JAKARTA, KOMPAS — Jumlah pengidap kanker limfoma atau kanker kelenjar getah bening di Indonesia terus meningkat. Deteksi dini dan penanganan yang tepat dibutuhkan untuk mengurangi risiko kematian.
Limfoma adalah kanker darah pada sistem limfatik yang menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening. Secara umum, di Indonesia ada dua jenis limfoma, yaitu limfoma hodgkin dan limfoma non-hodgkin.
Limfoma disebabkan oleh perubahan sel-sel limfosit B atau T, yaitu sel darah putih. Dalam keadaan normal, sel darah putih berfungsi menjaga daya tahan tubuh dan menangkal berbagai jenis infeksi.
Infodatin Kementerian Kesehatan 2015 tentang Data dan Kondisi Penyakit Limfoma di Indonesia menjabarkan, sekitar 1 juta orang di dunia menderita kanker limfoma. Setiap hari, ada 1.000 orang didiagnosis menderita limfoma.
Sementara itu, berdasarkan data Globocan (2018), dalam lima tahun terakhir 35.490 orang di Indonesia didiagnosis limfoma dan 7.565 orang di antaranya meninggal. Pada kasus terbaru, jumlah pengidap limfoma non-hodgkin 14.164 orang dan limfoma hodgkin 1.047 orang.
Ketua Perhimpunan Hematologi dan Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (Perhompedin) Cabang Jakarta Ronald A Hukom mengatakan, tingginya angka kematian tersebut karena lambatnya deteksi. Pengidap limfoma pun akhirnya ditangani pada stadium lanjut.
”Deteksi dini perlu dilakukan secara teratur. Jika ada tanda-tanda tumor, harus segera dipastikan apakah itu tumor jinak atau ganas. Dengan demikian, dokter bisa melakukan pengobatan yang tepat,” ujarnya dalam acara peringatan Hari Kanker Limfoma Sedunia yang diadakan Ferron Par Pharmaceuticals serta Cancer Information and Support Center Indonesia di Jakarta, Sabtu (15/9/2018).
Selain itu, masih ada pasien yang tidak berobat ke dokter yang tepat atau hanya mengandalkan pengobatan jalur alternatif. Ronald sebenarnya tidak mempermasalahkan pengobatan alternatif, tetapi hanya sebagai tambahan tanpa meninggalkan pengobatan secara medis.
”Saya tidak melarang. Tapi dilihat betul, apakah kita membutuhkan dan ada manfaatnya atau tidak. Hati-hati kalau ada yang menawarkan bisa menyembuhkan semua penyakit. Ada kemungkinan itu tidak benar,” lanjut Ronald. (YOLA SASTRA)