Senior Executive jurnal the Lancet, William Summerskill memberikan sambutan pada peluncuran artikel ilmiah tentang Jaminan Kesehatan Nasional di jurnal the Lancet yang ditulis oleh banyak pakar di Indonesia di Indonesian Medical Education and Research Institute Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Kamis (20/12/2018).
Meski Jaminan Kesehatan Nasional telah membuka akses penduduk pada pelayanan kesehatan, keberlanjutannya masih jadi isu besar. Komitmen kuat pemerintah untuk mengendalikan faktor risiko jadi kunci.
JAKARTA, KOMPAS—Upaya promotif dan preventif untuk menunjang Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat harus dilakukan dengan pendekatan lebih inovatif berbasis sistem informasi data yang baik. Itu membutuhkan kompetensi tenaga dan fasilitas kesehatan tingkat dasar kuat.
Demikian rekomendasi yang disampaikan sejumlah pakar dalam riset yang dipublikasikan di jurnal the Lancet, 20 Desember 2018 dengan judul "Universal Health Coverage in Indonesia: Concept, Progress, and Challenges". Hasil riset itu dipaparkan dalam seminar di Indonesian Medical Education and Research Institute (IMERI) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Kamis (20/12/2018).
Penulis pertama riset itu dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rina Agustina, menyampaikan, inovasi pertama yang bisa diambil adalah pendekatan pencegahan penyakit dengan Universal Risk Coverage (URC). Dengan pendekatan ini, pemerintah harus menciptakan investasi multisektor dalam mengurangi faktor risiko penyakit sehingga mencegah kesakitan.
Investasi pada kesehatan ibu dan anak, sanitasi layak, pengendalian tembakau yang tegas, serta keamanan dan kesehatan pangan jadi contoh investasi yang dapat dilakukan.
Inovasi selanjutnya adalah Universal Cause Coverage (UCC), refomasi kebijakan dan investasi yang mendukung gaya hidup sehat. "Inovasi ini sebenarnya lebih dari sekadar Universal Health Coverage (UHC) tetapi beyond," katanya.
Inovasi ini sebenarnya lebih dari sekadar Universal Health Coverage (UHC) tetapi beyond.
Penulis lain riset itu dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI, Tegus Dartanto, menyampaikan, beban terbesar Indonesia adalah penyakit tidak menular. Jadi URC dan UCC harus dilakukan jika ingin kesinambungan JKN-KIS terjamin.
Melalui promosi kesehatan dan pencegahan penyakit, angka kesakitan dan kematian bisa ditekan. Dengan begitu, beban pembiayaan JKN bisa menurun. Di saat sama, penduduk Indonesia akan kian produktif.
Penyesuaian iuran
Penyesuaian iuran agar sesuai perhitungan aktuaria akan membantu pendanaan program JKN-KIS. Namun, dampaknya diperkirakan tak berlangsung lama. Investasi multisektor pada upaya promotif dan preventif jangka panjang lebih menjamin keberlanjutan JKN-KIS.
Penulis lain riset tersebut yang berasal dari Kementerian Kesehatan, Prof Akmal Taher, menyatakan, tidak ada UHC tanpa layanan kesehatan dasar. Keberpihakan pemerintah pada penguatan pelayanan kesehatan dasar harus terlihat, misalnya, dari alokasi anggaran.
Hal itu memerlukan tiga aspek: pengarusutamaan kesehatan dalam tiap kebijakan publik, penguatan kompetensi fasilitas kesehatan dasar, dan pemberdayaan masyarakat.
KOMPAS/ADHITYA RAMADHAN
Senior Executive jurnal the Lancet, William Summerskill memberikan sambutan pada peluncuran artikel ilmiah tentang Jaminan Kesehatan Nasional di jurnal the Lancet yang ditulis oleh banyak pakar di Indonesia di Indonesian Medical Education and Research Institute Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Kamis (20/12/2018).
Hasil riset tentang JKN itu telah jadi bahan pembelajaran bagi para pemangku kepentingan di Indonesia dan dunia. Hampir semua penulis utama dan kontributor riset itu adalah para pakar dari dalam negeri.
Ada 12 penulis utama yang dipimpin Rina Agustina (FKUI). Beberapa penulis utama lain ialah Teguh Dartanto (FEB UI), Ratna Sitompul (FKUI), Kun Aristiati Susiloretni (Politeknik Kesehatan Semarang), serta Suparmi (Badan penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes), Prof Endang Achadi (Fakultas Kesehatan Masyarakat UI), Prof Akmal Taher (Kemenkes), Fadila Wirawan, Prof Saleha Sungkar, Prof Pratiwi Sudarmono (FKUI), Anuraj Shankar (Harvard TH Chan School of Public Health), dan Prof Hasbullah Thabrany (FKM UI).
Editor Eksekutif Senior The Lancet, William Summerskill, menegaskan, kemauan politik pengambil kebijakan mengendalikan faktor risiko penyakit berdampak signifikan pada kelangsungan jaminan kesehatan. Tanpa itu, berapa pun dana dikucurkan pada program jaminan kesehatan, menghadapi soal keberlanjutan.