JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat melakukan edukasi kesehatan kepada korban tsunami. Hal itu dilakukan agar para korban bisa mencegah dan menghindari penyakit yang bersumber dari lingkungan.
Hasil Rapid Health Assessment (RHA) bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes terkait bencana tsunami di Banten menunjukkan, sejumlah penyakit berpotensi kejadian luar biasa (KLB). Penyakit yang berpotensi KLB antara lain diare, penyakit serupa influenza (ILI), dan suspek demam tifoid.
Edukasi kesehatan ditujukan kepada para korban tsunami, khususnya ibu hamil, ibu menyusui, anak-anak, orang dewasa, dan lansia. Mereka akan diberikan pemahaman tidak hanya tentang diare, ILI, dan suspek demam tifoid, tetapi juga pemahaman mendasar tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Menteri Kesehatan Nila F Moeloek dalam siaran persnya mengatakan, kesadaran akan perilaku hidup sehat, terutama pada situasi setelah tsunami, harus tetap dilakukan.
”Kapan pun dan di mana pun dalam situasi apa pun, PHBS harus tetap disadari dan dilakukan. Tsunami memang mengubah kondisi lingkungan, misalnya sanitasi menjadi rusak, tetapi PHBS harus tetap diusahakan,” kata Nila, Kamis (27/12/2018), di Jakarta.
Saat ini, tim promosi kesehatan tengah mempersiapkan perlengkapan mulai dari tim dan logistik yang akan dibawa. Tim itu bergerak di titik-titik pengungsian, dimulai dari pengungsian terbesar di Kecamatan Angsana, Pandeglang.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Widyawati menyampaikan, edukasi kesehatan akan dilakukan di 11 titik pengungsian, yaitu di Cimanggu, Cigadung, Sumur, Caringin, Jiput, Cigeulis, Munjul, Carita (Desa Gombong), Labuan, Cigorondong, dan Angsana.
Pada pelaksanaannya, edukasi kesehatan akan dilakukan dengan koordinasi bersama petugas kesehatan setempat, sukarelawan, dan pihak lain. Mereka akan berfokus pada upaya pencegahan masalah kesehatan setelah tsunami.
Pada Senin lalu, Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes Achmad Yurianto, saat dihubungi Kompas, menyampaikan, upaya antisipasi dan pengecekan lingkungan di sekitar daerah terdampak tsunami telah dilakukan Kemenkes.
”Senin siang, kami telah mengerahkan tim kedua yang berfokus pada kesehatan lingkungan. Tim ini sebagai wujud antisipasi jika ada kemungkinan munculnya wabah penyakit lain dampak dari kondisi lingkungan setelah musibah,” kata Yurianto. (Kompas.id, 24/12/2018) (MELATI MEWANGI)