JAKARTA, KOMPAS — Kebijakan berbasis penelitian dan riset semakin didorong dalam upaya pembangunan bangsa. Para peneliti pun diharapkan bisa semakin aktif menghasilkan riset yang relevan dengan kebutuhan masyarakat luas.
Menteri Kesehatan Nila F Moeloek menyampaikan, berbagai penelitian dan riset sudah dihasilkan para peneliti di Indonesia. Namun, tidak semua hasil riset tersebut bisa dimanfaat masyarakat, terutama riset bidang kesehatan.
”Penelitian jangan sampai berhenti begitu saja setelah dihasilkan. Hasil penelitian ini harus bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat sehingga bisa dilakukan di masyarakat. Caranya, dengan memanfaatkan hasil penelitian sebagai dasar kebijakan untuk pembangunan kesehatan nasional,” katanya saat membuka acara Ekspo Disertasi 2018 di Jakarta, Jumat (9/11/2018).
Ekspo Disertasi 2018 yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan itu merupakan rangkaian peringatan Hari Kesehatan Nasional yang diperingati setiap 12 November. Dalam acara itu, 63 hasil riset berupa laporan disertasi dipamerkan.
Laporan disertasi ini dihasilkan para doktor yang lulus pada November 2017-November 2018. Mereka berasal dari seluruh unit kerja di Kementerian Kesehatan, baik yang berada di tingkat pusat, daerah, politeknik kesehatan, maupun rumah sakit.
Sejumlah hasil disertasi yang dipamerkan antara lain disertasi yang disusun Dewi Kartika Turbawaty dari RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung dengan judul ”Penggunaan Urine dalam Diagnosis Tuberkulosis Aktif”, disertasi milik Dhiana Setyorini dari Poltekkes Kemenkes Surabaya (”Kartu Skor Deteksi Dini Risiko Preeklampsi sebagai Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu”), disertasi milik Hervita Diatri dari RSUP Nasional dr Cipto Mangunkusumo (”Layanan Terpadu Bagi Orang dengan Skizofrenia (ODS) Disertai Risiko Kardiometabolik di Fasilitas Kesehatan Primer”), serta disertasi Telly Purnamasari Agus dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (”Implementasi Clinical Pathway pada Proses Pelayanan dan Lama Hari Rawat Pasien Stroke Iskemik di Tiga Rumah Sakit Indonesia”).
Menurut Nila, para peneliti perlu lebih banyak berinovasi dalam menghasilkan riset. Berbagai masalah masih banyak dijumpai di Indonesia, mulai dari meningkatnya jumlah penyakit katastropik, layanan kesehatan yang belum merata, hingga kematian pada ibu melahirkan.
”Banyak hal yang harus diteliti agar menghasilkan solusi untuk peningkatan layanan kesehatan di masyarakat. Namun, yang utama juga adalah penelitian terkait upaya pencegahan dan promosi kesehatan,” ujarnya.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes Siswanto menambahkan, Ekspo Disertasi 2018 menjadi salah satu cara efektif mendorong hasil riset sebagai rujukan pembuatan kebijakan.
Untuk mempermudah masyarakat dalam mengakses hasil disertasi yang dihasilkan, pihaknya berinisiatif dengan membuat aplikasi e-katalog disertasi. Aplikasi ini berisi semua ringkasan disertasi dari para peneliti.
Membumikan hasil riset dari peneliti juga penting agar tujuan riset itu bisa sampai dan diterima oleh masyarakat dengan baik. Komunikasi yang mudah dan sederhana menjadi kuncinya.
Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia Pusat, Mayong Suryo Laksono, yang juga hadir sebagai pembahas dalam Ekspo Disertasi 2018, berpendapat, tugas lain yang juga perlu didorong dalam upaya diseminasi hasil riset ialah meningkatkan publikasi hasil riset itu sendiri. Selama ini, hasil riset sulit diterima masyarakat karena penyampaiannya belum sesuai.
”Membumikan hasil riset dari peneliti juga penting agar tujuan riset itu bisa sampai dan diterima oleh masyarakat dengan baik. Komunikasi yang mudah dan sederhana menjadi kuncinya,” ucapnya.