JAKARTA, KOMPAS — Program keluarga berencana atau KB diadakan tidak hanya untuk menjaga keseimbangan penduduk, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan kaum perempuan. Melalui program KB, hak-hak perempuan dalam mengatur kehamilan bisa lebih terjamin. Edukasi tentang KB perlu digenjot untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.
Staf Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Andon Hestiantoro mengatakan, dengan mengikuti KB, hak-hak ibu dalam mengendalikan kesuburan bisa lebih dihargai, mulai dari persiapan, proses, hingga pascakehamilan.
Selama ini, sering terjadi kehamilan pada perempuan yang sebenarnya belum siap. Dari pengalaman Andon, banyak pasien yang datang kepadanya mengalami kekurangan vitamin D. Kondisi ini meningkatkan risiko preeklamsia dan kelahiran prematur.
Program KB juga melindungi perempuan dari gangguan kesehatan reproduksi. Bahaya kehamilan terlalu muda, terlalu tua, atau terlalu dekat jaraknya bisa dicegah. Tumbuh kembang anak juga terjamin karena dengan tidak hamil, perempuan punya kesempatan merawat anaknya.
“Program keluarga berencana turut menurunkan risiko kanker, seperti kanker serviks. Dengan memakai alat kontrasepsi, perempuan jadi sering melakukan kontrol ke bidan sehingga bisa dicegah atau ditemukan dalam stadium yang sangat dini,” kata Andon dalam konferensi pers Peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia yang diadakan PT Bayer Indonesia di Jakarta, Selasa (25/9/2018).
Andon menambahkan, dengan mengikuti KB, kesehatan jiwa perempuan juga lebih terjaga. Kehamilan yang tidak sehat meningkatkan risiko depresi pascapersalinan. Menurut Andon, banyak kasus perempuan yang mengalami depresi setelah melahirkan. Jika ini sering terjadi, kesehatan jiwa perempuan bisa terganggu.
“Dengan merencanakan kehamilan secara baik, perempuan dapat lebih memberdayakan dirinya, baik dari segi pendidikan maupun sosial. Dengan demikian, kesejahteraan dirinya dan keluarga dapat ditingkatkan pula,” ujarnya.
Presiden Direktur PT Bayer Indonesia Angel Michael Evangelista mengatakan, penting sekali bagi perempuan untuk bisa merencanakan kehamilan. Perencanaan yang baik, memberikan kesempatan bagi mereka untuk menyelesaikan pendidikan.
“Perempuan juga bisa lebih produktif. Bisa memberikan partisipasi yang lebih bermakna di angkatan kerjanya. Dengan demikian, perempuan bisa menikmati pendapatan, tabungan, dan aset yang lebih baik,” kata Michael.
Ketua Ikatan Bidan Indonesia Emi Nurjasmi mengatakan, dukungan dari semua pihak, terutama suami, sangat dibutuhkan dalam perencanaan kehamilan. Dalam banyak kasus, perempuan tidak mengikuti KB karena tidak diizinkan oleh suami. Oleh sebab itu, dalam beberapa tahun terakhir program komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) dilakukan dengan melibatkan pasangan, tidak hanya perempuan.
Perlu digenjot
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada 2012, angka kelahiran total (TFR) 2,6 anak per perempuan. Sementara itu, jumlah pengguna alat kontrasepsi sekitar 61,9 persen dengan kebutuhan yang tidak terlayani sekitar 11,4 persen.
Pada 2019, pemerintah menargetkan TFR menjadi 2,28 anak per perempuan. Adapun jumlah pengguna alat kontrasepsi ditargetkan menjadi 66 persen dengan kebutuhan yang tidak terlayani 9,91 persen.
Emi mengatakan, untuk mencapai target tersebut, edukasi KB terhadap masyarakat perlu digenjot. Program KIE sangat penting agar program KB diterima dengan baik. Menurut Emi, tantangan yang dihadapi bidan saat ini adalah masih adanya anggapan bahwa banyak anak, banyak rezeki.
“Pola pikir terhadap KB perlu diluruskan. KB bagian dari upaya untuk meningkatkan kesejahteraan ibu, balita, dan keluarganya. Jadi, KB bukan melarang orang untuk punya anak, tetapi mengatur bagaimana memiliki anak yang dapat dipertanggungjawabkan. Dapat dipenuhi segala kebutuhannya,” ujarnya. (YOLA SASTRA)