Anak dan istri Dwi Mujiarso, Ketua RT 001 RW 001, Kelurahan Meri, Kota Mojokerto, akhirnya pulang setelah empat hari dirawat di Rumah Sakit Gatoel akibat terserang demam berdarah dengue. Tidak sedikit uang dan tenaga yang harus dikeluarkan untuk pengobatan. Namun, ancaman DBD tidak hilang.
”Padahal, setiap pekan rumah dipantau dan saya sekeluarga juga rajin bersih-bersih, tetapi masih juga kena DBD,” kata Dwi saat ditemui pada Kamis (21/2/2019).
Di luar anak dan istri, masih ada beberapa warga lingkungan Dwi yang juga terkena DBD. Ada yang cukup dirawat di puskesmas, tetapi ada pula yang sampai dirujuk ke rumah sakit.
Kediaman Dwi berada di permukiman yang sebenarnya cukup apik. Di depan rumah ada jalan aspal dan hamparan sawah. Di belakang ada beberapa rumah yang terhubung ke Jalan Raya Meri. Lingkungan cukup resik, nyaris tidak tampak sampah atau genangan air kecuali di selokan, kali, dan sawah.
Setiap Jumat, dua kader pemberantasan sarang nyamuk (PSN) datang untuk mengecek rumah-rumah warga. Setiap RT di Kota Mojokerto dipantau oleh dua kader PSN. Di seluruh kota, ada 1.600 kader PSN atau sebelumnya dikenal dengan juru pemantau jentik (jumantik).
Kader PSN memang tidak bertugas memastikan sebuah rumah ”aman” dari potensi serangan DBD. Yang bertanggung jawab ialah warga atau keluarga itu sendiri. Kader memantau, mengecek, dan mengisi tabel tentang apa saja yang harus dilakukan oleh warga agar terhindar dari DBD.
Melihat ada jentik di bak mandi, misalnya, warga diminta segera mengurasnya. Jika ada genangan air di sekitar rumah, juga harus dikurangi. Kebiasaan menggantung pakaian harus ditinggalkan agar tidak berpotensi sebagai tempat nyamuk tinggal. Saat tidur apakah memakai obat antinyamuk atau menyediakan tanaman-tanaman pengusir nyamuk.
”Kami juga harus memastikan agar warga tidak menumpuk barang bekas yang berpotensi menjadi tempat tinggal jentik,” kata Sri Wayati, kader PSN di Kota Mojokerto. Kader juga menjadi penghubung antara warga dan aparatur pemerintah jika memerlukan obat larvasida atau saat menghendaki penyemprotan untuk membunuh nyamuk dewasa.
Dwi mengatakan, meski peran kader PSN penting, jika ada warga yang abai atau tidak patuh, hal itu dapat membawa dampak buruk. Bisa saja seorang warga terkena DBD akibat bermain di rumah tetangga yang ”kurang aman” karena kurang teliti menerapkan program 3M plus.
Yang dimaksud 3M plus ialah menguras, menutup, memanfaatkan kembali barang bekas, menaburkan bubuk larvasida, memakai obat antinyamuk, memakai kelambu, memelihara ikan pemangsa jentik, menanam tumbuhan pengusir, mengatur cahaya ventilasi, dan menghindari menggantung pakaian.
”Setiap bulan, kami adakan kerja bakti. Dalam kerja bakti, terkadang saya jadikan lomba foto khusus untuk anak-anak,” ujar Dwi.
Dengan lomba foto, anak-anak didorong memotret kondisi rumah dan lingkungan sekitarnya. Dari sini akan terlihat rumah siapa yang belum baik dalam program pencegahan DBD. Namun, masih adanya warga yang terkena DBD memunculkan pemahaman bahwa penanganan dan pencegahan penyakit ini memerlukan upaya luar biasa kompak.