalu menggunakan pakaian kering dan bersih. Udara dingin yang menyengat dan langsung kontak dengan kulit akan menyebabkan kulit kering, sehingga kita harus selalu mengolesi lotion pada kulit tangan dan telapa kaki agar kulit tidak mongering dan timbul luka.
“ Bibir dan hidung sebaiknya selalu diolesi krim khusus agar bibir tidak kering dan tidak menimbulkan luka,” ujarnya. Pencegahan lain adalah, minum cukup untuk mencegah dehidrasi atau kekurangan cairan, menghindari minuman berkafein berlebihan seperti kopi dan minuman bersoda.
Langkah antisipasi
Untuk mencegah berbagai penyakit pascabanjir, harus dipastikan bahwa kita selalu mengonsumsi makanan dan minuman higienis. ”Usahakan makanan yang dikonsumsi dalam keadaan segar dan perhatikan waktu kedaluwarsa. Cuci tangan pakai sabun atau cairan antiseptik untuk mencegah infeksi usus,” kata Ari Fahrial.
”Kebersihan lingkungan harus terjaga, bersihkan lokasi pascabanjir dengan antiseptik, dan perhatikan pelindung diri saat membersihkan kotoran, khususnya lumpur, pascabanjir. Pelindung diri meliputi masker, sarung tangan, dan sepatu karet ukuran tinggi. Hindari luka yang berpotensi masuknya kuman,” ungkapnya.
Untuk anak-anak dan orang tua perlu diberi suplemen berisi multivitamin dan mineral apabila terjadi makanan dan minuman bergizi lengkap terbatas akibat rumah dan lingkungan terkena banjir. ”Perlu stok obat-obat sederhana, obat penurun panas, obat antidiare, obat kepala, dan oralit,” ujarnya.
Selain itu, anak-anak harus dicegah bermain di air banjir lantaran risiko gangguan kesehatan dan terbawa arus pada air banjir. ”Pemerintah daerah hendaknya menyediakan air bersih, tempat pengungsian yang higienis dengan sanitasi baik bagi warga di wilayah terdampak banjir,” kata Adib.
Berbagai tindakan itu bertujuan agar warga terhindar dari berbagai penyakit seusai banjir. Apalagi, ancaman banjir masih membayangi memasuki musim hujan dengan pola cuaca berubah akibat perubahan iklim, sedangkan kita belum sepenuhnya siap mengantisipasi dampak bencana itu.