Kematian Ibu dan Bayi Masalah Pokok Kesehatan di NTT
Kasus "stunting", manusia pendek, kematian ibu, dan bayi di Nusa Tenggara Timur menjadi masalah kesehatan serius. Kasus ini sudah berlangsung dari tahun ke tahun terkait gizi buruk. Ini berpengaruh terhadap sumber daya manusia. Pemprov sedang berupaya mengatasi masalah ini dengan mendorong sejumlah pangan local yang mampu mengatasi masalah gizi buruk.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Kasus stunting, manusia pendek, kematian ibu, dan bayi di Nusa Tenggara Timur menjadi masalah kesehatan serius. Kasus ini sudah berlangsung dari tahun ke tahun terkait gizi buruk. Hal ini berpengaruh terhadap sumber daya manusia sehingga Pemprov NTT sedang berupaya mendorong sejumlah pangan lokal yang dianggap mampu mengatasi persoalan kesehatan.
Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Laiskodat, di Kupang, Minggu (18/8/2019), mengatakan, pemprov menyadari masalah stunting atau orang pendek di daerah itu masih menempati urutan pertama nasional. Angka stunting mencapai 42,46 persen, sedangkan nasional sekitar 30,8 persen, menjadi masalah dasar bagi kesehatan di NTT.
”Stunting sangat erat kaitan dengan asupan nilai gizi pada seseorang. Mestinya manusia pendek tidak mencapai angka sebanyak itu jika orang tahu mengelola sumber daya alam yang ada untuk kesehatan karena daerah ini juga terdapat makanan cukup,” katanya.
Masalah kesehatan dua, yakni angka kematian ibu pada tahun 2018 mencapai 158 kasus, turun 5 kasus dibanding tahun 2017, yakni 163 kasus. Semester pertama 2019 terdapat 54 kasus kematian ibu melahirkan.
Stunting sangat erat kaitan dengan asupan nilai gizi pada seseorang. Mestinya manusia pendek tidak mencapai angka sebanyak itu jika orang tahu mengelola sumber daya alam yang ada untuk kesehatan karena daerah ini juga terdapat makanan cukup.
Salah satu penyebab, yakni ibu hamil tidak rutin melakukan pemeriksaan di fasilitas kesehatan terdekat, seperti puskesmas, puskesmas pembantu, atau pos pelayanan kesehatan terpadu di desa itu.
Persoalan kesehatan ini itu masih ada kaitan dengan asupan gizi, sanitasi, air bersih, dan pola hidup. Semua ini masih ada kaitan dengan sumber daya orang itu sendiri. Jika berpendidikan, minimal SMA atau sederajad, ia masih mampu menjaga kesehatan diri termasuk semua anggota keluarga itu secara keseluruhan.
Kematian bayi pada 2018 sebanyak 1.265 kasus, termasuk tertinggi nasional. Semester I-2019 sebanyak 450 kasus.
Pendarahan dan infeksi
Kepala Dinas Kesehatan NTT Dominggus Mere mengatakan, penyebab kematian bayi didominasi oleh pendarahan dan infeksi. Ini juga masih ada kaitan dengan kemiskinan dan rendahnya sumber daya ibu untuk merawat bayi sejak dari dalam kandungan.
Salah satu sumber pangan dengan nilai gizi tinggi di NTT, yakni marungga atau daun kelor. Tanaman ini memiliki kandungan asupan gizi hampir lengkap bagi kesehatan seseorang. Tetapi, sumber pangan itu selama ini tidak dimanfaatkan masyarakat, entah karena tidak paham soal kandungan marungga atau kelor, atau karena malas menyajikan menu makanan dengan bahan marungga.
”Menyangkut stunting, kematian ibu, dan bayi, kita sudah tangani secara tepat. Kasus stunting misalnya, 2017 kasus itu berada pada posisi 51,7 persen. Tahun 2018, setelah kita intervensi turun menjadi 42,06 persen, terjadi penurunan 9,1 persen. Ini angka penurunan terbesar secara nasional,” kata Mere.
Soal stunting, menurut Mere, pemprov sudah bekerja sesuai sasaran. Tinggal penguatan-penguatan yang lebih intens pada titik-titik sasaran. Dinas Kesehatan sudah memiliki data nama dan alamat penderita stunting, melalui elektronik gizi berbasis masyarakat di seluruh wilayah NTT.
Menyangkut stunting, kematian ibu, dan bayi, kita sudah tangani secara tepat.
Dinas kesehatan bersama instansi teknis termasuk mahasiswa melakukan sosialisasi gerakan hidup bersih di desa-desa melalui program gerakan masyarakat hidup bersih, mulai dari diri sendiri sampai lingkungan masyarakat. Selain itu, tentu juga didukung dengan pemenuhan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, tenaga paramedis, dan tenaga medis.