JAKARTA, KOMPAS - Upaya menelusuri jejak genetika Homo floresiensis yang ditemukan di gua Liang Bua tahun 2004 pada manusia pigmi Flores yang tinggal di dekat gua tersebut tak menemukan hasil. Homo floresiensis tetap jadi misteri. Namun, hasil riset tersebut mengungkapkan temuan lain yaitu proses seleksi dan adaptasi manusia modern di sekitar Liang Bua yang menjadikan mereka berperawakan pendek.
Demikian hasil penelitian yang dilakukan oleh sembilan peneliti dari 11 institusi berbeda dari enam negara yang telah dipublikasikan di majalah Science 3 Agustus 2018 dengan judul "Evolutionary History and Adaptation of a Human Pygmy Population of Flores Island, Indonesia". Peneliti dari Indonesia yang terlibat dalam riset ini adalah Gludhug A Purnomo dan Herawati Sudoyo dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.
Herawati mengatakan, temuan kerangka Homo floresiensis ditemukan di Liang Bua tahun 2004 telah menarik perhatian para ahli di dunia. Muncul pertanyaan apakah Homo floresiensis memiliki hubungan atau meninggalkan jejak DNA purba pada manusia berperawakan pendek atau pigmi yang tinggal di sekitar gua tersebut.
Studi ulang oleh sejumlah peneliti dari 11 institusi berbeda dari enam negara pun dilakukan. Mereka melakukan perunutan DNA dan menganalisis genom populasi pigmi (32 orang) dari Dusun Rampasasa, Flores yang berada di sekitar Liang Bua. Dusun tersebut berada di Desa Wai Mulu, Kecamatan Wai Rii, Kabupaten Manggarai.
Hasilnya, populasi Rampasasa tidak berbeda dengan populasi lain di Indonesia maupun dunia. Secara genetika, populasi Rampasasa memiliki kedekatan dengan kelompok Asia Timur dan Asia Tenggara dibanding dengan Melanesia dan Nugini. Apabila melihat kembali teori pengembaraan manusia modern Out of Africa dan pembauran Homo neanderthal dan manusia Denisovans, maka pada populasi pigmi di Rampasasa pun ditemukan jejak kedua hominin tersebut. Selain jejak dua manusia purba itu, tidak ditemukan lagi jejak manusia purba lain pada populasi Rampasasa.
Hasil penelitian Pusat Arkeologi Nasional dan Universitas New England, Australia yang telah dimuat di majalah Nature tahun 2004 memperkirakan, tinggi badan Homo floresiensis LB1 lebih rendah daripada manusia pigmi yang sekarang hidup di Rampasasa. Ketika berdiri diperkirakan tingginya 106 sentimeter sedangkan tinggi rata-rata manusia pigmi adalah 148 cm.
Para peneliti kemudian menganalisis genom populasi Rampasasa dikatkan dengan gen terkait tinggi badan yang diidentifikasi pada orang Eropa. Hasilnya, ditemukan frekuensi varian genetik yang tinggi yang berasosiasi dengan penurunan tinggi badan. Ini menunjukkan bahwa evolusi orang pigmi Flores merupakan hasil proses seleksi alam yang berpengaruh pada variasi genetik yang ada sebelumnya.
Sebenarnya, tahun 2005, peneliti dari Eijkman telah melakukan studi populasi terhadap manusia modern berperawakan pendek yang dulu disebut “hobbit” di sekitar Liang Bua. Akan tetapi, teknologi saat itu belum memungkinkan peneliti untuk melihat sisipan genom asing pada manusia modern.
Herawati menambahkan, hasil Pan Asia SNP Consortium yang juga dipublikasi pada majalah Science tahun 2009 pun tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian terbaru. Menggunakan penanda DNA inti 50.000 Single Nucleotide Polymorphism (SNP), peneliti membandingkan dua kelompok populasi di Flores, yakni 19 individu Rampasasa (Flores Barat) dan 17 individu Soa (Flores Tengah). Hasilnya, pola pembauran kedua kelompok kurang lebih sama. Keduanya juga memiliki jejak gelombang migrasi yang sama hanya saja dengan persentase yang berbeda.
Karena penelusuran genetika Homo floresiensis pada manusia modern tidak menemukan hasil maka upaya penelusuran harus dilakukan pada kerangka yang ditemukan di Liang Bua. Secara teknologi hal itu bisa dilakukan.
Peneliti Lembaga Eijkman lainnya, Gludhug, menambahkan, pengurutan DNA pada kerangka yang ditemukan pada daerah tropis cenderung lebih sulit karena pengaruh iklim dan kelembaban. Perubahan suhu satu derajat saja akan memiliki pengaruh yang signifikan. Dengan begitu, meskipun kerangka manusia purba ditemukan belum tentu peneliti memperoleh DNA dari kerangka tersebut.